Tuesday, January 17, 2006

Pembuat Perahu Lomba

Oleh: Muhlis Suhaeri

Wilayah Kalbar yang terdiri dari aliran sungai, memerlukan transportasi khusus, seperti perahu. Dengan perahu inilah, masyarakat melakukan berbagai kegiatan sehari-hari. Perahu tak hanya untuk kegiatan harian. Pada suatu kesempatan, perahu juga digunakan untuk lomba atau acara ritual. Seperti terjadi baru-baru ini di Kabupaten Landak.

Serombongan orang berkayuh menyusuri air. Otot mereka meregang. Air sungai tersibak oleh dayung. Sampan melaju dengan cepat. Ada tiga sampan di sungai itu. Setiap sampan terdiri dari 8 pendayung. Setiap ayunan dayung dibarengi dengan teriakan, sebagai penyemangat. Mereka berpacu mengikuti aliran sungai Landak, pagi itu. Itulah gambaran lomba sampan dalam rangka festifal adat dan kebudayaan Kabupaten Landak. Acara diselenggarakan dalam rangka acara Tumpang Negeri.


Menurut Gusti Suryansah, Pangeran Ratu Kerajaan Ismahayana Landak, Tumpang Negeri merupakan acara ritual dengan tujuan, bekerja sama saling memberi dan menyadari kelebihan dan kekurangan. Pengantar tumpang negeri ini ada dua dimensi. Pertama, doa supaya terhindar dari segala balak, bencana alam dan penyakit. Kedua, doa permohonan keselamatan dan kesejahtareaan. Supaya pada tahun mendatang, orang di Landak bisa lebih baik dan sejahtera.

”Upacara tumpang negeri ini, harus didahului dengan suatu kegiatan yang dinamakan sedekah kampong yang berlangsung tiga hari,” kata Suryansah.

Selain itu, ada berbagai perlombaan diadakan untuk menyemarakkan acara itu. Salah satunya adalah lomba sampan antarkecamatan semua kecamatan di Landak. Masing-masing kecamatan membuat perahu sendiri untuk lomba. Namun, bila ada kecamatan tidak mempunyai perahu, panitia akan memberikan perahu.

Panjang perahu untuk lomba mempunyia panjang sekitar 12 meter, lebar 90 cm dan tinggi 70 cm. Perahu bentuknya ramping. Perahu itu khusus dibuat untuk lomba sampan. Harga perahu Rp 3 juta. Salah seorang pembuat perahu bernama Herman Suhandri, 28 tahun, warga Serimbu, Kecamatan Air Besar, Kabupaten Landak. Pekerjaan sehari-harinya membuat perahu. Perahu yang dia buat, biasanya dipesan masyarakat di sekitar Serimbu.

Beda sampan biasa dengan sampan lomba, terlihat dari ukurannya. Sampan biasa ukurannya 6 meter, sedangkan sampan lomba bisa 8 meter atau 12 meter. Untuk sampan buatan warga Serimbu, panjang 8 meter. Kalau daerah lain mencapai 12 meter. Lebarnya sampan bisa, 1 meter, kalau sampan lomba lebih kecil, 60-70 cm.

Semakin panjang ukuran sampan, akan lebih susah mendayungnya. Menurut Herman, perahu yang dia buat, sangat stabil. Hal itu terlihat ketika peserta lain mencoba perahu, yang dibuatnya.

“Mereka memuji sampan buatan saya,” kata Herman.

Kalau lebih pendek, mendayungnya lebih enak dan cepat. Pendayung berjumlah 8 orang. Sampan dengan panjang 8 meter dan 12 m, sama jumlah pendayungnya. Perahu dibuat dengan menggunakan kayu medang. Dayung sampan juga terbuat dari kayu medang. Namun, ada juga dari kayu leban. Dayung memiliki panjang 160 cm, dengan lebar 80 cm.

