Wednesday, June 13, 2007

Pontianak Pertama di Indonesia Masukkan Kespro dalam Pendidikan

Oleh: Muhlis Suhaeri

Dalam rangka mempopulerkan pengetahuan kesehatan reproduksi (Kespro) kepada remaja, Pemkot bekerja sama dengan Diknas Kota Pontianak dan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), akan meluncurkan, ”Buku Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Usia 10-14 tahun.” Peluncuran buku bakal dilakukan bersamaan dengan kegiatan Rakernas Apeksi City Expo di komplek A Yani Megamal, hari ini, Rabu (13/6).


Hal paling sederhana mengenai Kespro, misalnya, bagaimana remaja harus membersihkan alat reproduksinya, setelah buang air kecil. Atau, bagaimana mengetahui apa itu haid, kapan datangnya, dan lainnya. Dengan mengetahui Kespro, setelah dewasa dan alat reproduksinya matang, diharapkan orang tidak sembarangan menggunakan alat reproduksinya.

Buku ini memberikan berbagai informasi tentang Kespro. Dengan mengetahui Kespro, remaja punya tanggung jawab dan mengerti fungsi alat reproduksi mereka. Dengan cara ini, remaja dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Pendidikan Kespro, menjadi tanggung jawab semua pihak. Tak hanya remaja itu sendiri, tapi juga keluarga. Tak kalah pentingnya adalah unsur pendidik, karena mereka yang paling dekat dengan siswa. Guru menggunakan metode pedagogi ketika mengajar, sehingga nilai keberhasilan dan sosialisasi itu, lebih mengena. Berbicara tentang kesehatan reproduksi, harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.

Pengetahuan Kespro bersifat antisipatif, bagaimana remaja melihat alat reproduksinya sendiri. Cara paling baik, melakukan pencegahan sebelum alat reproduksi itu rusak. Jadi, yang paling susah, tindakan setelah terjadi.

Buku ini berangkat dari suatu kebutuhan dan tingginya minat siswa di Pontianak, terhadap pendidikan info Kespro. Dari berbagai evaluasi dan pengamatan yang dilakukan PKBI di lapangan, ada suatu kebutuhan siswa untuk mengetahui dan berminat terhadap berbagai informasi tentang Kespro.

Sebelum buku itu jadi, ada beberapa tahapan dilalui. “Ada aspek uji coba,” kata Mulyadi, dari PKBI.

Awalnya, PKBI memfasilitasi guru, siswa dan orang tua murid (komite sekolah) dalam workshop penyusunan silabus. Tiga komponen ini, dikumpulkan dalam suatu workshop, bersama tim ahli dari berbagai bidang dan disiplin ilmu. Ada pakar pendidikan. Pakar kesehatan. Instansi pemerintah, dan lainnya.

Setelah itu, PKBI menfasilitsi pertemuan 22 guru sekolah SMP dan 11 SD di Kota Pontianak, untuk penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS). Setiap sekolah mengirimkan satu gurunya. Dari sinilah, tim ahli memberikan panduan, berdasarkan masukan dari tiga kompenen tadi. Kebutuhan siswa dapat diakomodir berdasarkan kebutuhan pendidik dan orang tua siswa. Hasilnya menjadi silabus dan pedoman.

Setelah jadi, guru menggunakan RPP sebagai pembelajaran dan menerapkannya di sekolah. RPP ini disusun untuk jangka waktu tiga bulan sekali. Untuk mengetahui keberhasilan dari RPP, tiap tiga bulan harus ada pelaporan dan evaluasi.

Sebelum RPP diterapkan ke sekolah dalam bentuk pengajaran, dilakukan lagi workshop untuk membahas RPP. Setelah itu, baru diterapkan ke sekolah. Penerapannya tidak bisa langsung. Harus bertahap. Uji coba dilakukan pada semester ganjil dan genap.

Hasil evaluasi untuk mengetahui, sejauhmana keberhasilan metode pengajarannya, mudah atau tidak diterima siswa, dan lainnya. Apa yang dirancang, perlu penyempurnaan. Hasil dari evaluasi, dimasukkan ke tim.

“Buku ini adalah kumpulan dari uji coba itu. Sehingga sangat membantu dan sistematis,” kata Mulyadi.

Isi dari pengajaran, metode, bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Proses pembuatan buku ini, lumayan panjang. Apa yang akan disampaikan, dan bagaimana menyampaikannya. Butuh waktu dua tahun mengerjakan buku ini.

Buku berisi metode pembelajaran info Kespro ini, tidak masuk ke dalam mata pelajaran khusus (monolitik). Pemerintah pusat tidak memperbolehkan penambahan mata pelajaran baru, diluar yang telah ditetapkan. Karenanya, Kespro diselipkan dalam berbagai mata pelajaran yang relefan. Misalnya, ketika guru agama sedang memberi pelajaran, ia bisa menyelipkan pengetahuan Kespro. Atau, ketika guru SD memberi pelajaran sains, ia bisa menyisipkan info Kespro dalam pelajarannya.

Lalu, kenapa pendidikan Kespro itu, dilakukan pada anak usia 10-14 tahun?

“Karena perkembangan psikologi anak pada usia ini,” kata Urai Husna Asmara, profesor bidang pendidikan yang menjadi ketua PKBI Kalbar. Proses kedewasaan dimulai dari SD. Ketika anak SD dasarnya bagus, biasanya, kedepannya juga bagus.

Menurut Husna, sistem ini baru pertama kali di Indonesia. Memberikan panduan kepada guru-guru, mulai dari kurikulum, RPP dan RKS, menjadi pelajaran di sekolah. Ini wajar sebagai inovasi dari pemerintah Kota Pontianak.

Ada satu keinginan, tahun depan mata metode ini bisa diperluas, oleh Pemkot seluruh Indonesia. Sehingga bisa menjadi masukan di tingkat nasional, dalam upaya preventif mengantisipasi makin merebaknya berbagai permasalahan seputar, kesehatan reproduksi, kehamilan tidak diinginkan, penyebaran HIV/AIDS, dan lainnya.

Menurut Gusti Hersan, pembelajaran kesehatan reproduksi di sekolah sangat penting sebagai awal (preventif) dalam memberikan alternatif dan solusi untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi siswa. Dengan pengetahuan lebih dini, diharapkan anak didik punya wawasan dan pengetahuan melindungi diri, agar dapat terhindar dari berbagai kasus yang tak diinginkan.

“Dengan terbitnya buku ini, akan memudahkan para pendidik dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman kesehatan reproduksi remaja, kepada pelajar secara terencana, sistematis dan ilmiah,” kata Buchary, dalam kata sambutannya di buku itu.□

Foto by Lukas B. Wijanarko, "Tawa Remaja."

Edisi Cetak, Harian Borneo Tribune, 13 Juni 2007

No comments :