Thursday, December 7, 2006

Mencari Celah di Jalur Perjalanan

Oleh: Muhlis Suhaeri

Datangnya perayaan Imlek dan Cap Go Meh memberi angin segar bagi dunia travel dan layanan perjalanan. Berbagai jurus dan strategi dikeluarkan. Tujuannya, tentu saja menjaring tamu. Nah, bagaimana biro perjalanan melihat peluang itu, mari kita lihat bersama.

Suatu kunjungan wisata, tentu saja tak dapat dipisahkan dengan layanan kenyamanan dan keamanan. Dengan hal itu, tamu yang datang bakal menikmati liburannya. Tak heran, jika perayaan Imlek dan Cap Go Meh, telah diantisipasi berbagai biro perjalanan dan wisata. Bila layanan baik dan memuaskan, tentu saja menghasilkan uang bagi perusahaan bersangkuatn dan masyarakat umum.


Nah, bagaimana sebenarnya syarat utama supaya tamu bisa datang dan mau mengunjungi Kalbar. Tentu ada berbagai syarat dan cara bisa dilakukan. Syarat itu antara lain, seperti dikemukakan Ketua Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI), Drs. H. Martias HR. Syarat pertama, situasi keamanan harus kondusif. Kedua, menyelenggarakan kegiatan tingkat nasional atau internasional. Yang dapat mendongkrak kedatangan tamu ke Kalbar. Misalnya, menyelenggarakan suatu pertemuan tingkat nasional, eksebisi olah raga, kejuaraan otomotif, dan lainnya. Ketiga, menyelenggarakan promosi mengenai agronomi, budaya, wisata belanja, sejarah dan lainnya.

“Intinya, perlu kerja sama antara stakeholder dengan eksekutif,” kata Martias, yang juga pengelola biro perjalanan wisata, PT Panorama Anugrah Pratama Tour & Travel.

Perayaan Imlek dan Cap Go Meh, tentu telah diincar berbagai biro perjalanan. Menurut Heriyadi, Wakil Ketua Asosiasi Travel Indonesia (Asita), jumlah perusahaan travel di Pontianak, sekitar 69 perusahaan. Kesemuanya sudah menjadi anggota Asita. Bila ditambah dengan kabupaten lain, ada sekitar 76 perusahaan.

Cara mengantisipasi dan menghadapi Cap Go Meh, tentu perlu strategi khusus. Salah satunya, “Dengan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang ada. Baik dalam bidang ticketing, guiding, atau dalam membuat paket,” kata Heriyadi, yang juga mengelola PT. Anyta Tour & Travel. Untuk itu, Heri melakukan berbagai pembenahan ditingkatan anggota Asita. Caranya, dengan melakukan berbagai pelatihan, dan pembinaan.

Ketika menyambut Imlek dan Cap Go Meh, berbagai perusahaan perjalanan telah membuat paket khusus. Dari jumlah anggota yang ada, mereka biasanya lebih tertarik membuat paket Cap Go Meh dari pada Imlek. Namun, dari jumlah perusahaan yang ikut asosiasi, hanya 5-6 travel membuat paket Cap Go Meh, kata Heriyadi.

Mengenai berapa angka dan jumlah tamu mengikuti paket ini, Heriyadi belum bisa memberikan angkanya. Kesulitan di asosiasi, karena anggota belum memberikan berapa jumlah tamu. Yang mengikuti program perjalanannya.

Cap Go Meh memang jadi pesona tersendiri, bagi biro perjalanan untuk menyelenggarakan suatu paket kunjungan. Sebenarnya, apa arti Cap Go Meh itu sendiri, sehingga perlu mengadakan paket itu?

“Kebanyakan orang yang melakukan tur, kurang tahu apa itu Cap Go Meh. Sehingga dalam menyelenggarakan paket, kita juga akan menjelaskan acara itu,” kata Budi Setiawan, bagian tur dari Ateng Tour.

Perayaan Cap Go Meh, memang tak bisa dipisahkan dengan berbagai upacara yang menyertainya. Seperti, buka mata naga, tatung, dan acara ritual lainnya. Nah, berbagai ritual, dan prosesi itulah, yang dijelaskan pada peserta paket tur.

Cap Go Meh di Singkawang memang punya keunikan tersendiri. Beda dari tempat lain. Bukannya daerah lain tak ada, tapi karena Singkawang lebih banyak masyarakat Tionghoa yang mendiaminya. “Sehingga yang lebih menonjol, adalah Cap Go Meh untuk mereka,” kata Heriyadi.

Bagaimana supaya paket tur itu dilirik?

“Kita membuat harga yang kompetitif. Istilahnya, kita berani membanting harga,” kata Budi. Banyaknya perusahaan travel di Pontianak, membuat paket serupa. Untuk dapat bertahan, tentu harus membuat harga dapat bersaing. “Kalau bisa, kita akan membuka harga dibawah yang travel agen lain lakukan,” kata Budi. Makin besar jumlah peserta tur, harganya akan lebih murah.

