Sunday, August 19, 2007

Perayaan Kemerdekaan

Hari itu, selalu ditunggu. Ada kesyakralan dan ritual. Ada rejeki yang mengalir dengan kedatangannya. Apalagi kalau bukan dari bisnis bendera. Umbul-umbul, dan lainnya. Sepanjang jalan raya meriah oleh warna sang bendera.



Tak itu saja. Setiap warga memancang bendera bagi rumah. Gang, jalan, perumahan dan perkampungan, semarak seketika. Semua berhias dan memeriahkan lingkungan. Demi penyambutannya.

Ketika hari itu tiba, semua menggelar perayaan. Ada lomba, olah raga, dan permainan rakyat. Ada panjat pinang, tarik tambang, balap karung, lomba sampan, makan kerupuk, dan lainnya. Semua menyatu dan merayakan. Tak ada batas. Kanak. Remaja. Orang tua. Melayu. Dayak. Tionghoa. Bugis. Jawa. Madura. Batak, dan lainnya. Semua menyatu. Dalam jalinan kebersamaan nan padu.

Semua menyambut dengan antusias. Memperingati dan merayakannya. Itulah hari Kemerdekaan 17 Agustus. Ada emosi tertumpah pada perayaan ini.

Tak sedikit, hanya melakukannya sebagai ritualitas belaka. Bahkan, tak jarang yang sudah kehilangan makna.

Bagaimanapun, 62 tahun usia kemerdekaan, adalah rentang waktu yang tak lagi muda, bagi suatu usia. Sejatinya, usia kemerdekaan mesti menanda pada pola prilaku masyarakat, bangsa dan negara.

Kemerdekaan, bukanlah ritual setahun sekali. Setelah berlalu, sepi dan tak berarti.

Kemerdekaan adalah, sikap dan perilaku dewasa kita menghargai perbedaan, menghormati keberagaman, dan bersikap profesional bagi sesuatu yang kita kerjakan.

Fotografer : Lukas B. Wijanarko
Teks : Muhlis Suhaeri

Edisi Cetak ada di Borneo Tribune, 19 Agustus 2007

No comments :