Muhlis Suhaeri
Borneo Tribune, Pontianak
Dia dipenuhi dengan nilai Kristiani. Nilai-nilai itu menjadi semangat dan pedoman dalam setiap langkah yang dilakukan. Segala hidup yang dijalani, tak lepas dari nilai keagamaan yang dimiliki.
Lelaki itu santun. Cara bicaranya hati-hati. Sikapnya tenang. Suara dan intonasinya terdengar datar. Sesekali senyum tergambar dari wajahnya. Ia mengenakan kaca mata. Kesan pendidik makin terlihat dari wajahnya. Begitulah memang dia adanya. Lahir dari bakat dan didikan seorang pendidik. Tak heran, bila dalam hidupnya, belajar dan terus belajar menjadi suatu sikap dan tindakan. Karenanya, tiga gelar akademis menempel pada namanya. Drs. Christiandy Sanjaya, SE, MM.
Dia terlahir dengan nama Bong Hon San. Ayahnya bernama B. Kurniadi (Bong Kui Hin). Ibunya bernama C. Tjukriati (Djong Tjuk Tjhin). Keduanya pendidik. Guru bahasa Mandarin. Ayahnya telah meninggal. Ibu, telah berusia 78 tahun.
Christiandy lahir di Singkawang pada 29 Maret 1964. Dia memiliki enam saudara. Kini, mereka berpencar. Ada yang jadi pedagang, petani jeruk, guru, dan lainnya.
Orang tuanya menanamkan tiga prinsip yang mesti dijalani dalam hidup. Pertama, kejujuran. Alasannya, Kejujuran ditekankan karena orang tua berlatarbelakang pendidik. Dengan bersikap jujur, orang menjadi percaya. Dengan kepercayaan yang diperoleh itulah, hidup bisa lebih baik. Kejujuran penting dalam menjalani hidup. Dengan kejujuran menyebabkan kepercayaan ada kepada seseorang. Hal itu sangat penting dan menjadi kunci sukses. Ia meyakini bahwa hidup di dunia tidak bisa melakukan sesuatu dengan sendiri. Orang butuh kerja sama dan bantuan dari orang lain. Nah, di situlah kalau orang bersikap jujur, orang bakal percaya. Sehingga bisa mendapat sukses.
Prinsip kedua harus terus belajar. Pada dasarnya, dari kecil sampai dewasa, orang selalu dalam proses belajar. Semakin banyak belajar, orang menjadi mengerti dan paham. Sehingga bisa membuat orang berbuat dengan tepatnya. Ketiga, kerja keras. Dengan kerja keras, sesuatu bisa dikerjakan.
“Tiga hal itulah yang selalu diajarkan orang tua. Kebetulan saya belajar di bidang pendidikan, sehingga menanamkan suatu proses belajar terus menerus dalam hidup. Kita harus mau dan terus meningkatkan diri,” kata Christiandy.
Dulu, dua orang tua sebagai guru bahasa Mandarin di sekolah Singkawang. Ketika ada pergolakan politik, banyak sekolah Mandarin ditutup. Tidak hanya di Singkwang, tapi juga di seluruh Indonesia. Pasca peristiwa penculikan para jenderal 1965, hubungan RI dan Republik Rakyat China, memburuk. Bahkan, hubungan diplomatik juga terputus. Akibatnya, berimbas pada penutupan berbagai sekolah Mandarin. Dengan ditutupnya sekolah, berarti guru-guru kehilangan pekerjaan. Kedua orang tuanya menganggur. Sehingga kedua orang tua tidak bisa mengajar lagi. Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1967.
Dengan modal kecil, orang tuanya beralih profesi sebagai pedagang dengan membuka warung. Tak heran bila sedari kecil, dia sudah terbiasa dengan menjaga warung. Nilai-nilai hidup yang bisa dipetik semasa hidup di Singkawang, adalah nilai kedekatan dan kekeluargaan.
Dia tinggal di dekat Pasar Beringin. Daerah itu termasuk wilayah pinggiran di Singkawang. Ada sungai. Sawah dengan berbagai saluran airnya. Dan gerumbul pepohonan dari hutan di sekitar daerahnya.
Ada romantisme muncul dengan kondisi tempat tinggalnya. Namun, efek pembangunan dan kerusakan yang ditimbulkannya, telah merusak semua keindahan itu.
Christiandy kecil sekolah di SD Horeb Singkawang,.hingga kelas tiga. Selepas itu, keluarganya pindah ke Pontianak, pada 1973 dan tinggal di Jalan Patimura. Selepas itu, dia meneruskan di SD Kristen Immanuel Pontianak. Dia biasa kerja keras menjaga warung selepas sekolah. Karena itu, nilai yang ditanamkan adalah kejujuran dan kerja keras. Dia bisa belajar langsung mengenai sikap jujur tak hanya di lingkungan keluarga. Semasa menjaga warung, dia juga bisa belajar langsung melalui para pembeli dan masyarakat. Pada 1977, dia menamatkan sekolah dasarnya.
Sekolah menengah pertama dijalaninya di SMP Negeri 1 Pontianak. Dia menamatkan sekolahnya pada 1981. Pada 1984, dia menamatkan sekolah di SMA Negeri 3 Pontianak.
Semasa sekolah di SMP dan SMA, tak banyak kegiatan sekolah diikuti. Dia lebih banyak membantu orang tua menjaga warung kelontong keluarga.
Selepas SMA, dia masuk Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak. Christiandy mengambil jurusan matematika. Dia memang suka dengan matematika, sejak SMP. Nilainya selalu bagus.
Sejak SMP sudah mulai tertarik dengan matematika. Dan termasuk murid yang pintar dalam hal matematika. Menurutnya, matematika menyangkut juga dalam hal pola berpikir. Ia merasa sangat terbantu dengan pendidikannya di matematika. Banyak membantu dalam kehidupan sehari-hari. Logika dan sistematika berpikir ada dalam sistem matematika.
Walaupun saat ini lebih banyak bergerak di bidang managerial, tapi logika pengambilan keputusan sangat dibantu oleh logika dan sistem matematika. Dalam matematika ada sistem logaritma. Ada suatu sistematika dalam menyelesaikan soal. Sehingga bila menyelesaikan suatu masalah, bisa lebih efisien dari segi biaya dan waktu. “Karena kita lebih fokus dalam menyelesaikan suatu masalah. Pola-pola berpikir itu ada pada matematika,” kata Christiandy.
Semenjak kuliah, dia mulai mencari uang sendiri. Caranya, dengan menjadi pengajar di SMP Immanuel. Antara ilmu yang diperoleh langsung dipraktekkan. Dia juga mulai aktif di berbagai kegiatan kerohanian. Dengan kegiatan itu, ia memperoleh berbagai pengalaman spritual. Dia merasa bisa berbuat di pemuda gereja. Kebetulan di gereja ada persekutuan-persekutuan. Bahkan lintas gereja. Tidak hanya gereja di Kalbar, tapi juga gereja di luar Kalbar.
Christiandy juga pernah bergabung di KNPI. Ini organisasi lintas etnis dan agama. Dari sini, dia banyak belajar tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Tak heran, dia juga pernah menjadi Wakil Bendahara Badan Pengurus Cabang KWK-MKGR Kota Pontianak, pada 1996 – 2001.
Pada 1990, dia menamatkan kuliahnya di FKIP Untan. Namun, pada akhir semester di Untan, dia mengambil kuliah ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Panca Bhakti (UPB) Pontianak. Dia menamatkan kuliahnya pada 1997. Karena semangat untuk terus belajar, membuatnya melanjutkan kuliah di Magister Manajemen, Program Studi Magister Manajemen Universitas Tanjungpura. Dia menyelesaikannya pada 2000.
Dari perkawinannya dengan Karyanti Tjung, ia mendapatkan seorang anak. Dia memberinya nama Paulus Arkan Dhanu. Paulus adalah nama baptis. Arkan dhanu berarti, pemberian yang berarti. Sekarang ini, ia duduk di bangku kelas dua SMP Immanuel Pontianak.
Ada satu kelebihan yang dilihat dalam diri sang istri. Keluarga maupun istrinya, sangat bisa berhemat dalam hal apapun. Tak heran, sang anak pun mendapatkan nilai itu. Sang anak kalau diajak jalan kemanapun, tidak pernah minta uang jajan. Karena ajaran dari istri yang bersifat hemat itu tadi. Bahkan, ketika sekolah pun anaknya tidak pernah minta uang jajan. Istrinya selalu mengantarkan makanan ransum untuk makan siang sang anak.
Tentunya, juga nilai kejujuran, belajar dan bekerja keras dari Christiandy.
Meski begitu, Christiandy tak menerapkan aturan bahwa anak harus mengikuti apa yang ada dalam pikirannya. Dalam pikirannya, setiap orang yang dilahirkan, termasuk anaknya bersifat khas. Bahkan, detak jantung setiap orang berbeda ritmenya. Begitupun dengan sidik jari. Ada miliaran orang di dunia, namun tak ada yang sama sidik jarinya.
Karena itu, dia tidak berusaha mengatur anak untuk jadi apa. Tapi, dia mendorong apa yang terbaik bagi anak. “Dia bisa menjadi apapun sesuai dengan talenta yang diberikan Tuhan, pada dirinya,” kata Christiandy.
Istri dan keluarga hobinya di rumah. Kalaupun ada waktu, mereka bisa ke pantai. Anaknya punya kegemaran main di pantai. Pernah dibawa ke luar negeri yang ada gedung-gedungnya, tidak berkesan. Begitu juga ketika dibawa ke Jakarta, tidak ada kesan. Malah lebih senang di Pasir Panjang, Singkawang. Diajak jalan ke mal juga tak suka.
Dalam melihat keluarganya, Christiandy punya pendapat sangat religius. Menurutnya, setiap yang beriman, pasti tahu bahwa keluarga merupakan satu wujud karunia dari yang di atas. “Yang telah diberikan Tuhan. Setelah dapat istri dan anak, berarti kita harus menjaga anak dan istri kita dengan baik-baik dipelihara dengan baik.”
Keluarga mendukung karirnya. Kebetulan keluarga seiman. Setiap ada kesempatan, selalu berdoa bersama-sama. Anak dan istri juga tahu apa yang dilakukan. Istri karyawan perusahaan. Dia bekerja. Jadi, dunianya berbeda. Anak dan istri selalu mendukungnya dengan doa.
Dia tak memiliki pengarang atau buku favorite. Tergantung isinya. Kalau temanya menarik, bakal dibaca. Sekarang ini, biasanya tentang semua bidang. Selama dua tahun terakhir, karena bergerak di bidang pendidikan, tentu buku pendidikan yang lebih sering dibaca.
Begitupun dengan tokoh politik atau pendidikan. Dia tak punya tokoh favorit. Karena dia menyadari, bahwa semua itu ada titik lemahnya. Orang ada kelemahannya. Mengapa mesti menokohkan orang, kalau memang ada titik lemahnya. Kalau mau belajar tentang kelebihan, tentu saja semua orang ada kelebihannya.
Karenanya, di berbagai pengalaman dan dari apa yang biasanya dipelajari, dia menokohkan Yesus, Sang Juru Selamat. “Kita baca banyak di Alkitab, dan pengajaran Tuhan. Disitulah kita merasakan hidup,” kata Chrstiandy.
Apa kelemahan dan kelebihan yang dimiliki Christiandy? Dia memberikan jawaban terbuka. Sekarang ini misalnya, dia sedang berusaha untuk berjuang dan butuh dukungan besar. Yang pasti, kalau berjuang dengan diri sendiri, hal itu bakal sulit dilakukan. Artinya, dia menyadari banyak kelemahan. Dan masyarakat yang mendukungnya, yang menguatkannya untuk terus maju.
Begitupun ketika menjadi kepala sekolah dan menangani suatu kasus. Terkadang usulan dan masukan dari guru wali kelas, jauh lebih bijaksana daripada yang terpikir olehnya, dalam melihat suatu masalah yang sedang terjadi. “Jadi, ada suatu pelajaran. Kalau masalah dipikirkan oleh seribu orang, pasti lebih baik dari pada hanya dipecahkan seorang saja,” kata Christiandy. Ini berari kalau orang sendiri-sendiri saja banyak kelemahan.
Kelebihannya? Yang pasti, kalau dia melakukan sesuatu, harus melakukannya dengan segenap kemampuan yang ada pada dirinya. Pada saat menyadari bahwa pekerjaannya sangat besar, dia butuh ada pemikiran teman lain. Tidak boleh egois dan memaksakan pendapat sendiri. Yang penting dan menjadi fokusnya adalah hasil. Dan hasil terbaik itu seperti apa. Itu yang mesti dilakukan.
Apapaun yang dilakukan, itu dilakukan sesuai dengan kehendak yang di atas. Mungkin, kaitan dengan Pilkada, adalah Pemimpin yang Melayani. “Yang pasti berbuat terus sesuai dengan kemampuan kita,” kata Christiandy.
Christiandy selalu memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat. Ketika menjadi guru pendidik di SMK Immanuel, dia menjalani tugasnya dengan satu niatan, memberikan pelayanan kepada semua siswa-siswi dan guru. Begitupun ketika menjadi anggota DPRD Kota. Dia menjiwai pekerjaan yang dilakukannya dengan sikap melayani pada seluruh masyarakat Kota Pontianak yang telah memilihnya.
