Muhlis Suhaeri
Borneo Tribune, Pontianak
Sudah sekian lama,
masyarakat perbatasan merasa ditelantarkan.
Meski sudah lama merdeka,
tapi wilayah itu, tak tersentuh pembangunan.
Padahal, dalam berbagai pidato dan kata sambutan yang disampaikan,
Kata-kata manis selalu diucapkan:
”Jadikan, wilayah perbatasan sebagai serambi,
Sebagai halaman depan. Dan sebagai-sebagai lainnya....”
Nyatanya, semua hanya slogan belaka.
Pemanis pidato dalam berbagai acara seremoni.
Pengering mulut bagi lidah yang kian tebal dan mati.
Kondisi berbeda dan sangat kontras
terlihat pada negara tetangga. Mereka semakin giat
memoles dan memperbaiki daerah perbatasan.
Bila ditilik dua pembangunan di sepanjang dua negara,
ibarat bumi dengan langit. Gelap dan terang.
Karena kegelapan di perbatasan itulah,
segala benda yang berada di tapal batas, terjarah dan terbengkas.
Jalur surga bagi segala perdagangan illegal dan terlarang,
tempat menyalurkan manusia dan barang...
Ketika semua sudah terjarah.....
Yang tersisa hanya gundah dan amarah....
Foto : Lukas B. Wijanarko
Teks : Muhlis Suhaeri
Edisi cetak ada di Borneo Tribune 1 Februari 2009
Sunday, February 1, 2009
Daerah Batas yang Kian Merana
Posted by Muhlis Suhaeri at 8:07 PM
Labels: Essai Foto
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment