Resume ‘Nonversation’
Judul Buku: Nonversation
Penulis: Valerie Patkar
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Tahun Terbit: 2019
Tebal: 348 halaman
‘Nonversation’ bercerita tentang persahabatan yang
terjalin di antara Audirga dan Theala. Namun seperti yang selalu dibicarakan
orang-orang, tidak ada persahabatan murni yang terjalin antar lawan jenis.
Itulah yang terjadi pada mereka, setidaknya bagi Audirga. Sejak pertemuan
pertama mereka yang berkesan, Audirga menjadi penasaran dengan Theala.
Dikenal dengan predikatnya sebagai ‘lelaki buaya’ jelas
Dirga ditolak habis-habisan oleh Theala. Namun berkat kegagalannya dalam
mendekati Theala, sekarang mereka malah bersahabat dekat. Semua kisah mereka
dimulai dari masa ospek kampus. Audirga menderita tremor di tangan kanan,
akibat ayahnya yang kasar.
Ayah Audirga dulunya bercita-cita menjadi dokter. Namun
kakek Dirga saat itu melarang dan memaksa Ayahnya untuk masuk TNI angkatan
udara. Kakeknya mendidik ayahnya dengan keras.
Hal itu pun menurun ke cara didik ayahnya kepada
dirinya. Berbanding terbalik dengan sang ayah, Dirga malah ingin sekali masuk
Taruna, hal inilah yang membuat hubungan mereka menjadi sangat berantakan.
“Dulu gue masih sulit percaya kalau
ada orangtua yang sekejam itu sama anak sendiri, sampai akhirnya gue ngerasain
sendiri sakitnya.”
Audirga tidak bisa menghindari ketika seorang dosen
menyuruhnya menulis materi untuk mahasiswa ospek. Namun sebelum ia sadari,
Theala yang saat itu merupakan seorang mahasiswa baru dengan sigap membantunya.
Hal itu membawa mereka kembali bertemu di rooftop gedung
mesin. Theala yang saat itu harusnya sedang masa ospek, malah sibuk
menghabiskan makan siangnya di sana, dan bertemu dengan Audirga.
“Waktu itu lo kenapa maju? Nggak ada
yang nyuruh lo maju buat nulis ke depan. Waktu itu Pak Bandrio nyuruh gue.
Bukan maba.”
“Nggak ada yang mau ketahuan lemah,
kan?”
Semenjak itu, Theala selalu ada di pikiran Audirga.
Entah ia harus bersyukur atau tidak. Namun dunia seakan membawanya kembali ke
Theala. Ketika untuk ketiga kalinya mereka bertemu tak sengaja di Starbucks Cik
Ditiro. Tempat langganan Dirga dan tempat yang selalu Theala dan ayahnya
gunakan untuk bertemu.
Ayah Theala meninggalkan ia dan keluarganya sejak
kecil. Theala sendiri tidak pernah tahu alasan kepergian sang ayah. Namun
ayahnya terkadang rutin mengajaknya bertemu di Starbucks Cik Ditiro. Terkadang
tidak ada yang mereka bicarakan, malah sesekali berkelahi mengenai masalah yang
itu itu saja.
“Pa. Kalau nggak pengen ketemu, nggak
usah maksain. It’s just wasting your time. It’s wasting mine too.”
Sehabis pertemuan itu, Audirga menawarkan untuk
mengantar pulang Theala, sebelum pulang ia mengajaknya ke Pasar Kue Subuh.
Dirga sering mampir ke sana hanya untuk membeli jajanan pasar, ia tidak pernah
membawa orang lain ke sini.
Ia menyangka Theala tidak akan suka dengan suasana yang
cenderung ramai, namun malah sebaliknya. Semenjak itu mereka berteman baik.
Sejak SMA, Theala memiliki perasaan pada kakak
kelasnya, Detrian. Namun setelah mengetahui bahwa Trian memiliki kekasih di
masa SMA, ia memutuskan untuk melupakan perasaannya. Kala itu Trian dan
kekasihnya dikenal oleh semua orang dikarenakan hubungan mereka yang terlihat
sempurna.
