Wednesday, December 14, 2005

Sepenggal Nyawa Pada Madu Alam

Oleh: Muhlis Suhaeri

Tahukah Anda, apa yang kita konsumsi sehari-hari, terkadang berasal dari suatu usaha dan taruhan nyawa, untuk mendapatkannya. Salah satu contoh, memperoleh madu alami. Untuk mendapatkannya, perlu ketrampilan, keahlian dan nyali khusus.

Bila Anda datang ke danau Sentarum, sempatkan mampir ke Pulau Tekenang. Di sana pemandangannya sungguh indah. Kombinasi bukit dan danau air tawar, memberi corak tersendiri pada alam. Deretan tumbuhan berjajar dan menapaki sebuah bukit di sana.


Pada sebuah bukit inilah, ada dua pohon besar. Tinggi pohon mencapai 200-300 meter dengan diameter sekitar 3-4 meter. Masyarakat menyebut pohon itu sebagai pohon lalao. Apa istimewanya pohon ini? Pohon lalao bukan sembarang pohon. Kepemilikannya, ada pada keturunan raja Selimbau. Salah satu keturunannya bernama Ade Ahmad. Dia bekerja sebagai nelayan. Di pohon lalao itulah, setiap setahun sekali, ratusan kilogram madu dapat diunduh atau dipanen. Hanya keluarga keturunan raja, boleh mengambil madu itu.

Madu biasanya panen pada bulan Januari dan Februari. Munculnya madu bisa dilihat dari adanya beberapa bunga, seperti, bunga putat, bunga kayu taun, dan bunga kayu masung. “Kalau bunga-bunga itu tak jadi, madu biasanya juga tak jadi,” kata Aspanwani, salah seorang penduduk di pulau Tekenang.

Cara mengambil madu di pohon lalao, musti dipanjat. Namun, tidak semua orang berani memanjatnya. Dulu ada satu orang di kampung itu, sanggup memanjat dan memanen madu. Sekarang tak ada lagi. Bila ingin memanen madu, keluarga Ade Ahmad harus mencari pemanjat dari kampung lain. Mereka berembug sesama keluarga untuk mencari pemanjat.

Cara memanen madu menggunakan sengkidau, tebauk dan tempayan. Sengkidau berupa kayu sebentuk dayung. Panjangnya sekitar 50-70 cm dengan lebar 5-7 cm. Ujungnya dibuat lebih lebar. Ukurannya sekitar 10 cm. Sengkidau berfungsi sebagai alat mengambil madu. Tebauk berupa akar-akaran. Fungsinya, menggusir lebah dari sarangnya. Tempayan merupakan alat untuk menampung madu. Kalau tak ada tempayan, bisa juga menggunakan blek kopi (tempat kopi dari lembaran logam dan berbentuk kotak), galon dan lainnya. Untuk memanjat pohon digunakan sebuah tali yang disambung satu dengan lainnya. Istilahnya tali panjat.

Mengambil madu dilakukan pada malam hari. Tujuannya, supaya lebah tidak menyengat. Biasanya mengambil pada pukul 6 sore hingga pukul 4 subuh. Bila tidak selesai malam itu, akan dilanjutkan malam berikutnya.

Ada ritual khusus ketika orang ingin mengambil madu di pohon lalao. Sebelum memanjat pohon, mantra-mantra dipanjatkan. Lafalnya seperti jampi-jampi atau nyanyian. Di bawah pohon itulah, mantra dilantunkan.

Setelah upacara kecil selesai, pemanjat akan segera naik ke atas pohon. Selama naik dan mendekati sarang, pemanen akan selalu melantunkan mantra. Fungsinya, supaya lebah tidak menyengat dan menyerang. Mantra juga berfungsi mengusir segala hantu atau roh jahat lainnya.

Setelah di atas, pemanen menyalakan gulungan akar dengan api. Kepulan asap didekatkan pada sarang lebah. Dengan cara itu, lebah bakal menyingkir dari sarangnya. Setelah lebah lari dari sarangnya, tempat untuk menampung madu diletakkan di bawah sarang. Setelah itu, pemanen akan mencocok sarang lebah dengan sengkidau. Madu yang tercocok akan jatuh ke dalam tempat penampungan.

Meski pada satu pohon, sarang lebah terpencar satu dengan lainnya. Satu pohon ada sekitar 40-50 sarang lebah. Sekali panen bisa menghasilkan sekitar 100 kg. Harga madu sekilonya Rp 25 ribu. Sistem pembagian madu dengan cara bagi hasil. Pemanen mendapat 60 persen dan pemilik pohon 40 persen. Memanjat resikonya besar, sehingga pembagiannya juga besar. Tapi, biasanya pemanen ada dua orang. Sehingga hasil pemanen juga dibagi dua.

Masyarakat di danau Sentarum juga membudidayakan madu. Caranya, mereka meletakkan kayu melintang pada dua dahan pohon. Di kayu itulah lebah akan menempatkan sarangnya. Cara budi daya itu biasa disebut dengan tikung. Tempat kayu hinggap dan meletakkan madunya disebut dengan repak.

Biasanya satu kepala keluarga (KK), membuat 30-40 tikung. Batang kayu untuk membuat tikung, biasanya dari kayu tembesu. Setelah satu tahun, barulah ada hasilnya. Satu pohon bisa menghasilkan 5 kg madu. Tikung biasa disebut dengan nama singkap. Satu pohon hanya satu tempat atau satu singkap.

Karena setiap orang punya tikung, mereka menandai tikung atau singkap dengan cara memberi tanda tertentu. Bisa berupa cat, atau tanda lainnya. Ada tanda runcing, bundar, persegi dan lainnya.

Cara mengambil tikung juga sama. Perlu dua orang untuk memanen madu. Satu orang memanjat pohon, dan satunya menunggu di perahu. Orang di perahu bertugas mengusir tawon, supaya tidak berada di perahu. Kalau tidak begitu, lebah akan tetap tinggal di perahu.

Setelah terkumpul, madu segera disaring. Caranya, meletakkan kain kasa di atas ember. Lalu, meletakkan sarang madu di kain kasa. Madu dengan sendirinya akan meleleh dan tertampung di ember.

Dulu, orang memeras madu sekalian dengan sarangnya. Hasilnya kurang bagus. Terbawanya tahi dan sarang lebah, membuat kualitas madu kurang bagus. Warna madu juga tidak bisa bening dan bagus. Masyarakat menjual sebagian besar madu yang dihasilkan. Kalau pun dikonsumsi di rumah, hanya sebotol saja.

Lalu, bagaimana mengetahui madu itu asli atau tidak. Ada beberapa cara mengetesnya. Menurut Aspanwani, salah satu cara dengan meneteskan madu pada kertas pembungkus batang rokok. Bila kertas tidak koyak, berarti madu asli. Cara lain dengan memasukkan sebutir beras ke madu. Kalau beras berbuih, berarti madu itu asli. Madu bila dikocok dan tidak berbusa, juga bisa menunjukkan sebagai madu asli. Madu asli bisa juga dibuktikan dengan meletakkan madu di tempat terbuka. Bila ada semut datang mengerubung, berarti madu itu tidak asli.

Apa khasiat yang terkandung dalam madu?

Menurut Muslimtechnologist, seperti ditulis pada koran Republika menyebutkan, madu mempunyai beberapa khasiat. Pertama, madu digunakan sebagai zat anti bakteri dan jamur. Madu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, patogen tertentu, serta jamur, semisal Candida albicans. Kedua, madu digunakan sebagai antimencret.

Dengan konsentrasi hingga 40 persen, madu memberikan efek bakterial yang akan menghambat laju sejumlah bakteri yang menyebabkan mencret serta disentri, seperti Salmonella, Shigella, enteropatogenik E coli, dan Vibrio cholera. Ketiga, madu dapat digunakan sebagai penyembuh luka dan anti-inflammatory (luka bakar). Keempat, madu dapat digunakan sebagai zat antitusif dan ekspektoran.

Madu yang diandalkan sebagai obat batuk ini terkait dengan kemampuannya untuk mencairkan dahak dan melegakan tenggorokan. Kelima, madu sebagai sumber nutrisi. Madu tak terkontaminasi sangat sehat, makanan yang alami, dan mengandung banyak energi. Karena mengandung karbohidrat, protein, lipid, enzim dan vitamin. Satu sendok madu mengandung 60 kalori, serta mengandung 11 gram karbohidrat, 1 mg kalsium, 0,2 mg zat besi, 0,1 mg vitamin B dan 1 mg vitamin C.

Khasiat dan kegunaan madu, juga termaktub dalam Al-qur’an, surat An-Nahl, ayat 68-69, yang mempunyai arti, Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).”

Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.

Nah, karena mempunyai multi fungsi itulah, orang sejak jaman dulu telah menggunakan madu untuk berbagai obat dan menyembuhkan beragam penyakit. Tak heran jika madu telah akrab di kalangan masyarakat dan peradaban kuno, seperti pada bangsa Mesir, Assyria, Cina, Yunani dan Romawi kuno.

Maka, jangan menunggu. Bila Anda ingin sehat, salah satu cara dengan mengkonsumsi madu setiap hari.***

Foto by Muhlis Suhaeri, "Danau Sentarum."
Edisi Cetak, minggu kedua, Desember 2005, Matra Bisnis

No comments :