Sewaktu di Dewan Kota, ia berada di Komisi C. Dia menerapkan masalah ekonomi dan managemen. SDM yang bergerak di bidang keuangan tidak banyak. Waktu itu, banyak hal bisa diperbuatnya dalam hal ekonomi, pemberdayaan ekonomi daerah dan lainnya. Dari catatan dewan, semasa 1999-2004, PAD Kota Pontianak meningkat. Dengan peningkatan PAD, peningkatan pelayanan jadi memungkinkan.
Nah, kalaupun sekarang mencalonkan diri sebagai wakil gubernur misalnya, baginya tidak ada bedanya. Karena sama-sama melayani masyarakat. Yang membedakan hanya cakupannya. Ketika menjadi guru, dia melayani masyarakat sebagai guru. Ketika menjadi anggota dewan kota, dia melayani masyarakat seluruh kota. “Seandainya masyarakat memilih dan saya menjadi wakil gubernur, maka saya melayani masyarakat di propinsi,” kata Christiandy.
Programnya bila terpilih, “Jika kita bisa berbuat banyak untuk bidang pendidikannya, itu tentu tidak keluar dari pelayanan yang menjadi tujuannya. Saya tidak terlalu pusing untuk memikirkan masalah politiknya. Karena yang terpenting adalah masalah pelayanan masyarakat.”
Nah, ke pelayanan yang lebih luas, sehingga bisa dipahami. Dan sejauh ini tidak ada kendala apapun. Ketika memutuskan harus maju dalam pemilihan seperti ini, dia pun menjelaskan pada keluarga. Ada suatu yang lebih tinggi harus dilakukan. Dengan pengertian, ada pelayanan kepada masyarakat yang harus dilakukan.
Dia mengakui, semasa menjalani hidup tidak ada pengalaman berat terjadi. Dia belajar banyak dari ajaran, cukupkan diri kita dalam segala hal. Kebetulan dalam Alkitab, hal itu diajarkan. “Berarti kita juga mencukupkan diri dalam segala hal,” kata Christiandy.
Dia memberikan pemahamannya tentang makna dari ajaran itu dan dia mengalami dan melihat langsung. Misalnya, ketika dia menjadi kepala sekolah. Gaji Rp 1,5 juta dan istri juga bekerja. Anak hanya satu. Pada saat dia tidak puas dengan penghasilannya, dia melihat guru di sekolah yang sama, gajinya Rp 600 ribu, dengan anak lima orang.
Namun, sang guru tersebut bisa senang. Hidupnya juga bahagia. Cara mengajar penuh semangat. Di sana dia menemukan satu nilai. Bahwa masing-masng orang bisa dan mampu untuk mengelola dengan apa yang diberikan. Sesuai dengan apa yang diberikan pada yang diatas. “Intinya, pada saat kita merasa cukup, kita merasa kaya.”
Lalu, apa programnya untuk pendidikan kelak?
Menurutnya, hal yang harus dilakukan adalah menetapkan tujuan. Bahwa ini satu peluang untuk memberikan pelayanan, kepada masyarakat yang lebih luas. Kalau sudah terpilih tentu ada struktur dan undang-undang yang mengatur. Tentu ini berhubungan dengan pelaksanaan. Dan sia harus melakukannya dengan tanggung jawab. Kalau masalah yakin, ini harus dikembalikan lagi kepada rakyat.
Selama ini, dia bekerja di sekolah yang cukup bermutu dan berkualitas. Pendidikan di Kalbar, yang beranggotakan yayasan yang bernaung di tingkat nasional. Ini juga penting untuk membantu dalam penyelenggarakan sekolah yang akan dikembangkan di Kalbar.
Dalam membangun Kalbar, menurutnya banyak sumber daya yang bisa dijadikan PAD. Kalbar masih banyak yang bisa digali dari segi sumber daya alam (SDA), perikananannya, kelautannya, dan bisa digali untuk membantu pemerintah dalam hal penanaman investasi. Yang bisa membuat peningkatan ekonomi masyarakat, kesejahteraan.
Masyarakat begitu banyak. Ada lahan luas. Ini suatu potensi. Dan hal itu bisa dilakukan bagi perbaikan pertanian sehingga tak perlu impor beras. Masalah sawit, karet dan lainnya, ini juga suatu potensi. “Kalau digerakkan secara serentak bakal membuat sejahtera,” kata Christiandy. Semoga.□
Sunday, October 28, 2007
*Christiandy Sanjaya, Pemimpin yang Melayani
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment