Saturday, May 1, 2010

May Day dan Setumpuk Masalah Buruh

Hari Buruh Internasional
Oleh: Muhlis Suhaeri
Nurani, dengan bersemangat datang ke Bundaran Universitas Tanjungpura (Untan), pagi itu, 1 Mei. Dia mendekap keponakannya, Abdul Basid Al-Ikram yang baru berusia 3,5 tahun.

Keduanya langsung berkumpul dengan ratusan orang, untuk memperingati Hari Buruh Sedunia. Tempat ini lokasi favorit menggelar aksi. Banyak orang lewat di tempat ini.
Suasana semarak semakin terasa, dengan adanya berbagai bendera, spanduk, poster, tetabuhan, dan beraneka seragam atribut. Suasana riuh dengan yel-yel bersahut-sahutan dari peserta aksi.

Ada yang berseragam birokrat, petani, buruh, dan kaum miskin kota. Pawai ini semakin panas karena orator tak henti-hentinya menggelorakan peserta aksi. Berbagai agitasi dan propaganda meluncur dari mulutnya.

Aksi ini, yang menamakan diri Persatuan Rakyat Kalimantan Barat (PRKB), adalah gabungan dari 50 organisasi. Buruh, nelayan, petani, kaum miskin kota, pedagang kaki lima, mahasiswa, masyarakat adat, LSM, dan jurnalis, tumplek jadi satu.

Isu utama yang diusung pada peringatan Hari Buruh tahun ini, Stop Perampasan!!! Upah, Tanah dan Kerja.

Deman Huri dari LPS AIR mengatakan, 3 isu tersebut diangkat, karena masih adanya ketidakadilan dari segi upah. “Gaji buruh kecil, tak sesuai dengan pendapatan perusahaan yang besar,” kata Deman.

UU No 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan sangat tidak menguntungkan buruh. Dalam UU tersebut, ada pasal yang mengatur tentang buruh kontrak dan outsourcing. “Hal ini tentu saja menguntungkan pemodal dan mengkebiri hak buruh,” kata Deman.

Juga ada kasus perluasan perkebunan yang hanya berpihak pada pengusaha. Membuat tanah rakyat dirampas penguasa dan investor. Begitu juga dengan semakin sempitnya peluang kerja, membuat rakyat menganggur.

Nurani, punya sejumlah alasan kenapa ikut demo bersama buruh. Tujuannya, mengkritisi pemerintah yang tak memberikan perhatian terhadap rakyatnya. “Tak ada perubahan,” kata Nurani.

Dia mengajak keponakan serta, agar si kecil belajar hidup mandiri. “Supaya kalau sudah dewasa, mengerti bagaimana keadaan sebenarnya,” kata Nurani.

Tak takutkah Nurani, bila sewaktu-waktu terjadi bentrokan dalam aksi tersebut? “Kita melaksanakan aksi damai. Semoga hari ini menjadi pembelajaran. Bahwa, masih banyak yang terjadi di Kalbar,” ujarnya.

Dia berpendapat, kondisi ekonomi sekarang serba sulit. Lapangan kerja susah, pendidikan mahal, kesehatan bagi rakyat miskin, kurang dilayani. “Banyak rakyat miskin yang tak dapat Jamkesmas,” katanya.

Pam Pam, Koordinator Aksi dalam orasinya menyatakan, ada berbagai ketidakadilan yang masih terjadi
pada buruh, tani, nelayan dan kaum miskin kota.

“Padahal, mereka punya andil dalam pembangunan bangsa,” kata Pam Pam.

Hari makin siang. Rombongan aksi melanjutkan perjalanan menuju Gedung DPRD Provinsi Kalimantan Barat yang berjarak 1 kilometer. Sambil berjalan, peserta aksi menyanyikan lagu dan orasi dari pengeras suara.

Sesampai di Gedung DPRD, rombongan aksi menggelar orasi di depan pintu masuk. Hanya ada satu anggota dewan menyambut. Sabtu, anggota Dewan libur.

Suratimin, dari perwakilan buruh mengatakan, tanpa buruh semua sektor perusahaan tak akan bisa bergerak. “Namun, buruh malah diperlakukan tak adil dan digaji rendah,” katanya.

Secara bergiliran, perwakilan organisasi menyampaikan orasinya. Mengkritisi berbagai kebijakan yang timpang. Mereka berharap, perubahan dan keberpihakan pada kamu buruh bakal terjadi. Atau, mereka akan terus menyuarakan tuntutan. (*)

Dimuat di Voice of Human Right (VHR)

No comments :