Friday, October 29, 2021


Resume ‘Serangkai’

Judul Buku: Serangkai

Penulis: Valerie Patkar

Penerbit: Bhuana Ilmu Populer

Tahun Terbit: 2021

Tebal: 400 halaman

Serangkai merupakan karya dari penulis Valerie Patkar. Mengisahkan tentang Kai Deverra yang masih bertarung dengan dukanya akibat ditinggal oleh sang mantan kekasih, namun hal ini membawanya bertemu Karina Maladivas Nota, sosok gadis yang keras dan penuh misteri.

Kai Deverra merupakan seorang pembalap ternama Indonesia yang sudah dikenal hingga internasional. Di saat yang sama, Divas, merupakan seorang dokter yang kala itu ikut menjadi bagian dari tim medis klub Kai. Watak Divas yang ceplas ceplos dan Kai yang keras kepala membuat pertemuan mereka berdua diisi oleh adu mulut.

Ketika pengecekan sebelum hari kualifikasi, Divas melarang Kai untuk ikut pertandingan akibat kondisi tubuhnya yang tidak fit. Namun, Kai Deverra tidak pernah meninggalkan setiap kesempatan yang ada untuk turun ke sirkuit membawa nama klubnya. Hal ini memicu perdebatan di antara mereka.

Selain tubuhnya yang tidak fit, Kai juga tidak fokus setelah mendapat undangan pernikahan dari sang mantan kekasih, Claire. Hal ini mengakibatkan Kai terlibat kecelakaan ringan yang membuatnya harus rehat dari sirkuit beberapa saat. Kai kembali ke Jakarta untuk menjalani fisioterapi, tanpa disangka, hal ini membawanya kembali bertemu Divas, yang saat itu menjadi asisten dokter Kai.

“Dokter Divas, ini Kai Deverra, dia pembalap tim BehIND, kakaknya Dokter Nima.”

“Udah kenal kan kita? Masa mau kenalan lagi.”

Hari-hari berlalu, Kai dan Divas menjadi semakin dekat. Kai mulai mengenal Divas dan semua kebiasaan anehnya. Divas yang suka berdiam diri di ruang istirahat setiap jam 6 sore hanya termenung sambil mendengarkan lagu Kasih Tak Sampai milik Padi di Ipod kuno yang selalu ia bawa. 

Divas yang selalu memilih untuk tidur di lantai seolah permukaan kasar itu lebih nyaman dibandingkan kasur empuk. Divas yang selalu membawa keripik balado namun tak pernah ia makan dan hanya ia bagikan kepada rekan-rekannya di rumah sakit. Divas yang menghabiskan seluruh waktunya di rumah sakit seakan ia enggan untuk kembali ke rumah.

Dari kedekatan mereka, Kai belajar banyak hal dari Divas. Kai yang selama ini selalu merasa bersalah, berduka, dan marah atas putusnya hubungan mereka berdua, mulai menerima keadaan. Ia berdamai dengan lukanya, dengan bantuan kecil dari kata-kata Divas.

“Luka hati tuh ngerepotin banget. Bikin sakit, bikin nggak bisa ngapa-ngapain, bikin capek, bikin kepikiran. Itu kalau lukanya diterima, apalagi nggak diterima coba? You will always lose things if you keep acting up as if you’re fine and ignoring your shits.”

Sedikit yang Kai ketahui mengenai Divas, namun hal ini juga yang membuat Divas terlihat sangat menarik baginya. Pertengkaran yang selalu terjadi di antara mereka ketika pertama kali bertemu, menimbulkan rasa nyaman di dalam diri keduanya. Tanpa Kai sadari, ia telah membangun rasa untuk Divas.

Sampai akhirnya sehari sebelum keberangkatan Kai untuk mengikuti Grand Pix berikutnya, ia mengundang Divas untuk menonton pertandingannya kali ini. Walau harus diikuti dengan perselisihan di antara mereka seperti biasa, yang berakhir dengan mereka yang saling mengungkapkan perasaan satu sama lain. Dengan begini, kisah romansa di antara mereka dimulai.

“Cuti apa susahnya sih? Kalau emang lo bener-bener nggak bisa datang, bilang cepet pulang kek, atau kesel gitu karena gue harus pergi? Lo… nggak tau lah.”

“Nah… gitu dong marah. Gue kesel kok lo tiba-tiba pergi. Gue juga pengen banget cuti. Tapi gue pengen denger alasan lo. Gue pengen tahu sebesar apa keinginan lo untuk ngajak gue ikut sama lo. Karena dengan begitu gue tahu… kalau gue penting buat lo.”

Ketika Kai merasa luka lamanya disembuhkan atas kehadiran Divas, hal ini tidak berlaku sama untuknya. Karena Divas telah memendam luka mendalam selama 10 tahun terakhir, semenjak kepergian sang kakak yang sangat ia kagumi, Zacchio. Divas dan sang kakak memiliki hubungan persaudaraan yang sempurna. Mereka sangat akrab dengan satu sama lain, dan sering menghabiskan waktu bersama.

Semua kebiasaan yang dilakukan oleh Divas selama ini juga berasal dari Zacchio. Semasa hidup Zacchio, ia sering mengajak Divas ke kolong jembatan Ciputat untuk melukis mural setiap jam 6 sore. Zacchio lebih sering tidur di lantai dibandingkan di kasur kamarnya, ia merasa ada suara-suara dari lantai yang mengantarnya tidur lebih nyenyak. 

Zacchio selalu mendengarkan Kasih Tak Sampai lewat ipod nano kuno yang diberikan oleh Divas. Serta kegemaran Zacchio terhadap keripik balado buatan sang ibunda, sampai ia pergi pun ibunya tetap membuat keripik tersebut walau sang ayah serta Divas tidak pernah memakannya.

“Pokoknya tiap jam 6 sore, kamu harus nemenin Kakak ya ke sini. Nggak boleh pergi sama temen, nggak boleh ke mana-mana, harus sama kakak. Kalau ada yang nanya, bilang sibuk, oke?”

Zacchio wafat di usianya yang menginjak 18 tahun, kanker mastoid, telah ia derita 6 tahun lamanya. Ketika ia memasuki bangku putih abu, Zacchio memutuskan untuk berhenti melakukan pengobatan, menurut dokter penyakitnya sudah tidak bisa disembuhkan. Yang paling naas adalah, Divas sama sekali tidak mengetahui penyakit sang kakak. Ia baru mengetahuinya seminggu sebelum Zacchio wafat. Kematian Zacchio menghancurkan Divas serta keluarganya.

Di hari kualifikasi Grand Prix, terjadi kecelakaan besar yang menewaskan salah satu pembalap F1. Hal ini memicu ketakutan dalam diri Divas akan keselamatan Kai. Ia tidak ingin ditinggal oleh orang yang ia sayangi untuk ke sekian kalinya. Divas melarang Kai untuk mengikuti pertandingan di keesokan harinya. Hal ini memicu pertengkaran di antara mereka yang akhirnya Divas kembali ke Jakarta meninggalkan Kai di Singapura.

