Tuesday, May 12, 2009

Sebuah Malam Penuh Keakraban

Muhlis Suhaeri
Borneo Tribune, Sarawak
Tiga pasang perempuan dan lelaki melenggok dalam sebuah gerakan ritmis. Masing-masing menarikan gerakan seirama dan teratur. Beragam manik-manik dan hiasan menempel pada pakaian yang mereka kenakan. Bunyi gemerincing berpadu dengan langgam tetabuhan, memberikan sebuah gambaran padu tentang sebuah kesenian adi luhung.

Malam itu, di cafe bernama Manggo Tree Cafe di Kuching, berlangsung jamuan makan malam. Tuan rumahnya, Konsulat Jenderal RI di Kuching, Rafail Walangitan. Hadir dalam jamuan acara tersebut, rombongan Komisi V yang dipimpin langsung ketuanya, Ahmad Muqowam. Komisi V DPR RI membidangi Perhubungan, Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat, Pembangunan Pedesaan dan Kawasan Tertinggal, Badan meteorologi dan Geofisika, dan Badan SAR Nasional. Rombongan dari Pemprov Kalbar, dipimpin Asisten II, Bidang Administrasi dan Ekonomi, Setda Kalbar, Maryadi.


Acara berlangsung akrab dan penuh kekeluargaan. “Ini memang bukan acara formal. Kebetulan ada dua rombongan yang waktunya tepat dan sama-sama berada di Kuching,” kata Walangitan.

Konsul Jenderal RI di Kuching, Rafail Walangitan memperkenalkan kegiatan pameran Pemprov Kalbar, kepada rombongan DPR RI. Pemprov Kalbar tak hanya melakukan pameran, namun juga memperkenalkan kesenian Kalbar, pada masyarakat Kuching, Sarawak. Karenanya, dalam pameran yang berlangsung tiga hari, 8-10 Mei 2009, ditampilkan kesenian tari-tarian.

Tidak hanya menampilkan produk penunjang kecantikan, tapi menampilkan beragam produk makanan, baju, kerajinan, dan berbagai produk yang mempercantik rumah.
“Kita memang berusaha tampil beda,” kata Rafail.

Ketua Komisi V, Ahmad Muqowam merasa bersyukur dengan pertemuan tersebut. Hal itu merupakan wujud dari kebesaran Tuhan yang menunjukkan Kebhinekaan Indonesia. Ada keragaman. Muqowam yang berangkat dari Pontianak menggunakan jalan darat menuju Kuching, mengomentari buruknya infrastruktur.

“Bangsa ini memang bangsa yang bodoh,” kata Muqowam.

Alasannya? Ketika dia melakukan kunjungan ke berbagai wilayah di Indonesia, hal paling mencolok terjadi adalah, tidak dibangunnya infrastruktur. Padahal, infrastruktur merupakan hal penting.

“Bangsa Indonesia masih membutuhkan infrastruktur yang menjadi triger bagi pembangunan bangsa ini,” kata Muqowam.

Semenjak dari Pontianak menuju Kuching, ada perbedaan sangat mencolok dari segi pembangunan infrastruktur, antara Kalbar dan Sarawak.

Buruknya infrastruktur di Indonesia, membuat sekitar 72 ribu masyarakat masih hidup di berbagai desa tertinggal. Begitu juga dengan perumahan. Saat ini masih ada sekitar 6 juta warga yang belum punya rumah. Dalam bidang pembangunan daerah tertinggal, masih dilakukan berbagai pembangunan di daerah tertinggal.

“Infrastruktur tidak hanya mengarah kedepan, tapi juga ke belakang. Kebijakan yang kita lakukan pun, tidak berpihak pada lingkungan,” kata Muqowam.
Ia mengomentari banyaknya kepala daerah, ketika berkuasa, tak memperhatikan faktor lingkungan, ketika melakukan pembangunan.

Asisten II, Bidang Administrasi dan Ekonomi, Setda Kalbar, Maryadi menyatakan, kerja sama antara RI dan Malaysia, makin erat dengan adanya program Sosekmalindo. Pembangunan di Kalbar, makin tergambar kedepannya dengan adanya Forum Gubernur Kalimantan. Apalagi dengan Ketuanya, Cornelis, akan mempermudah hubungan dengan Malaysia dan Brunei, yang memang berdekatan dengan Kalbar.

Dari segi ekonomi, hal menarik yang bisa dilihat adalah, dengan adanya gempa finansial yang terjadi, hal paling enak dilakukan masyarakat Kuching adalah, berbelanja di Pontianak.

“Tentunya, hal itu harus dimanfaatkan dengan baik, sehingga bisa menjadi potensi,” kata Mawardi.

Acara berlanjut. Makan malam terhidang. Suasana meriah dan semarak. Namun, di ujung sana, di berbagai pelosok tanah air kita, suasana gelap dan temaram masih berlangsung. Banyak warga hidup dalam keterisolasian karena buruknya infrastruktur, kesehatan, pendidikan, dan fasilitas umum.

Makan malam ini, semua hidangannya terasa lezat dan nikmat. Namun, membuat tenggorokan serasa tercekat...

Edisi cetak ada di Borneo Tribune 12 Mei 2009

No comments :