Sunday, May 2, 2010

Broadway dan Sepenggal Kisah

TEMPO Interaktif, New York - Berada di Kota New York atau New York City (NYC), seperti yang saya alami sebulan yang lalu, ibarat menyusuri rimba belantara yang berisi gedung-gedung tinggi. Sejauh mata memandang, yang tampak hanya bangunan pencakar langit. Gedung-gedung berstruktur membelah langit tersebut seolah menenggelamkan penghuninya ke muka bumi yang tak terkena sinar matahari.

Ada pemahaman yang keliru selama ini soal New York dan NYC. New York adalah salah satu negara bagian di Amerika Serikat yang beribu kota di Albani. Sedangkan NYC merupakan kota (berupa pulau) dengan lima borough (setingkat kecamatan), yaitu Brooklyn, Queens, Manhattan, Staten Island, dan The Bronx.


NYC terpisah dari daratan AS. Ada dua terowongan, Lincoln Tunnel dan Holland Tunnel, yang menghubungkan Manhattan dengan wilayah terdekatnya, New Jersey. NYC terhubung dengan Brooklyn melalui Brooklyn Bridge dan Manhattan Bridge. Dan terhubung melalui Third Avenue Bridge serta Willis Avenue Bridge dengan wilayah The Bronx.

Saya dan rombongan melewati Lincoln Tunnel, yang berada di bawah Sungai Hudson, dalam perjalanan dari Weehawken di New Jersey menuju Manhattan. Terowongan ini dibangun pada 1934. Arsiteknya, Ole Singstad. Panjang terowongan 2,4 kilometer. Di dalam terowongan ada tiga lajur. Setiap lajur dapat dilewati dua kendaraan.

Di NYC tidak ada industri. Tapi semua perusahaan besar punya kantor di Manhattan. Pelabuhan besar juga sudah ditutup. Semuanya dipindahkan ke New Jersey.

“Tanah di Kota New York sangat ideal bagi fondasi pencakar langit,” kata Steven, 70-an tahun, pemandu wisata saya, yang pernah tinggal di Indonesia sampai 1950. Sebab, struktur tanahnya bebatuan. Selain itu, wilayah tersebut tak dilewati sabuk gunung api sehingga jarang terjadi gempa seperti yang sering terjadi di San Francisco di pantai barat.

Menurut sejarahnya, Kota New York awalnya dihuni orang Indian. Pada 1609, ekspedisi awal dan pemetaan dilakukan orang Belanda. Pada sekitar 1626, orang Belanda mulai berdatangan dan mendiami pulau berbukit ini. Mereka menamakan daerah itu Nieuw Amsterdam sebagai koloni barunya.

Kedatangan orang Belanda kerap memantik perseteruan dengan penduduk lokal. Sekitar 1650, perkampungan orang Belanda diserang orang Indian. Orang Belanda membuat pagar tinggi dari kayu mengelilingi daerah itu. Sekarang daerah itu dinamakan Wall Street. Wall Street merupakan daerah tertua di NYC. Tata wilayahnya tidak berkotak-kotak atau dibagi per blok seperti daerah lainnya. Wilayah itu dibangun sebelum ada perencanaan tata kota.

Pada 1664, penguasa wilayah ini berganti ke Inggris. Pada 1666, Inggris menyerahkan Pulau Banda di Indonesia kepada Belanda. Sebagai gantinya, Belanda menyerahkan Pulau Manhattan ke Inggris. Belanda merebutnya kembali dari tangan Inggris pada 1673. Tahun 1674, Inggris menguasainya secara permanen. Karenanya, wilayah itu diberi nama New York. Berasal dari kata Duke of York, bangsawan Inggris.

Kalau ingin berwisata mengelilingi Manhattan, banyak cara bisa ditempuh. Bisa menggunakan jalur kereta api dan bus. Ada lima jalur kereta bawah tanah yang terhubung dengan semua tempat di Manhattan. Jadwalnya tepat waktu. Tiketnya US$ 2,25.