“Lo kenapa jadi begini sih, Vas? Kenapa lo jadi memperumit keadaan? Yang kecelakaan orang lain, bukan gue. Sekarang gue baik-baik aja, apa yang lo takutin?”

“Jangan pernah bawa gue masuk ke hidup lo kalau lo masih gampangin ketakutan gue.”

Ketika Divas sampai di Jakarta, ia harus dihadapi dengan salah satu pasiennya yang tewas akibat kanker darah. Pasiennya bernama Evan, usianya baru 8 tahun ketika akhirnya tewas setelah berjuang melawan kanker yang menggerogoti tubuhnya. Divas berusaha menyelamatkan Evan yang kritis namun kenangan mengenai kematian sang kakak, Zacchio, menyerangnya di tengah-tengah ia bertugas.

Divas akhirnya ditarik keluar oleh suster karena dianggap sedang dalam keadaan yang tidak mumpuni. Ditambah dengan seorang pasian yang kerap memprotes karena Evan yang dilayani terlebih dahulu, semakin menambah beban yang dirasakan oleh Divas. Ketika ia mendengar bahwa Evan tidak bisa diselamatkan, dengan kalap ia mengamuk dan tanpa sadar menyerang pasien yang sedari tadi memicu emosinya.

“Lagi pula kalau memang sakitnya sudah parah ya sudah, nggak bisa ditolong lagi. Lebih baik tolong orang yang masih punya kesempatan hidup.”

“Kalau sakitnya udah parah nggak bisa ditolong lagi anda bilang?! Kenapa mereka nggak boleh ditolong? Kenapa mereka nggak boleh hidup juga!”

Hal ini mengakibatkan Divas harus di-terminate dari rumah sakit dan menjalani masa penaltinya. Pradhika, sahabat baik Zacchio, yang sekarang bekerja di tempat yang sama dengan Divas akhirnya mengajak Divas berbicara. Ia percaya Divas masih memiliki kesedihan yang terpendam semenjak kematian sang kakak. Dhika menyarankan Divas untuk melakukan terapi namun ditolak oleh Divas.

Setelah pertandingannya yang berjalan lancar di Singapura, Kai memutuskan untuk rehat dari beberapa pertandingan setelahnya untuk kembali ke Jakarta dan mencari Divas. Ia mendapat kabar dari adiknya yang juga merupakan seorang dokter, Nima, mengenai tragedi di rumah sakit. Akhirnya Kai berusaha mencari Divas ke rumahnya, rumah sakit, sampai akhirnya ia kembali ke kolong jembatan Ciputat.

Ia menemukan Divas sedang mengamati mural-mural di sana. Kai meminta penjelasan atas sikap Divas belakangan hari ini. Namun Divas tak kunjung membuka lukanya ke Kai, ia meinta Kai untuk kembali ke Singapura dan melanjutkan Grand Prixnya.

“Luka gue nggak akan pernah bisa disembuhin siapa pun… gue nggak akan pernah bisa sembuh. Jadi, jangan pernah coba. Jangan pernah berusaha sembuhin luka gue, karena itu cuma buang waktu lo.”

Setelah mengantar Divas kembali ke rumah, Kai pergi kembali ke rumah sakit untuk bertemu Pradhika. Ia merasa Dhika lebih mengetahui dan mengenal Divas dibandingkan dirinya. Akhirnya ia berhasil mendaptkan jawaban atas pertanyaannya selama ini. Tentang Divas yang sikapnya selalu berubah-ubah, dan siapa itu Zacchio pencipta mural yang selama ini selalu dikagumi oleh Divas.

Keesokan harinya Divas terlibat pertengkaran dengan sang ibunda. Semua dimulai dengan ia yang tak sengaja mendengar sang ibunda yang bercerita ke temannya dan bercerita seakan-akan Zacchio masih hidup. Sesampainya di rumah, Divas tak bisa menahan emosi yang selama ini ditahannya dan berakhir dengan pertengkaran. Di tengah adu mulut tersebut, sang ayah kembali bersama Kai yang baru saja pergi menemaninya ke studio lukis sang ayah.

“Kenapa semua orang di rumah ini doyang banget jadi pembohong sih?” Dan semua kejadian itu terputar ulang seperti time lapse dalam waktu beberapa detik. Saat semua orang memiliki waktu lebih banyak dengan kakak gue karena mereka tahu apa yang terjadi padanya, gue baru mengetahui semuanya seminggu sebelum dia pergi.

“Kalian hidup tuh kayak nggak ada masalah. Anak kalian itu udah meninggal! Anak kalian udah nggak ada lagi! Dan kalian masih bisa ngomong sama orang lain kalau dia masih ada?! Padahal kalian yang bikin dia mati karena nggak mau ada usaha untuk buat dia hidup lebih lama!”

Divas memutuskan untuk pergi dari rumah dan berhasil dikejar oleh Kai. Setelah memutari kota selama beberapa jam akhirnya ia memutuskan untuk membawa Divas pulang ke apartemennya. Ia membiarkan Divas untuk memiliki waktu sendiri.

Setelah merasa tenang, Divas mulai membuka dirinya pada Kai. Ia menceritakan perasaannya selama ini setelah kehilangan Zacchio.

“Tante Nia dan Om Bhima, mereka berdua Cuma maksain diri untuk kuat dan bahagia karena mereka tahu, mereka masih punya lo. Karena lo harus hidup lebih lama. Karena cuma lo yang mereka punya, dan mereka nggak mau kehilangan lo. Dan sekarang, mereka kehilangan lo, Vas.”

Berkat Kai, Divas berhasil berdamai dengan masa lalunya. Divas sudah bisa berkunjung ke makam Zacchio. Divas dan keluarganya sudah bisa membicarakan Zacchio dengan tawa bahagia. Divas berhasil menghadapi kesedihan yang selalu ia pendam selama 10 tahun terakhir ini.

 Peresume:

Cori Nariswari Mernissi

Baca Selengkapnya...

Friday, October 22, 2021


Resume ‘Claires’

Judul Buku: Claires

Penulis: Valerie Patkar

Penerbit: Bhuana Sastra

Tahun Terbit: 2018

Tebal: 380 halaman

‘Claires’ adalah buku debut dari penulis Valerie Patkar. Kisah Claire telah diterbitkan sebelumnya di platform online pada tahun 2015, dan diterbitkan menjadi buku fisik di tahun 2018. Berkisah tentang konflik perselingkuhan dari sudut pandang pihak yang melakukannya.

Semua dimulai dari kepergian Kai Deverra, salah satu pembalap ternama Indonesia. Ia pergi ke sirkuit Silverstone, Inggris. Ia memutuskan menetap di sana selama 6 bulan, untuk menyiapkan diri mempersiapkan Grand Prix. Akibat itu, ia harus meninggalkan kekasihnya, Claire, seorang diri di Bali.

Kai sebelumnya telah mengajak Claire untuk ikut serta dengannya, mengingat mereka harus berpisah selama 6 bulan dan tidak bisa disebut singkat. Namun, Claire memutuskan untuk tetap tinggal di Bali dengan alasan, ia harus fokus dengan skripsinya dan membantu sahabatnya, Katrina, mempersiapkan pameran seni.

Hubungan Claire dan Kai bisa disebut sempurna. Mereka telah menjalin hubungan bertahun-tahun lamanya. Selama itu tidak pernah terjadi pertengkaran di antara mereka, hanya perbedaan argumen singkat yang membuat mereka semakin dekat.

Claire dan Deverra seperti deretan awan di atas langit. Mereka sama dan itu membuat mereka sempurna.

Namun setiap kepergian Kai, Claire selalu merasa kesepian. Ketakutan terbesarnya. Sampai ia bertemu Ares Nota. Malam itu ia menemani Katrina menghadiri ulang tahun temannya di salah satu club ternama. Tak disangka ia malah bertemu Apollo, sahabat Kai yang juga berteman dengannya. Apollo bersama seorang lelaki yang tidak ia kenali, namanya Ares.

Pertemuannya dengan Ares tidak berdampak sedikit pun bagi Claire. Semalaman ia hanya fokus berbicara dengan Apollo. Berbanding terbalik dengan Ares, walau hanya melakukan kontak sesaat dengan Claire, ia tak bisa memalingkan mata darinya. Rasa penasarannya kepada Claire tumbuh dengan sendirinya.

Malam itu, Claire tanpa sengaja meninggalkan handphone miliknya di meja Ares. Ia tidak pernah menyangka insiden sekecil itu, dapat membuka jalan bagi Ares untuk masuk ke dalam hidupnya.

Keesokan harinya, Ares mengembalikan handphone milik Claire ke rumahnya. Dari situ lah, kesepian yang selama ini Claire rasakan, mulai terisi dengan datangnya sosok Ares ke dalam hidupnya.

Ares berbanding terbalik dengan Claire. Ia dikenal dengan sosoknya yang slengean dan cap ‘lelaki buaya’ yang tercetak tepat di dahinya. Sedangkan Claire sendiri, semua orang tahu seberapa elegan dan tenangnya sosok gadis itu.

Claire dan Ares seperti rangkaian baris warna pada pelangi. Mereka berbeda dan itu membuat mereka sempurna.

Ares tidak tahu ia akan jatuh sedalam ini pada Claire. Awalnya, ia hanya penasaran dengan gadis itu. Niatnya ingin sesekali mencoba bermain dengan kekasih orang lain. Namun ia malah senjata makan tuan.

Begitu juga dengan Claire, pada awalnya ia menganggap kehadiran Ares hanya mengganggu kehidupannya. Namun semakin lama ia makin terbiasa dengan kehadiran sosok lelaki aneh itu. Rasanya sepi tanpa dia. Hal ini juga yang membuat Claire merasa sangat bersalah pada Kai.

Semenjak ia mulai merasakan perasaan pada Ares, ia enggan untuk mengangkat telepon atau membalas pesan dari Kai yang masih setia mengirimkan kabar kepadanya setiap hari. Orang-orang terdekatnya pun mulai kesal kepada Claire, atas perlakuan yang ia lakukan kepada Kai. Baik dari Katrina maupun Apollo menunjukan respon negatif pada hubungan Ares dan Claire.

Sampai berita mengenai perselingkuhan Claire sampai ke telinga Kai lewat Katrina. Kai saat itu harus fokus pada Grand Prix yang hanya tinggal menghitung hari. Namun, akibat kabar dari Katrina, ia tidak bisa fokus pada latihannya. Adiknya, Nima, sudah mengingatkan Kai selama ini mengenai sikapnya yang lebih mengutamakannya karirnya dibanding Claire.

Sekarang Kai mulai merasakan dampaknya. Nima mengajak Kai untuk pulang sebentar ke Bali, agar ia dapat bertemu dengan Claire.

Saat itu Ares sedang pergi ke ibu kota untuk mengurus pekerjaannya di Nota Group, perusahaan keluarganya, ketika Kai Deverra menghampiri Claire di kampusnya.

“Aku kangen sama kamu.”

Claire tidak merasakan hal yang sama.

Kai pun terlibat percakapan dengan Claire. Ia mengakui secara tidak langsung apa yang telah ia perbuat pada Kai dengan tersedu. Namun Kai secara cuma-cuma memaafkan perbuatan Claire. Malamnya, Kai bertemu dengan Ares yang baru saja pulang dari ibu kota dan langsung ingin menghampiri rumah Claire.

“Claire selalu bilang, gue rumah dia. Ke mana pun dia pergi, dia selalu pulang ke gue. Mungkin, lo cuma rumah singgah, yang nggak sengaja dia tempati waktu dia lupa jalan pulang ke rumah. Tapi sekarang… Claire udah tau jalannya. Udah waktunya dia pulang.”

Setelah percakapannya dengan Kai, Ares tetap berkunjung ke rumah Claire dan berusaha membujuk Claire, agar ia membukakan Ares pintu. Namun nihil, semalaman ia menunggu di depan pintu rumah Claire, untuk menemani gadisnya yang sedang sakit itu. Ketika pagi menyapa pun, Claire belum juga membuka pintu rumahnya untuk Ares.

Saat akhirnya pintu dibuka oleh Claire. Ia malah mengusir Ares untuk pergi dan tak pernah kembali ke kehidupannya. Claire meminta Ares untuk berhenti berjuang, berjuang untuk hubungan mereka. Karena pada dasarnya, hubungan mereka dimulai sebagai kesalahan yang Claire perbuat terhadap Kai Deverra. Pagi itu, Ares menyerah berjuang untuk mereka.

Beberapa hari setelah kepergian Ares Nota dari hidup Claire Paveitria. Claire berusaha menjalani hidupnya seperti biasa. Namun ia tidak bisa menyangkal kepergian Ares berdampak besar bagi dirinya. Ia kembali bersama Kai.

Kai pun menyadari betul perubahan yang terjadi pada diri Claire. Ketika akhirnya mereka mulai menyinggung Ares, Claire kembali menangis untuk lelaki itu. Pada akhirnya Claire mengakhiri hubungannya dengan Kai yang telah berjalan 4 tahun lamanya.

“Aku nggak tahu jalan pulang, Kai. Dan kalaupun aku tahu, aku tetep nggak mau pulang. Karena aku nggak bisa tinggal di tempat yang buat aku merasa makin kesepian.”

Beberapa tahun kemudian. Claire telah menerbitkan 3 buku puisi dan menjadi salah satu penulis ternama saat itu. Karyanya diterjemahkan ke beberapa bahasa dan dijual hingga ke mancanegara. Namun Claire masih sama, matanya masih sayu dan hanya melihat satu orang yang sejak dulu tak bisa ia lupakan.

Sekarang ia dan Kai berteman. Sedangkan Claire dan Ares tidak pernah menemui satu sama lain lagi. Tanpa Claire tahu, Ares telah pergi ke London untuk mengurus perusahaan keluargnya di sana.

