Oleh: Muhlis Suhaeri
Hari itu, matahari masih sepengalah. Belum terlalu siang. Namun, waktu seolah berputar dengan cepat di Gedung Olahraga (GOR) Pangsuma, Pontianak. Puluhan orang beraktivitas dan hanyut dengan kegiatan masing-masing. Ada yang main futsal, lari pagi, jalan-jalan, atau belajar mengemudi mobil.
Pada satu sudut, deretan orang duduk dan berbincang dalam satu warung. Mereka para instruktur mengemudi. Seorang lelaki muda, nampak serius mengajar muridnya mengemudi. Namanya Wawan. Sudah tiga tahunan ini, dia mencari nafkah di sana. Setiap hari, ia mengajar orang belajar mengemudi. Baginya, kehidupan adalah, sesuatu yang terus berputar. Berubah dan dinamis. Seperti, roda mobil yang selalu ia pijak, tiap hari.
Ketika, ditanya tentang makna dan semangat Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), dengan spontan ia menjawab. “Sekarang ini, belum dikatakan reformasi. Pemimpin masih begitu-begitu saja,” kata Wawan.
Ia mencontohkan, masih banyak masalah di pembangunan. Alhasil, pembangunan kurang berkembang. Ia mencontohkan pembangunan pasar. Sedari dulu, pembangunan pasar kacau dan semrawut.
Menurutnya, Kota Pontianak masih tertinggal dalam bidang pembangunan, karena gaya pemimpinnya kurang tegas. Pemimpin bukan dari orang pemerintahan. “Harusnya dari orang politik, sehingga dalam melakukan pembangunan bisa berjalan,” kata Wawan.
Seharusnya ada kegiatan yang dilaksanakan. Selain itu, pemimpin jarang terjun langsung ke masyarakat. Hal itu dibenarkan Nunung, seorang perempuan paruh baya. Ia sudah 12 tahun berjualan di sekitar stadion Pangsuma.
Bagi Wawan dan Nunung, pembangunan jalan punya arti penting. Sekarang ini, masalah itu kurang tergarap dengan baik. Pembangunan jalan lambat. Di pusat kota, jalan semestinya dilebarkan. Faktanya, hal itu kurang terlaksana. Padahal, jalan merupakan prasarana mempermudah mobilitas penduduk. Jalan penting bagi kelancaran perdagangan, ekonomi, dan kegiatan lain, antar daerah.
Menurut data Kalimantan Barat Dalam Angka (KDA) 2006, luas Kalbar 146.807 km2 atau 7,53 persen dari luas Indonesia. Luas ini setara dengan 1,13 kali luas pulau Jawa. Sebagian besar luas tanah di Kalbar adalah hutan (42,32%), padang/semak belukar/alang-alang (34,11%), areal perkebunan 1.574.855,50 atau 10,73 persen. Dari luas itu, areal untuk pemukiman berkisar 0,83 persen.
Dari luas wilayah itu, pembangunan jalan masih sedikit. Hingga 2004, pembangunan jalan sekitar 6.147,93 km. Terdiri dari jalan negara 1.575,32 km (9,17%), jalan propinsi 1.517,93 km (16,30%), dan jalan kabupaten/kota sepanjang 4.630 km (69,11%).
Jumlah kendaraan bermotor yang tercatat pada Direktorat Lalu Lintas Polda Kalbar, secara umum mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada 2004, tercatat 476.698 dari berbagai jenis. Padahal, pada 2003, hanya sebesar 422.854 buah. Dengan demikian, terjadi peningkatan sebesar 12,73 persen.
Sepeda motor mendominasi jenis kendaraan, dengan persentase mencapai 88,61 persen. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah sepeda motor pada 2004, mengalami peningkatan 14,04 persen. Dengan penambahan kendaraan setiap tahunnya, sementara ruas dan panjang jalan tak bertambah, berakibat pada kemacetan.
Repotnya lagi, pemerintah tidak mengantisipasi hal itu. “Pemerintah hanya memikirkan pembangunan mall saja,” kata Wawan.
Ia mencontohkan akan dibangunnya super mall di gedung olah raga (GOR) Pangsuma, Jalan A Yani, Pontianak. Pembangunan itu menggusur keberadaan gedung olah raga milik KONI. Lagi-lagi, kepentingan masyarakat, tergusur oleh kepentingan pribadi. “Ke mana orang mau berolah raga?” kata Wawan.
Masalah air bersih juga kendala utama di Kalbar. Menurut data dari KDA, laporan dari PDAM seluruh Kalimantan Barat, pada tahun 2004, produksi air bersih mencapai 28.874.446 M3. Produksi itu naik sebesar 0,0043 persen dibanding tahun sebelumnya, 28.873.196 M3. Jumlah pelanggan naik dari 112.559 tahun 2003, menjadi 114.539 pelanggan pada 2004. Atau, naik sekitar 1,76 persen, selama kurun waktu 2003-2004. Padahal, jumlah penduduk di Kalbar, sekitar 4,09 juta jiwa (angka proyeksi), pada 2005.
Toifur, guru honor SD mengemukakan pendapatnya tentang Harkitnas. “Harkitnas sama dengan hari-hari biasa. Paling-paling di sekolahan ada upacara saja,” kata Toifur. Ia menyoroti masalah statusnya sebagai tenaga kerja honorer.