Menyusuri NYC tentu tak bisa dilepaskan dari nama jalan yang satu ini, Jalan Broadway. “Broadway adalah jalan tertua di Kota New York,” kata Steven. Broadway berasal dari bahasa Belanda, Breede weg.

Bentuk jalan ini tak mengikuti struktur tata kota yang dibagi tegak lurus dan per blok. Jalan Broadway membelah kota dengan struktur diagonal dari ujung barat laut hingga ke tenggara. Jalan ini menghubungkan perbatasan NYC dengan Yonkers di Westchester County atau South Broadway, melewati The Bronx hingga ke Battery Park di bagian selatan. Panjangnya sekitar 60,8 kilometer.

Sepanjang Jalan Broadway, banyak tempat populer. Ada kampus, museum, gedung opera, gereja, perkantoran, pertokoan, dan lainnya. Universitas Columbia salah satunya. Jurusan jurnalistik di kampus ini jadi salah satu yang terbaik di AS, bahkan dunia. Uang kuliah di jurusan ini US$ 42 ribu per tahun. Sekolah musik yang sangat terkenal di Amerika, Juilliard School, yang berdiri sejak 1905, ada di jalan ini.

Bila menyusuri Jalan Broadway, kita akan bertemu dengan sebuah taman terluas di Manhattan, yakni Central Park. Luasnya sekitar 40 hektare. Central Park terletak di 5th-8th Avenue dan 59th-110th Street. Jalan Broadway menembus taman ini pada sisi sebelah barat daya.

Central Park selalu ramai. Ada orang yang melakukan olahraga: jalan santai, joging, atau bersepeda. Atau sekadar duduk-duduk saja. Bahkan lokasi ini selalu dijadikan latar beberapa pembuatan film. Terdapat jasa penyewaan sepeda. Juga danau, untuk olahraga air, lapangan tenis, dan lainnya. Taman ini relatif aman.

Ketika musim dingin, pohon-pohon di Central Park meranggas. Yang tersisa batangnya saja. Selepas musim dingin, pohon tumbuh kembali dan lebat daunnya. Kalau sudah begitu, terasa seperti bukan di NYC, karena tak terlihat gedung-gedungnya lantaran tertutup dedaunan pohon.

Para selebritas banyak tinggal di sekitar taman ini. Britney Spears, Michael Douglas, Madonna, dan lainnya, pernah tinggal di sepanjang jalur ini. Begitu pun salah satu legenda pers di AS, Joseph Pulitzer, rumahnya berada di bagian timur Central Park, di 5th Avenue.

Malah ada satu apartemen yang diklaim tertua di Amerika, bahkan dunia, bernama The Dakota. Di apartemen ini vokalis The Beatles, John Lennon, ditembak mati penggemarnya, Mark David Chapman, pada 8 Desember 1980.

Untuk mengenang Lennon, area di sisi barat Central Park, 72th Street, diberi nama Strawberry Fields Forever. Di taman ada keramik melingkar bertulisan “Imagine”, judul lagu The Beatles. Pada keramik ini selalu ada bunga dari para penggemarnya.

Segaris di sisi barat, terdapat American Museum of Natural History. Dibangun pada 1869. Museum enam lantai ini memiliki koleksi sekitar 32 juta artefak dari seluruh dunia. Di lantai 3 terdapat koleksi khas Indonesia, dari batik, keris, gamelan, sampai jenis-jenis binatang, seperti orangutan, bekantan, dan tupai Jawa. Uniknya, ada tur malam hari dengan penerangan lilin. Ada kepercayaan, pada tengah malam binatang-binatangnya seperti bisa jalan sendiri.

Museum lainnya di sekitar Central Park adalah El Museo del Barrio, Museum of the City of New York, Jewish Museum, Cooper-Hewitt Museum, National Academy Museum, Guggenheim Museum, Metropolitan Museum of Art, Whitney Museum of American Art, dan Neue Galerie.