Selama ini juga Ares tidak tahu mengenai putusnya hubungan Claire dan Kai. Ia menjalani hidupnya setiap hari dengan pedih, mengira Claire dan Kai mungkin saat ini telah sampai ke jenjang yang lebih serius.

Kai juga tidak bisa mengelak. Di balik hubungannya dan Claire yang sekarang disebut ‘berteman’ ia masih memiliki perasaan yang sama untuk gadis itu. Setiap ia mengungkit Ares, Claire selalu berusaha untuk menghindari topik tersebut. Kai tahu betul mengenai Claire yang matanya masih tertuju pada Ares Nota.

“Dia memang bukan bagian dari cerita kamu, tapi dia bagian dari hidup kamu. Tanpa kamu sadari, cuma dia yang bisa kamu lihat.”

Lelah melihat Claire yang terus-terusan menyiksa dirinya, ketika Kai kembali pergi ke Silverstone, ia mampir ke London dan bertemu dengan Ares. Ia memberi tahu semuanya pada Ares mengenai hubungannya dengan Claire yang sudah berakhir, dan keadaan Claire saat ini. Dengan melakukan ini, Kai akhirnya merelakan perasaannya untuk Claire.

“Kai, you can love her forever. And someday you will understand the pleasure of loving without being loved.”

Ares kembali ke Bali. Jauh di lubuk hatinya, ia selalu ingin untuk kembali pada Claire. Suatu hari akhirnya mereka bertemu kembali, ketika Ares ingin melihat penampilan Apollo di salah satu acara amal, tanpa ia ketahui Claire lah yang mengadakan acara tersebut. Ia tahu betul Apollo sengaja menjebaknya untuk bertemu dengan Claire kembali.

Namun lagi-lagi, ketika ia berusaha untuk berbicara dengan Claire, gadis itu kembali menolaknya mentah-mentah. Claire menghindarinya selama acara berlangsung. Walau ia berhasil mengantar Claire pulang ke rumahnya, ia tetap disuruh menjauh oleh Claire.

Ares tidak menyerah, ia terus berusaha mendekati Claire. Sedangkan yang didekati juga masih memiliki perasaan yang sama. Ia selalu ingin bersama Ares, namun rasa bersalahnya pada Kai menahan semua itu.

Sampai akhirnya, ia harus berdebat kembali dengan Ares, lelaki itu akhirnya memberi tahu bagaimana Kai datang ke London, meminta Ares kembali kepada Claire. Pertahanan Claire runtuh, pada akhirnya, ia kembali menjalin hubungan dengan Ares Nota.

“Kel, jadi sekarang kamu punya aku?”
“Sekarang, besok, dan seterusnya, Res.”

 

Peresume:

Cori Nariswari Mernissi

 

Baca Selengkapnya...

Friday, October 15, 2021


Resume ‘Nonversation’

Judul Buku: Nonversation

Penulis: Valerie Patkar

Penerbit: Bhuana Ilmu Populer

Tahun Terbit: 2019

Tebal: 348 halaman


‘Nonversation’ bercerita tentang persahabatan yang terjalin di antara Audirga dan Theala. Namun seperti yang selalu dibicarakan orang-orang, tidak ada persahabatan murni yang terjalin antar lawan jenis. Itulah yang terjadi pada mereka, setidaknya bagi Audirga. Sejak pertemuan pertama mereka yang berkesan, Audirga menjadi penasaran dengan Theala.

Dikenal dengan predikatnya sebagai ‘lelaki buaya’ jelas Dirga ditolak habis-habisan oleh Theala. Namun berkat kegagalannya dalam mendekati Theala, sekarang mereka malah bersahabat dekat. Semua kisah mereka dimulai dari masa ospek kampus. Audirga menderita tremor di tangan kanan, akibat ayahnya yang kasar.

Ayah Audirga dulunya bercita-cita menjadi dokter. Namun kakek Dirga saat itu melarang dan memaksa Ayahnya untuk masuk TNI angkatan udara. Kakeknya mendidik ayahnya dengan keras.

Hal itu pun menurun ke cara didik ayahnya kepada dirinya. Berbanding terbalik dengan sang ayah, Dirga malah ingin sekali masuk Taruna, hal inilah yang membuat hubungan mereka menjadi sangat berantakan.

“Dulu gue masih sulit percaya kalau ada orangtua yang sekejam itu sama anak sendiri, sampai akhirnya gue ngerasain sendiri sakitnya.”

Audirga tidak bisa menghindari ketika seorang dosen menyuruhnya menulis materi untuk mahasiswa ospek. Namun sebelum ia sadari, Theala yang saat itu merupakan seorang mahasiswa baru dengan sigap membantunya.

Hal itu membawa mereka kembali bertemu di rooftop gedung mesin. Theala yang saat itu harusnya sedang masa ospek, malah sibuk menghabiskan makan siangnya di sana, dan bertemu dengan Audirga.

“Waktu itu lo kenapa maju? Nggak ada yang nyuruh lo maju buat nulis ke depan. Waktu itu Pak Bandrio nyuruh gue. Bukan maba.”

“Nggak ada yang mau ketahuan lemah, kan?”

Semenjak itu, Theala selalu ada di pikiran Audirga. Entah ia harus bersyukur atau tidak. Namun dunia seakan membawanya kembali ke Theala. Ketika untuk ketiga kalinya mereka bertemu tak sengaja di Starbucks Cik Ditiro. Tempat langganan Dirga dan tempat yang selalu Theala dan ayahnya gunakan untuk bertemu.

Ayah Theala meninggalkan ia dan keluarganya sejak kecil. Theala sendiri tidak pernah tahu alasan kepergian sang ayah. Namun ayahnya terkadang rutin mengajaknya bertemu di Starbucks Cik Ditiro. Terkadang tidak ada yang mereka bicarakan, malah sesekali berkelahi mengenai masalah yang itu itu saja.

“Pa. Kalau nggak pengen ketemu, nggak usah maksain. It’s just wasting your time. It’s wasting mine too.”

Sehabis pertemuan itu, Audirga menawarkan untuk mengantar pulang Theala, sebelum pulang ia mengajaknya ke Pasar Kue Subuh. Dirga sering mampir ke sana hanya untuk membeli jajanan pasar, ia tidak pernah membawa orang lain ke sini.

Ia menyangka Theala tidak akan suka dengan suasana yang cenderung ramai, namun malah sebaliknya. Semenjak itu mereka berteman baik.

Sejak SMA, Theala memiliki perasaan pada kakak kelasnya, Detrian. Namun setelah mengetahui bahwa Trian memiliki kekasih di masa SMA, ia memutuskan untuk melupakan perasaannya. Kala itu Trian dan kekasihnya dikenal oleh semua orang dikarenakan hubungan mereka yang terlihat sempurna.