Keira Mayadina, mantan kekasih Detrian. Tak banyak
orang yang tahu bahwa mereka putus dengan tidak baik-baik. Entah Trian harus
berterima kasih atau tidak dengan image sempurna yang dimiliki mereka di
mata orang-orang. Namun setelah usainya hubungan mereka, Keira masih sering
mengejar Detrian dan memohon agar Trian kembali ke hidupnya. Namun di setiap
kesempatan itu, Trian selalu menolaknya.
“Kata Bunda, makanan semahal apa pun,
kalau kita tetap ngerasa sendirian memakannya, harganya tetap akan jadi murah.
Setiap gue makan sama Keira, semahal apa pun makanannya, gue selalu ngerasa
makan makanan murah. Karena gue sendirian. Mungkin gue buat Keira. Tapi Keira
bukan buat gue.”
Dunia malah mempertemukan Theala dan Detrian kembali di
kampus yang sama, ditambah fakta bahwa mereka berdua merupakan sahabat seorang
Gamaliel Audirga. Dirga yang tahu soal perasaan Theala pada Trian pun, berusaha
untuk mendekatkan mereka berdua walau itu berarti merelakan perasaannya
sendiri.
Seiring berangsurnya waktu, Theala menjadi dekat dengan
Trian setelah melaksanakan proyek kampus bersama. Trian pun mulai membangun
perasaan yang sama. Tanpa sepengetahuan masing-masing, Dirga memberi tahu
mereka satu sama lain mengenai perasaan yang mereka pendam. Berkat Dirga,
Theala menjalin hubungan dengan idolanya sejak SMA.
For me you are the one.
But for you, I am one of the million.
Namun semenjak itu pula, Dirga menjaga jarak dari
Theala. Semua dimulai dari Dirga yang tidak pernah berbicara dengan Theala lagi,
akibat itu Theala pun melakukan hal yang sama kepadanya, berakhir mereka tidak
pernah melakukan kontak sedikit pun terhadap satu sama lain.
Hal ini mengundang tanya bagi orang-orang terdekat
mereka. Namun, keduanya pun tidak tahu pasti apa yang membuat hubungan mereka
berdua berakhir.
Tanpa terasa, sudah setahunan hubungan di antara Trian
dan Theala terjalin. Yang berarti sudah sekitar setahunan juga Theala bak orang
asing bersama Audirga. Walaupun hubungan yang terjalin di antara Theala dan
Trian sudah terjalin cukup lama, Thea masih tidak bisa terbuka pada Trian. Hal
ini membuat Trian merasa tidak dibutuhkan di hubungan mereka. Trian pun
berselingkuh dari Theala dengan mantannya, Keira. Bersama Keira, ia merasa
dibutuhkan.
“Aku butuh kamu, Yan. Kalau nggak ada
kamu, aku bisa gila.”
Kenapa gue rindu untuk dibutuhkan
seseorang lagi?
Kalau memang aku segalanya untuk
kamu, seharusnya kamu begini, The.
Theala pun saat itu telah menghadapi kenyataan
menyakitkan bahwa ayahnya telah memiliki keluarga baru. Ia akhirnya mengetahui
alasan ayahnya pergi meninggalkan keluarganya. Ditambah dengan fakta bahwa
Keira, mendatangi rumahnya di tengah malam, dan mengungkapkan perselingkuhan
yang dilakukan oleh Trian.
Hanya papa yang mampu membuat gue
berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain sejauh apa pun jaraknya. Dan gue
kira hanya papa yang akan melakukannya kepada gue, nggak ada lagi orang lain.
Bukan juga dia. Detrian Bhadrika.
Di tengah semua tekanan Theala pergi ke apartemen
Dirga. Hanya Dirga satu-satunya orang yang bisa membuat Theala terbuka dan
menceritakan semua permasalahannya. Namun di sana, ia malah menemukan Dirga
dalam keadaan kacau dan mabuk. Sebelum Thea tiba di apartemen Dirga, ia
terlibat pertengkaran hebat dengan sang ayah. Itulah yang membuat Dirga
terlihat sangat kacau sekarang.
“Tidak pernah mau dewasa. Selalu
kekanak-kanakan, egois. Pantas Theala tinggalin kamu.”
Akibat itu pula Theala yang menghampiri Dirga malah
diperlakukan dengan buruk. Theala pun segera memutuskan untuk kembali ke rumahnya,
hanya untuk menemukan rumahnya kosong. Ia mendapat pesan dari adiknya untuk
segera ke rumah sakit, pembuluh darah ibunya pecah. Ibu Thea harus melakukan
operasi keesokan harinya.
Ketika Thea masih di rumah sakit. Trian menghampirinya.
Tujuannya untuk menjenguk Ibu Thea, sekaligus meminta maaf kepadanya mengenai
perlakuannya. Percakapan di antara mereka diakhiri dengan Thea yang akhirnya
memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.
“Bahagia, Yan. That’s the only thing
that makes me happy to let you go. Dengan begitu aku juga bahagia lepasin kamu,
aku bisa senyaman ini mandang kamu dari jauh.”
Thea ingin menyelesaikan semua masalahnya sebelum
ibunya dioperasi. Oleh karena itu, setelah pertemuannya dengan Trian, ia
meminta Dirga untuk menemuinya juga. Namun pertemuannya dengan Dirga menjadi
pertengkaran besar. Hubungan persahabatan mereka kali ini sudah benar-benar tak
terselamatkan.
“Pergi, Ga. Pergi yang jauh. Gue
nggak mau lihat lo lagi, karena lihat lo Cuma bikin gue makin benci sama diri sendiri.”
“Lo pergi, orang lain akan datang.
Jadi nggak usah repot-repot nyuruh gue pergi. Gue bakal pergi tanpa lo suruh.
Your value is nothing in my life, Keep that on your mind.”
Seakan semua tidak cukup, Thea harus dihadapkan akan
kenyataan bahwa ibunya tidak bisa terselamatkan. Di pemakaman ibu Thea, Dirga
yang selama ini mengira bahwa ia yang disakiti menyadari bahwa selama ini ialah
yang menyakiti Theala.
Keesokan harinya ketika ia ingin menghampiri makam ibu
Theala, ia malah melihat Theala yang menangis tersedu-sedu ditimpa derasnya
hujan, menangisi kepergian ibunya.
Beberapa hari setelah kepergian ibunya. Tidak ada yang
tahu mengenai kepindahan Theala dari Indonesia, ia bersama sang adik, Tendra,
pindah untuk tinggal bersama keluarga ibunya di Belanda. Sebelum kepergiannya
ia pergi ke apartemen Dirga dan meninggalkan sebuah pesan untuknya.
Dirga, see you again,
In a better us,
When nobody hurts
Including us.
Tujuh tahun berlalu. Kepergian Theala masih
meninggalkan luka mendalam bagi Audirga. Ia tidak tahu ke mana Thea pergi,
sampai sahabatnya, Dion, bercerita bahwa ia bertemu dengan Theala di Belanda.
Ia memberi tahu Audirga untuk menghampiri Theala ke sana. Untuk pertama
kalinya, Audirga memperjuangkan perasaannya untuk Theala.
Naas, sesampainya di sana ia mengetahui bahwa Theala
telah bertunangan. Ia menghampiri kantor tempat Theala bekerja, dan mendapat
informasi bahwa Theala baru saja pergi dengan tunangannya.
Dirga hanya bisa meninggalkan sebuah pesan di kantor
Theala, yang pada akhirnya Theala temukan ketika ia mengambil barang yang
ketinggalan di kantornya. Malam itu Belanda hujan deras, Audirga pasti tidak
membawa payung.
I am coming.
In a better me.
And I hope we are not hurting anymore.**
Peresume:
Cori Nariswari Mernissi
No comments :
Post a Comment