Melewati Broadway, sejauh mata memandang akan terlihat banyak tempat hiburan dan teater. Setiap malam, ribuan orang memadati wilayah tersebut, untuk menonton teater. Saya berkesempatan menonton teater berjudul The Lion King di Minskoff Theatre, Broadway, 45th Street. Dengan tiket masuk US$ 20, badan rasanya tak mau beranjak dari kursi. Cara pemain beraksi, tata panggung, musik dan cahaya, kostum pemain, semuanya tertata apik dan sempurna.

Di seputar lokasi ini ada Time Square, yang sangat berwarna-warni oleh cahaya lampu dan billboard pada malam hari. Ada banyak restoran terkenal. Salah satunya, Hard Rock Cafe. Time Square menjadi tempat berkumpulnya ratusan ribu orang pada perayaan malam tahun baru.

Broadway mendekati gedung perkantoran tertinggi di AS, Empire State Building, milik konglomerat Rockefeller. Dibangun saat krisis di Amerika pada 1930-an. Gedung berlantai 102 ini kini tertinggi di New York setelah menara kembar World Trade Center (WTC) runtuh pada 11 September 2001. Empire State Building terbuka untuk umum. Dengan membayar US$ 20, pengunjung bisa sampai di puncak gedung.

Jalan Broadway juga membelah gedung yang diklaim sebagai tertua dan pertama di dunia yang menggunakan lift. Bentuknya segitiga, seperti setrika pakaian. Karenanya, gedung itu diberi nama Flatiron Building. Gedung dibangun pada 1903.

Bila kita berjalan-jalan di Manhattan, rasanya tak lengkap bila tak mengunjungi China Town. Daerah itu terletak di Canal Street, bersebelahan dengan Jalan Broadway. Ada sekitar 250 ribu anggota komunitas Cina di Manhattan. Jumlah tersebut dianggap yang terbesar di Amerika, bahkan di luar Asia. Mereka datang pada 1880-an.

Pada ujung Jalan Broadway di bagian selatan NYC, terdapat Financial District. Tempat ini menjadi pusat keuangan terbesar di AS, bahkan dunia. Ada Wall Street, tempat berkantor perusahaan keuangan dari seluruh pelosok dunia. Di Wall Street ada patung banteng terbuat dari perunggu seberat 3.175 kilogram. Patung ini melambangkan semangat dan antusiasme.

Ada juga kompleks WTC yang disebut Ground Zero. Di bekas gedung WTC itu dibangun gedung baru yang diberi nama Freedom. Bentuknya piramida, tidak setinggi WTC. Karena kompleksnya dipagar, kita tidak bisa melihat pembangunannya. Bila ingin melihat pengerjaan gedung, bisa mengamatinya dari gedung Winter Garden.

Ada gereja di samping WTC yang tak terkena sedikit pun reruntuhan WTC. Padahal bangunan di sekitarnya terkena. Warga menyebutnya Gereja Ajaib. Dari gedung Winter Garden, kita bisa berjalan kaki menuju pelabuhan penyeberangan, tempat patung Liberty berada. Sambil menyisir jalan dan taman yang asri di Battery Park. Ah, rasanya waktu tiada cukup untuk menjelajah NYC.

Muhlis Suhaeri, Penikmat Wisata, Tinggal di Pontianak
Edisi cetak di Koran Tempo tanggal 2 Mei 2010

1 comment :

Alimah Fauzan said...

salam bang Muhlis, pertama kali membaca tulisan2 di blog ini, saat itu juga aku merasa cocok dengan gaya menulis bang Muhlis. terimakasih sudah sharing tulisan2 menarik, dg angel menarik dan gaya menulis yg sangat kubutuhkan sebagai referensi menulis saya.

http://menjadikosong.wordpress.com