Mengenai berapa harga paket tersebut, terkadang susah memprediksikan. “Karena bisa saja berubah,” kata Heriyadi. Misalnya, orangnya ingin menginap di salah satu hotel. Tapi, karena hotel itu penuh, sehingga harus mengalihkan ke hotel lain. Atau, tamu inginnya hotel lain.

Perubahan itu, tentu saja membuat harga jadi berubah. Jadi, tergantung permintaan tamu. Hal itu relatif dan tergantung permintaan. “Dan mengenai harga, tidak bisa kita patok dengan harga berapa,” kata Heriyadi.

Paket Cap Go Meh biasanya 3 hari 2 malam. Tamu biasanya dari luar Kalbar. Paling banyak dari Jakarta. Pada hari pertama kunjungan, tamu biasanya mengadakan plesir dengan mengunjungi beberapa wisata dalam kota. Seperti mengunjungi Tugu Katulistiwa, Musium, Istana Kodriyah, dan lainnya. Hari kedua, tamu datang ke Singkawang, pada hari H-nya. Dan setelah hari H-nya, langsung balik ke Pontianak. Hari ketiga, tamu diantar menuju bandara.

Perusahaan perjalanan, tentu saja ingin membuat terobosan baru, sehingga tamu bisa menginap lebih lama. Caranya, dengan membuat paket yang bisa membuat tamu tinggal lebih lama. Paling tidak, selama 4-5 hari. Sehingga daerah lain bisa dikunjungi. Potensi wisata daerah lain, juga tak kalah eloknya. Salah satu contoh, ada di Pemangkat. Di sana ada satu kelenteng tua, biasa disebut Kelenteng Perempuan. Rahibnya seorang perempuan. Di kelenteng ada sumur tak pernah kering. Meski, musim kemarau sedang melanda.

Menyelenggarakan paket tur, tentu saja ada berbagai kendala dan kesulitan. Kesulitan beragam sifatnya. Ada dari pihak tamu, karena memesan mendadak. Atau, kapasitas kamar hotel sudah penuh. Karenanya, untuk acara Cap Go Meh, paling tidak tiga bulan sebelumnya, sudah harus memesan kamar, kata Heriyadi.

Hal itu dibenarkan Budi. Biasanya, pada bulan Januari saja, pihak travel susah memesan hotel, karena kamar telah penuh. Apalagi hotel di Singkawang.

Kesulitan lainnya, bila tamu memesan mendadak. Mendadak dalam artian waktunya. Misalnya, 2 minggu sebelum hari H. Kalau jumlahnya kecil, antara 5-6 orang, hal itu bisa tertangani. Bila jumlahnya besar, tentu akan susah menanganinya. Bila tamu berjumlah 5-6, akan diberangkatkan dengan mobil Kijang. Tapi, bila lebih dari jumlah itu, akan diberangkatkan dengan bis.

Kesulitan dalam memperoleh hotel di Singkawang, biasanya disiasati dengan menggunakan mess Pemda, atau rumah penduduk. Tujuannya, supaya tamu bisa lebih dekat dari tempat berlangsungnya perayaan Cap Go Meh. Bila tamu tidak mau, akan dicarikan alternatif menginap di kota terdekat, seperti Sambas atau Pemangkat. Biasanya di Tanjung Permai, Tanjung Batu, atau hotel lain. Pengalihan ini juga ada tujuannya. “Supaya tamu juga wisata dan melihat daerah lain,” kata Heriyadi.

Imlek dan Cap Go Meh tentu saja berimbas pada jalur transportasi dan penerbangan. Biasanya ada kenaikan jumlah angka penerbangan. “Kenaikan jumlah penerbangan mencapai 30 persen,” kata Heriyadi.

Ada beberapa tahap keramaian. Tahap pertama, ketika Imlek. Orang yang setelah mengikuti Imlek, malas untuk balik dulu karena ingin mengikuti Cap Go Meh. Setelah itu, 1-2 setelah Cap Go Meh, mereka akan pulang. Tahap kedua, biasanya, 2-3 hari sebelum Cap Go Meh, orang baru pulang kampung. Tahap ketiga, peserta tur Cap Go Meh, biasanya 1-2 hari sebelum Cap Go Meh, mereka akan datang.

Untuk Imlek, keramaian biasanya 2-3 hari menjelang Imlek. Bila Imlek ramai, Cap Go Meh biasanya agak sepi. Bila Imlek sepi, maka saat Cap Go Meh akan ramai. “Biasanya yang kita jual itu untuk paket Cap Go Meh, dan bukan paket Imlek. Kedepan, kita juga ingin mengemas sembayang kubur,” kata Heriyadi.

Perayaan Imlek atau Cap Go Meh, punya peluang bisnis bagi perekonomian dan pariwisata, Kalbar. Nah, bagaimana kedepan acara itu harus ditangani dan diselenggarakan?

“Kedepannya, perlu kesiapan semua pihak untuk menyukseskan pariwisata. Sehingga dapat menjual kegiatan promosi pariwisata. Sehingga perekonomian dapat ditingkatkan,” kata Martias.***

Foto by Lukas B. Wijanarko, "Angkot Naik Angkot."
Edisi Cetak, minggu pertama, Desember 2006, Matra Bisnis

No comments :