Umur kayu untuk membuat sampan, mencapai belasan tahun. Diameter kayu untuk membuat sampan sekitar setengah meter. Ciri kayu ini ringan, bagus, awet dan kuat. Ketika dibuat menjadi perahu, ketahanannya hingga 2-3 tahunan. Kayu dibeli dari orang yang mengambilnya di hutan.

Cara membuatnya, kayu dikeringkan dahulu selama 3 hari. Kayu baru dapat digunakan setelah seminggu, atau setelah kayu mati. Langkah pertama membuat perahu dengan membuat tajuk. Atau, semacam tulang rusuk, bingkai di dalam perahu. Cara membuatnya harus dengan kreasi, supaya indah dan bagus. Setelah tulang rusuk terbentuk, barulah diberi lem keruing.

Lem keruing dari damar, yang diperoleh di hutan. Tujuannya, supaya air tidak bisa masuk ke perahu. Damar dibuat dengan cara ditumbuk sehalus mungkin. Lalu, dihaluskan, sehingga menghasilkan butiran seperti tepung. Kemudian diambil getahnya dan diberi minyak solar. Setelah itu, tepung diberi air panas. Hasilya, tepung dijemur lagi. Setelah proses itu, barulah jadi lem dan bisa digunakan.

Bagian paling sulit membuat perahu di bagian tajuk. Tingkat kesulitannya, ketika membuat bentuk atau model. Karena itu merupakan dasar pertama membuat sampan. Jika modelnya bagus, maka hasilnya pun akan bagus. Keindahan dan kekuatannya di situ.

Supaya bentuk perahu bagus?

Caranya, kayu medang yang sudah siap direkatkan dengan paku. Lalu, kepalanya dimasukan, dan dipantak. Hasilnya satukan dan diikat dengan tali. Tujuannya, ketika dibuka, menghasilkan bentuk yang diinginkan. Sesuai dengan bentuk gelombang.

Herman telah membuat perahu selama 2 tahun. Dia ikut kerja dengan bapaknya, Abdul Liman, 52 tahun. Orang tua itu, sudah menggeluti pembuatan perahu sejak 13 tahun.

Tidak ada ritual khusus ketika membuat perahu lomba. Namun, ada pembacaan doa, ketika perahu akan dicoba. Selain itu, ada juga ritual menebarkan nasi kuning dan ayam. Tujuannya, demi menjaga keselamatan.

Herman dan orang tuanya mengerjakan perahu lomba selama seminggu. Setelah sampan selesai dibuat, akan dites apakah bocor atau tidak. Jika tidak ada kebocoran, maka sampan siap digunakan. Mereka berlatih dan menggunakan perahu di sebuah bendungan Ban-Ban. Yang merupakan nama sebuah bendungan dengan air terjun di kawasan Menanggar, 4 km dari Serimbu.

Sampan lomba dibawa dari Serimbu menuju Ngabang dengan menggunakan bus umum. Perjalanan dari Serimbu ke Ngabang, memakan waktu 4 jam. Kondisi jalan rusak, dan berlubang.

Saat lomba, untuk memotivasi pedayung, manajer akan berteriak ban-ban go. Jika teriakan itu terdengar, maka akan diikuti pedayung lainnya. Go adalah semangat untuk mencapai sesuatu.

“Peserta lomba sampan dari Serimbu, sebanyak 20 orang. Satu regu ada dua manajer,” kata Mustari, 41 tahun, Wakil Ketua panitia untuk kontingen Air Besar, serimbu.

Jumlah total peserta festival budaya Melayu dari Serimbu ada 85 orang. Mereka ikut berbagai macam kegiatan lomba, seperti jepin, redad, dan pencak silat (eksebisi).

Perlombaan itu sendiri, diselenggarakan untuk melestarikan nilai dan budaya warisan leluhur, kata Suryansah.***

Foto by Nurul Hayat, "Lomba Sampan."
Edisi Cetak, minggu ketiga Januari 2006, Matra Bisnis

No comments :