Keira Mayadina, mantan kekasih Detrian. Tak banyak orang yang tahu bahwa mereka putus dengan tidak baik-baik. Entah Trian harus berterima kasih atau tidak dengan image sempurna yang dimiliki mereka di mata orang-orang. Namun setelah usainya hubungan mereka, Keira masih sering mengejar Detrian dan memohon agar Trian kembali ke hidupnya. Namun di setiap kesempatan itu, Trian selalu menolaknya.

“Kata Bunda, makanan semahal apa pun, kalau kita tetap ngerasa sendirian memakannya, harganya tetap akan jadi murah. Setiap gue makan sama Keira, semahal apa pun makanannya, gue selalu ngerasa makan makanan murah. Karena gue sendirian. Mungkin gue buat Keira. Tapi Keira bukan buat gue.”

Dunia malah mempertemukan Theala dan Detrian kembali di kampus yang sama, ditambah fakta bahwa mereka berdua merupakan sahabat seorang Gamaliel Audirga. Dirga yang tahu soal perasaan Theala pada Trian pun, berusaha untuk mendekatkan mereka berdua walau itu berarti merelakan perasaannya sendiri.

Seiring berangsurnya waktu, Theala menjadi dekat dengan Trian setelah melaksanakan proyek kampus bersama. Trian pun mulai membangun perasaan yang sama. Tanpa sepengetahuan masing-masing, Dirga memberi tahu mereka satu sama lain mengenai perasaan yang mereka pendam. Berkat Dirga, Theala menjalin hubungan dengan idolanya sejak SMA.

For me you are the one.

But for you, I am one of the million.

Namun semenjak itu pula, Dirga menjaga jarak dari Theala. Semua dimulai dari Dirga yang tidak pernah berbicara dengan Theala lagi, akibat itu Theala pun melakukan hal yang sama kepadanya, berakhir mereka tidak pernah melakukan kontak sedikit pun terhadap satu sama lain.

Hal ini mengundang tanya bagi orang-orang terdekat mereka. Namun, keduanya pun tidak tahu pasti apa yang membuat hubungan mereka berdua berakhir.

Tanpa terasa, sudah setahunan hubungan di antara Trian dan Theala terjalin. Yang berarti sudah sekitar setahunan juga Theala bak orang asing bersama Audirga. Walaupun hubungan yang terjalin di antara Theala dan Trian sudah terjalin cukup lama, Thea masih tidak bisa terbuka pada Trian. Hal ini membuat Trian merasa tidak dibutuhkan di hubungan mereka. Trian pun berselingkuh dari Theala dengan mantannya, Keira. Bersama Keira, ia merasa dibutuhkan.

“Aku butuh kamu, Yan. Kalau nggak ada kamu, aku bisa gila.”

Kenapa gue rindu untuk dibutuhkan seseorang lagi?

Kalau memang aku segalanya untuk kamu, seharusnya kamu begini, The.

Theala pun saat itu telah menghadapi kenyataan menyakitkan bahwa ayahnya telah memiliki keluarga baru. Ia akhirnya mengetahui alasan ayahnya pergi meninggalkan keluarganya. Ditambah dengan fakta bahwa Keira, mendatangi rumahnya di tengah malam, dan mengungkapkan perselingkuhan yang dilakukan oleh Trian.

Hanya papa yang mampu membuat gue berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain sejauh apa pun jaraknya. Dan gue kira hanya papa yang akan melakukannya kepada gue, nggak ada lagi orang lain. Bukan juga dia. Detrian Bhadrika.

Di tengah semua tekanan Theala pergi ke apartemen Dirga. Hanya Dirga satu-satunya orang yang bisa membuat Theala terbuka dan menceritakan semua permasalahannya. Namun di sana, ia malah menemukan Dirga dalam keadaan kacau dan mabuk. Sebelum Thea tiba di apartemen Dirga, ia terlibat pertengkaran hebat dengan sang ayah. Itulah yang membuat Dirga terlihat sangat kacau sekarang.

“Tidak pernah mau dewasa. Selalu kekanak-kanakan, egois. Pantas Theala tinggalin kamu.”

Akibat itu pula Theala yang menghampiri Dirga malah diperlakukan dengan buruk. Theala pun segera memutuskan untuk kembali ke rumahnya, hanya untuk menemukan rumahnya kosong. Ia mendapat pesan dari adiknya untuk segera ke rumah sakit, pembuluh darah ibunya pecah. Ibu Thea harus melakukan operasi keesokan harinya.

Ketika Thea masih di rumah sakit. Trian menghampirinya. Tujuannya untuk menjenguk Ibu Thea, sekaligus meminta maaf kepadanya mengenai perlakuannya. Percakapan di antara mereka diakhiri dengan Thea yang akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.

“Bahagia, Yan. That’s the only thing that makes me happy to let you go. Dengan begitu aku juga bahagia lepasin kamu, aku bisa senyaman ini mandang kamu dari jauh.”

Thea ingin menyelesaikan semua masalahnya sebelum ibunya dioperasi. Oleh karena itu, setelah pertemuannya dengan Trian, ia meminta Dirga untuk menemuinya juga. Namun pertemuannya dengan Dirga menjadi pertengkaran besar. Hubungan persahabatan mereka kali ini sudah benar-benar tak terselamatkan.

“Pergi, Ga. Pergi yang jauh. Gue nggak mau lihat lo lagi, karena lihat lo Cuma bikin gue makin benci sama diri sendiri.”

“Lo pergi, orang lain akan datang. Jadi nggak usah repot-repot nyuruh gue pergi. Gue bakal pergi tanpa lo suruh. Your value is nothing in my life, Keep that on your mind.”

Seakan semua tidak cukup, Thea harus dihadapkan akan kenyataan bahwa ibunya tidak bisa terselamatkan. Di pemakaman ibu Thea, Dirga yang selama ini mengira bahwa ia yang disakiti menyadari bahwa selama ini ialah yang menyakiti Theala.

Keesokan harinya ketika ia ingin menghampiri makam ibu Theala, ia malah melihat Theala yang menangis tersedu-sedu ditimpa derasnya hujan, menangisi kepergian ibunya.

Beberapa hari setelah kepergian ibunya. Tidak ada yang tahu mengenai kepindahan Theala dari Indonesia, ia bersama sang adik, Tendra, pindah untuk tinggal bersama keluarga ibunya di Belanda. Sebelum kepergiannya ia pergi ke apartemen Dirga dan meninggalkan sebuah pesan untuknya.

Dirga, see you again,
In a better us,
When nobody hurts
Including us.

Tujuh tahun berlalu. Kepergian Theala masih meninggalkan luka mendalam bagi Audirga. Ia tidak tahu ke mana Thea pergi, sampai sahabatnya, Dion, bercerita bahwa ia bertemu dengan Theala di Belanda. Ia memberi tahu Audirga untuk menghampiri Theala ke sana. Untuk pertama kalinya, Audirga memperjuangkan perasaannya untuk Theala.

Naas, sesampainya di sana ia mengetahui bahwa Theala telah bertunangan. Ia menghampiri kantor tempat Theala bekerja, dan mendapat informasi bahwa Theala baru saja pergi dengan tunangannya.

Dirga hanya bisa meninggalkan sebuah pesan di kantor Theala, yang pada akhirnya Theala temukan ketika ia mengambil barang yang ketinggalan di kantornya. Malam itu Belanda hujan deras, Audirga pasti tidak membawa payung.

I am coming.
In a better me.
And I hope we are not hurting anymore.**

Peresume:

Cori Nariswari Mernissi

 

Baca Selengkapnya...

Friday, October 8, 2021


Resume Six Of Crows

Judul Buku: Six Of Crows

Penulis: Leigh Bardugo

Penerbit: Henry Holt

Tahun Terbit: 2015

Tebal: 465 halaman


‘Six Of Crows’ adalah buku ke-4 dari serial Grishaverse, dan buku pertama dalam duologi ‘Six Of Crows’ karya penulis Leigh Bardugo. Mengambil latar beberapa tahun setelah kejadian di trilogi ‘Shadow and Bone’Berkisah tentang sekelompok orang dari suatu geng besar bernama Dregs, yang ditugaskan menculik seorang ilmuwan oleh pedagang kaya raya.

Cerita dimulai dengan Kaz Brekker atau dikenal juga sebagai ‘Tangan Kotor’, salah satu orang penting di Dregs, yang saat itu baru berusia 17 tahun. Ia diculik oleh Jan Van Eck yang merupakan salah satu pedagang terkaya di Ketterdam. Van Eck ingin memberikan misi berhadiah besar ke pada Kaz Brekker yang saat itu namanya telah dikenal di seluruh Ketterdam.

Ia menjelaskan tentang Jurda Parem. Sebuah obat yang bersifat adiktif. Jurda Parem digunakan untuk memperkuat kekuatan seorang Grisha menjadi berkali-kali lipat dari sebelumnya. Namun karena bersifat adiktif, para Grisha yang mengonsumsinya akan ketagihan dan menggila karena obat tersebut. Van Eck sendiri khawatir akan potensi pemerintah yang akan memanfaatkan obat itu untuk mengendalikan Grisha dan membawa kehancuran serta perperangan.

“Untuk menyebabkan kecanduan hanya perlu satu dosis. Begitu obat itu habis dari aliran darah, tubuh Grisha melemah dan menagih habis-habisan. Lumayan melumpuhkan.”

Orang yang berhasil menemukan Jurda Parem adalah Bo Yul Bayer, ilmuwan dari Shu Han. Saat ini ia ditahan di Majelis Es sebuah bentang tak tertembus yang terletak di Fjerda, negara pembenci Grisha.

Van Eck memberi misi untuk Kaz membebaskan Bo Yul-Bayer dari Pengadilan Es sehingga ia tidak membagikan formula Jurda Parem dengan pemerintah asing. Karena imbalannya yang besar akhirnya Kaz menerima misi dari Van Eck dengan keyakinan bahwa dengan imbalan sebesar itu ia dapat mengalahkan Pekka Rollins, seorang pemimpin geng saingan yang menipu Kaz dan kakaknya, Jordie.

“Harapan kami bertumpu kepadamu, Mister Brekker. Kalau kau gagal, seisi dunia ikut menderita.”

“Oh, lebih parah daripada itu, Van Eck. Kalau aku gagal, aku tidak dibayar.”

Kaz mengumpulkan orang-orang untuk membuat sebuah kelompok yang dapat ia andalkan selama misi tersebut. Inej, dikenal dengan sebutan ‘Siluman’ merupakan kaki tangan kepercayaan Kaz, ia adalah seorang mata-mata dengan kemampuan yang luar biasa. Nina, seorang Grisha yang memiliki kekuatan ‘Perobek Jantung’.

Matthias, mantan druskelle (pemburu Grisha) seorang rakyat Fjerda dan memiliki pengetahuan mendalam mengenai Majelis Es. Jesper, penembak jitu Dregs yang diam-diam merupakan seorang Grisha Fabrikator. Dan terakhir, Wylan, putra Van Eck yang buta huruf namun perakit bom handal.

Sebelum melaksanakan misinya, Kaz harus membebaskan Matthias dari Hellgate. Ia dipenjara oleh Nina dengan tuduhan memburu Grisha. Saat ini Nina berniat untuk menyelamatkan Matthias dari dihukum langsung oleh para Grisha.

Namun, tanpa sepengetahuannya ia malah membuat Matthias dipenjara di Hellgate yang kala itu adalah penjara ternama yang tak bisa ditembus. Akibat itu hubungan Nina dan Matthias hancur dan menimbulkan rasa benci mendalam di dalam diri Matthias.

“Aku tidak membutuhkan uangmu. Akan aku berikan denah secara percuma. Jika kau membiarkan aku membunuh Nina Zenik.”

Dengan informasi yang diberikan oleh Matthias, Kaz dan krunya berencana untuk menyelundup masuk ke Majelis Es ketika Hringkalla, acara pelantikan druskelle yang akan dilaksanakan 2 minggu lagi. Mereka akan menyelinap sebagai tawanan untuk memasuki sektor penjara Majelis Es.

Di hari yang ditunggu-tunggu, mereka sampai di depan Majelis Es dan memberhentikan sebuah keretawa berisi tawanan penjara. Mereka bertuka posisi dengan 6 tawanan lainnya dan berhasil masuk ke Majelis Es. Ketika mereka telah berada di balik jeruji penjara, Jesper menggunakan kekuatan Fabrikatornya untuk membebaskan mereka.

Nina dan Kaz menyusuri sektor penjara untuk mencari Bo Yul-Bayer yang mungkin berada di balik salah satu sel. Namun Kaz malah menemukan Pekka Rollins. Ia membebaskan Pekka karena tak ingin Pekka mati bukan di tangan Kaz sendiri.

“Halo Brekker, datang untuk menyombong?”

“Tidak juga.”

Ketika mereka ingin memasuki kedutaan, pos penjaga tambahan menghentikan mereka. Hal ini membuat Nina dan Inej terpaksa menyamar jadi gadis dari rumah bordir Menagerie tempat Inej sebelumnya bekerja. Namun Inej malah bertemu mantas bosnya Nona Helen dan membuat samarannya terungkap.

Sedangkan Nina, berusaha untuk merayu pemimpin druskelle, Jarl Brum, untuk mengungkapkan tempat mereka menahan Bo Yul-Bayer. Usaha Nina sia-sia karena Brum akhirnya menangkapnya. Matthias datang dan berpura-pura berada di pihak Brum dan membebaskan Nina.

“Aku diciptakan untuk melindungimu. Hanya kematian yang mencegahku memenuhi sumpah ini.” Itu adalah sumpah druskele kepada Fjerda. Dan sekarang Matthias berjanji demekian kepadanya.

Bersama mereka bertemu dengan Kuwei yang merupakan anak dari Bo Yul-Bayer. Kuwei mengungkapkan bahwa sang ayah telah tewas dan ia dipaksa untuk membuat ulang Jurda Parema oleh pemerintahan Fjerda.

Karena itu, Nina memiliki ide untuk membunuh Kuwei dan menghapus Jurda Parem sepenuhnya, namun Matthias berpendapat bahwa Kuwei juga memiliki hak untuk bebas sama seperti mereka. Mereka melarikan diri dan bertemu Kaz. Akhirnya mereka menggunakan aliran mata air pohon keramat di Fjerda.

Sedangkan Inej yang sudah tertangkap berhasil diselamatkan oleh Jesper dan Wylan. Mereka mencuri sebuah tank milik pasukan Fjerda dan berhasil kabur dari kejaran pasukan yang mengincar mereka. Setelah berhasil menghilang dari kejaran pasukan, mereka bertemu tim Kaz dan Nina, segera memerintahkan mereka untuk naik dan kabur sejauh mungkin dari Majelis Es.

Namun usaha mereka sia-sia setelah menemukan bahwa di pelabuhan telah berjaga 200 pasukan Fjerda yang ditugaskan untuk menangkap mereka. Nina pun menyadari bahwa ia adalah satu-satunya jalan bagi mereka untuk keluar.

Ia meminta Kuwei memberikan Jurda Parem kepadanya agar kekuatannya bertambah dan dapat mengalahkan pasukan Fjerda. Sebelum Matthias berhasil mencegah, Nina telah mengonsumsi Parem.

“Sebagian orang tidak kecanduan selepas dosis pertama.”

“Resikonya terlalu besar.”

“Kaz sudah kehabisan trik, tapi aku tidak.”

Dengan kekuatannya yang bertambah berkali-kali lipat, Nina berhasil melumpuhkan pasuka Fjerda dan membuat mereka tertidur. Nina berhasil membebaskan mereka dari Fjerda namun perbuatannya memiliki resiko yang besar. Nina telah mengonsumsi Jurda Parem, yang berarti tinggal menghitung waktu sampai ia merasakan dampak adiktif Parem itu sendiri.

Di perjalanan kembali ke Ketterdam, Wylan memiliki rencana sendiri bersama Kaz. Ia percaya bahwa ayahnya tidak akan memberikan imbalan atas pekerjaan Kaz. Oleh karena itu ia ingin mengjebak ayahnya. Dengan kekuatan Nina, ia mengubah rupa Wylan menjadi serupa dengan Kuwei. Selama di perjalanan pula Nina yang keadaannya parah ditemani oleh Matthias.

Sesampainya di pulau tempat perjanjian mereka dengan Van Eck, perkiraan Wylan benar. Van Eck hanya memanfaatkan mereka untuk mendapatkan formula Jurda Parem. Namun berkat rencana Wylan mereka berhasil menipu Van Eck dan pergi dengan Kuwei di tangan mereka. Namun Van Eck berhasil menangkap Inej dan membuat kesepakatan dengan Kaz.

Inej menginginkan Kaz menjadi orang lain, menjadi orang yang lebih baik, pencuri yang lebih santun. Namun, sosok tersebut tidak punya tempat di sini. Sosok tersebut mati kelaparan di sebuah gang. Sosok tersebut takkan mampu membawa Inej kembali.

“Akan kudapatkan uangku. Dan akan kudapatkan pula gadisku.” Inej takkan pernah menjadi miliknya, tapi Kaz akan mencari cara untuk memberi pemudi itu kebebasan yang sudah lama ia janjikan.

Dalam seminggu, jika ingin Inej kembali ia harus memberikan Kuwei kepada Jan Van Eck. Dengan kru yang sama Kaz mengajak mereka dengan misi baru yaitu untuk menyelamatkan Inej, mereka semua pun setuju.

Bersama kru nya, Kaz menghampiri Pekka Rollins untuk meminjam dana yang akan ia gunakan untuk mengalahkan Jan Van Eck. Dengan Kaz yang membuat kesepakatan dengan Pekka mengakhiri kisah mereka di Six Of Crows dan berlanjut ke Crooked Kingdom.

Peresume:

Cori Nariswari Mernissi

 

 

Baca Selengkapnya...

Friday, October 1, 2021


Resume “Reminders of Him”

Judul buku: Reminders of Him

Pengarang: Colleen Hoover

Penerbit: Montlake

Tahun terbit: 2022

Tebal: 335 halaman


There's a small wooden cross staked into the ground on the side of the road with the date of his death written on it.

Kenna Rowan. Seorang mantan narapidana. la memasuki penjara di usianya yang masih belia akibat pembunuhan yang tak disengaja. Kasus mengemudi dalam keadaan mabuk hingga menyebabkan kecelakaan yang mengakibatkan sang kekasih, Scotty, tewas.

Beberapa bulan selepas ia bebas dari penjara. la mengumpulkan seluruh uangnya untuk pindah ke kota kecil tempat pertama kali ia bertemu Scotty. Tak hanya ingin mengenang sang kekasih, Kenna juga ingin menemui putri yang tak pernah ia jumpai sebelumnya.

Sehabis kecelakaan, tepat saat proses hukum sedang berlangsung, Kenna menyadari bahwa dirinya tengah mengandung. Ia menjalani kehamilannya di dalam jeruji besi.

Belum 9 bulan, anaknya telah lahir ke dunia. Akibat keadaan sang putri yang lahir secara prematur, Kenna tidak bisa menghabiskan waktu bersama sang putri dan harus kembali ke jeruji setelah 5 hari di rumah sakit.

Anaknya yang ia beri nama Diem, diambil alih oleh orang tua Scotty, keluarga Landry. Selama 5 tahun lamanya, Kenna tidak pernah mendengar kabar mau pun kunjungan selama di penjara.

"You have no idea. The whole time i was pregnant, i never had to worry about what kind of people would raise her. They were the same two people who raised Scotty, and he was perfect."

Sekarang ia telah kembali ke kota. Ke kota yang penuh dengan kenangannya bersama Scotty. Ia memutuskan untuk menetap dan menyewa sebuah apartemen kecil di sana.

Ketika ia tengah berjalan-jalan di kota, ia menemukan toko buku yang sering ia kunjungi, tlah berubah menjadi bar. Dengan langkah bingung ia memasuki bar dan bertemu dengan Ledger. Sahabat kecil Scotty yang tak pernah ia temui.

Dear Scotty,

They turned the old bookstore into a bar. Can you believe that shit?

Pada awalnya mereka tidak saling mengenali satu sama lain. Kenna sibuk dengan buku tulisnya, begitu juga dengan Ledger dengan para pelanggannya.

Semenjak kepergian Scotty, ia selalu menulis surat kepadanya berisi kenangan-kenangan mereka berdua. Ketika Kenna dan Ledger bertemu tatap, mereka seakan tertarik terhadap satu sama lain.

Selepas bar ditutup, mereka memutuskan untuk berbincang dan mengenal satu sama lain. Ketika pertama kali mendengar nama Ledger ia tahu betul bahwa sang lelaki merupakan sahabat kecil Scotty.

Oleh karena itu, Kenna berbohong mengenai namanya. Ia memperkenalkan diri sebagai Nicole, yang merupakan nama tengahnya. Kenna Nicole Rowan. Malam itu Ledger memberikan ia tumpangan kembali ke apartemennya.

Keesokan harinya, selepas Kenna mencari pekerjaan di kota. Ia mengunjungi rumah keluarga Landry. Kenna hanya ingin meminta maaf dan melihat Diem untuk pertama kalinya.

Namun tak disangka, ia malah bertemu Ledger yang tinggal bersebrangan dari keluarga Landry. Sesaat setelah melihat Kenna terduduk di halaman rumah Scotty, ia langsung menyadari siapa Kenna sebenarnya.

"You cannot come back here. Swear to me we'll never see you again, or I'll call the police right now."

Ledger segera menarik Kenna menjauh dari rumah dan memasukkannya ke mobil sebelum keluarga Landry melihat kehadirannya. Tapi itu semua terlambat, keluarga Landry sudah menyadari kehadiran Kenna dan mereka tengah bersiap membuat surat perintah penahanan untuknya.

Kenna menceritakan tujuannya kembali ke kota. Ia hanya ingin melihat Diem sesaat, ia tidak berniat untuk mengambil hak asuh dari keluarga Landry.

Namun Ledger berkata bahwa kemunculan Kenna hanya akan membuat ketenangan keluarga Landry hancur. Ledger pun meminta Kenna untuk meninggalkan kota. Dengan berat hati Kenna setuju.

Kenna tidak bisa pindah dalam waktu dekat. la harus mengumpulkan uang pindahan dari gaji yang tak seberapa dengan pekerjaannya di Supermarket. Ledger pun menawarkan pekerjaan di bar miliknya yang di bagian dapur, Kenna tidak akan terlihat oleh khalayak umum.

Seiring berjalannya waktu, Kenna dan Ledger semakin dekat. Bahkan Ledger menunjukkan foto-foto Diem kepada Kenna agar ia bisa melihat putrinya walau hanya dari foto mau pun video.

“I never could have imagined what it would be like for a mother to lay eyes on her child for the fist time. The sight of Diem on the screen steals Kenna's breath. Kenna becomes a different person right in front of my eyes. Its as if I'm witnessing her become a mother. It might be the most beautiful thing I've ever seen.”

Sahabat Ledger sekaligus karyawan di bar menyadarkan Ledger bahwa ia memiliki perasaan pada Kenna. Itu lah kenapa ia memberikan pekerjaan di bar untuknya, padahal ia memiliki penghasilan yang cukup untuk langsung memberikan Kenna biaya pindah dari kota.

Kenna yang mendengar hal itu pun meminta penjelasan kepada Ledger. Pada akhirnya, Ledger mengakui perasaannya pada Kenna. Selama beberapa saat, mereka memiliki hubungan secara diam-diam tanpa diketahui siapapun di kota.

Sampai Ledger menemukan surat-surat yang Kenna tulis untuk Scotty. Ia meminta Kenna membacakan surat mengenai malam kecelakaan itu terjadi, ia harus tau yang sebenarnya untuk membela Kenna di hadapan keluarga Landry.

Akhirnya Kenna membacakan suratnya. Malam itu ia dan Scotty baru saja keluar dari acara reuni Scotty dan teman-temannya. Kenna tahu betul bahwa ia cukup mabuk hingga tidak boleh untuk mengendarai mobil, namun Scotty merasakan mabuk yang lebih parah dari Kenna.

Mereka beranjak dari tempat itu untuk mendapatkan makan malam bersama. Namun naas, tak berapa lama kecelakaan itu terjadi. Di tengah malam jalanan kota tidak ada penduduk, Kenna yang masih pusing pun memanggil-manggil nama Scotty. Namun ia sadar, Scotty tak menjawabnya mau pun bertanya keadaannya.

la segera mengecek nadi di tangan Scotty, namun ia tak merasakan apa-apa. Kenna berusaha sekuat mungkin untuk keluar dari mobil dan mengeluarkan Scotty. Namun ia yang panik menganggap Scotty sudah tewas, namun menurut keterangan jaksa Scotty masih hidup sampai beberapa jam kemudian dan merangkak mencari pertolongan.

Kenna yang linglung pun berusaha mencari pertolongan dengan berjalan kaki, namun ia tidak menemukan seorang pun. Akhirnya, ia memutuskan untuk membunuh dirinya sendiri. la tak akan bisa hidup tanpa Scotty, cuma ia yang Kenna punya saat ini.

“I couldn't breathe because you were dead, and how was i supposed to breathe when you had no air? It was the worst realization I ever had, and I fell to my kness and screamed into the darkness.”

Kenna berpikir untuk melompat dari jendela apartemennya nanti. Namun sesampainya di sana ia malah pingsan akibat luka di kepalanya yang cukup parah. Keesokan paginya, ia bangun dengan dikerumuni dan dibawa oleh polisi.

Surat itu juga menceritakan keadaan Kenna selama proses hukum berlangsung. Ia hanya terdiam selama pengadilan karena tidak merasa berhak untuk membela dirinya sedikit pun. Kenna benar-benar merasa kehilangan Scotty, hal ini membuatnya hampir gila selama di penjara.

Namun semangat hidupnya mulai bangkit akibat Diem. Ia merasa harus tetap hidup demi putri di kandungannya. Satu-satunya peninggalan dari Scotty untuknya.

"I'm sorry you lost him."

I can't hold back the tears after that. It's the first time anyone has ever acknowledged that i lost Scotty that night too.

Setelah Ledger mengatahui apa yang terjadi, ia yakin untuk membela Kenna di hadapan keluarga Landry. Namun belum sempat surat itu tersampaikan kepada mereka, keluarga Landry sudah mengetahui hubungan Kenna dan Ledger.

Mereka marah besar dan mengusir Ledger dari rumah. Namun Diem menangis, ia dan Ledger memiliki hubungan yang sangat dekat. Diem sudah seperti anaknya sendiri. Sebelum pergi, ia memberikan surat yang Kenna buat untuk Scotty, ia meminta mereka membaca itu untuk mengetahui semua yang terjadi di malam tersebut.

"I forgave Kenna before I even knew the contents of the letter. But the second she read this out loud to me, I realized she's been hurting just as much as all of us have. And we're slowly killing her by continuing to drag out her pain. We are keeping a mother from her child. That's not okay. Scotty would be so mad at us."

Keesokan paginya ibu Scotty mengetuk pintu rumah Ledger dan meminta ia untuk mengantarkan sang ibu kepada Kenna. Keluarga Landry pada akhirnya memaafkan Kenna, mereka mengundang Kenna untuk makan malam bersama dan bertemu dengan Diem.

Kini Kenna dapat ikut serta dalam perkembangan dan pertumbuhan Diem. Beberapa tahun kemudian ia menikah dengan Ledger dan memiliki seorang anak lelaki yang mereka beri nama Scotty.

Now that i've forgiven myself, the reminders of him only make me smile.

Peresume:

Cori Nariswari Mernissi

Baca Selengkapnya...