Masalah tenaga kerja masih membayangi Kalbar. Berdasar data KDA, pada 2003, perusahaan industri besar dan sedang berjumlah 117, dan sanggup menyerap 34.171 tenaga kerja. Pada 2004, perusahaan berjumlah 116. Jumlah tenaga kerja yang mampu diserap pada 2004, tercatat 36.247 orang.
Biaya input yang digunakan dalam proses produksi pada 2004, sebesar Rp 3.869.636 juta. Pada 2003, sebesar Rp 3.726.662 juta. Berarti ada kenaikan sekitar 3,69 persen. Sedangkan nilai output industri besar dan sedang Kalimantan Barat pada 2004, sebesar Rp 8.413.614 juta. Tahun 2003, sebesar Rp. 5.452.529 juta. Terjadi peningkatan nilai produksi sekitar 35,19 persen. Sementara nilai tambah juga mengalami peningkatan/lonjakan cukup besar, 62,02 persen.
Masalah energi listrik bagi rumah tangga dan industri, juga menjadi sorotan. Ada satu rumus, tingkat konsumsi listrik perkapita, dapat menunjukkan sejauh mana tingkat kesejahteraan masyarakat. Produksi tenaga listrik dewasa ini terus meningkat, sejalan peningkatan permintaan dan konsumsi.
Menurut laporan PT. PLN Wilayah V pada 2005, produksi tenaga listrik yang dihasilkan PLN pada sebelas lokasi pembangkit, mengalami kenaikan sekitar 3,76 persen, dibanding tahun sebelumnya. Beban puncak juga mengalami kenaikan. Pada 2004, beban puncak 195.455 kWh. Pada 2005 menjadi 204.621 kWh.
Basir Abdul Majid, legiun veteran, ketika ditemui di rumahnya, mengemukakan pendapatnya tentang Harkitnas. “Harkitnas merupakan momen baik, untuk membangun kembali semangat dan cita-cita. Yang diinginkan para pahlawan,” kata Majid.
Menurutnya, sekarang ini, setiap orang selalu mengedepankan kepentingan pribadi dan golongan. Pejabat dan pemimpin sering melupakan keberadaan rakyat. Padahal, sejak dulu, rakyat selalu berjuang.
Permasalahan lain adalah perilaku korupsi. Yang telah mengakar dan sulit diobati. Korupsi merajalela, karena penegakan hukum sangat lemah.
Korupsi yang merajalela, tentu saja merobohkan perekonomian. Karena itulah, perlu suatu investasi bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan penanaman modal, akan terjadi penambahan lapangan kerja. Pengaruh penanaman modal, tercermin pada perkembangan Produk Nasional Bruto (GNP) maupun struktur angkatan kerja.
Pada 2005, rencana investasi pemilik penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Kalbar, sebesar 9,576 triliun rupiah. Namun, realisasinya baru mencapai 4,096 triliun. Dengan demikian, baru mencapai 42,77 persen dari seluruh rencana. Untuk investasi penanaman modal asing (PMA), dari 1.580 ribu US $, baru terealisasi sebesar 573 ribu US $. Atau kurang lebih sebesar 36,27 %. Dari seluruh investasi yang terealisasi, sektor ekonomi yang menyerap realisasi tertinggi adalah sub sektor perkebunan.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Konsorsium Pancur Kasih, AR Mecer, menanggapi makna Harkitnas. “Kebangkitan nasional jangan hanya slogan saja,” kata Mecer. Orang harus menunjukkan dengan tindakan sederhana. Misalnya berpikir, bahwa orang merupakan bagian dari orang lain.
“Kita adalah bagian dari orang lain. Maka, harus mencintai yang lainnya,” kata Mecer. Setiap orang harus berjuang. Begitu juga dengan pola pikir. Meski tinggal di daerah atau lokal, orang harus berpikir global atau dunia. Ia menyayangkan, ada pihak tertentu ingin menonjolkan masalah suku dan agama, dalam mencapai tujuannya.
Ia berpendapat, sekarang ini orang mulai luntur rasa dan semangat kebangsaannya. Karena itulah, semangat dan rasa nasionalisme, harus dikembangkan. Sudah saatnya, orang menunjukkan rasa nasionalisme dengan hati nurani dan tindakan. Selain itu, mesti bekerja sama dan tidak merusak orang lain.
Menurutnya, untuk menumbuhkan kebangkitan nasional sejati, tidak bisa berjalan sendiri. Nah, satu cara yang dia lakukan adalah, melalui gerakan koperasi. “Ini merupakan satu gerakan yang bagus. Kita harus memecahkan masalah kita sendiri,” kata Mecer.
Dalam mengisi kemerdekaan dan Harkitnas, “Harus ada kejujuran dalam bekerja sama dan saling membantu. Ekonomi kerakyatan merupakan sesuatu yang nyata,” kata Mecer.
Tuhan menciptakan manusia dengan keragaman. Dan dengan keragaman itulah, lebih bisa memaksimalkan keberhasilan. Syaratnya, harus bisa saling menghargai, satu dengan lainnya.
“Karena, mengembangkan orang lain, pada akhirnya juga mengembangkan diri sendiri,” kata Mecer. Itulah, cara dia memaknai Harkitnas.□
Foto by Muhlis Suhaeri, "Dan Damailah Dunia."
Edisi Cetak, Harian Borneo Tribune, 27 Mei 2007
Sunday, May 27, 2007
Harkitnas adalah…..
Posted by Muhlis Suhaeri at 10:29 AM
Labels: Pendidikan
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment