Resume “The Worst Best Man”
Judul
buku: The Worst Best Man
Pengarang:
Mia Sosa
Penerbit:
HarperCollins
Tahun
terbit: 2020
Tebal:
368 halaman
Dari
awal buku pembaca sudah disambut dengan gagalnya pernikahan dari sang pemeran
utama, Carolina Santos. Di hari pernikahannya sang mempelai laki-laki
memutuskan untuk tidak menghadiri pernikahan dan meninggalkan Lina begitu saja.
"We
must never let our emotions get the better of us; doing so is either a sign of
weakness, one that diminishes our well-earned respect, or a mark of
combativeness, which will cause people to say we're irrational. And as
women-women of color, more specifically-we simply can't afford to be perceived
in those terms."
Carolina
dikenal sebagai seseorang dengan pribadi yang kuat. Ia selalu bersikap tenang
dan jarang menunjukkan perasaannya kepada orang-orang di sekitarnya. Bahkan di
hari pernikahannya yang gagal, ia tetap bersikap tenang dan tidak mencurahkan
air mata sedikit pun. Hal ini lah yang mengejutkan Max, adik dari Andrew, yang
merupakan pengantin laki-laki saat itu.
Di
pagi hari pernikahan kakaknya, Max malah mendapat pesan dari Andrew yang
meminta ia untuk memberi tahu Lina bahwa ia tak bisa menikahinya.
"Everything
you said last night made sense, M. Thanks to you, I can see the truth now. I
can't marry Lina. Need you to break the news. Don't worry, she'll handle it
with class. Going to disappear for a few days while I get my head straight.
Tell Mom and Dad I'll call them soon."
Max
yang masih setengah mabuk pun semakin dibuat pusing oleh kata-kata saudaranya
yang menyiratkan bahwa perkataan Max lah, yang membuatnya tersadar ia tak bisa
menikahi Lina.
Dengan
berat hati, Max menghampiri Lina dan keluarganya yang tengah kebingungan dan
bertanya-tanya dimana Andrew. Max memberi tahu Lina pesan dari saudaranya. Hari
itu juga pernikahan mereka dibatalkan.
Tiga
tahun kemudian, Lina bekerja sebagai wedding organizer bersama sahabatnya,
Jeslene. Ia memiliki reputasi yang bagus di pekerjaannya. Hingga akhirnya Lina
mendapat tawaran untuk bekerja sama dengan perusahaan ternama.
"I
enjoy the challenge of helping a couple settle on a meaningful wedding theme.
Relish the opportunity to organize a couple's special day down to the tiniest
detail. If something goes wrong, and something always goes wrong, I take pride
in coming up with a workable solution and keeping everyone happy. Challenging
venues, scheduling snafus, catering flubs-that stuff's a rush rather than a
burden."
Namun
takdir kembali mempertemukan Lina pada Max dan Andrew, yang menjadi bagian dari
perusahaan ternama tersebut. Semakin parah saat Lina harus berada di tengah
kompetisi untuk memenangkan pekerjaan impiannya, namun di saat yang sama ia
harus bekerja sama dengan Max untuk merencanakan sebuah pernikahan yang dapat
membuat atasannya terkesan.
Sejak
kecil Max dan Andrew selalu terlibat persaingan sengit. Keduanya berusaha
membuktikan mereka lebih baik dari satu sama lain. Di pekerjaan mereka kali
ini, mereka kembali bersaing. Namun Max tidak sendiri, ia ditemani dengan
bantuan Lina.
"Gentlemen,
meet Carolina Santos. Says we can call her Lina for short."
"This
is Andrew and Max. They're brothers and colleagues."
Di
awal persekutuan mereka terbentuk, tentunya Lina belum bisa memaafkan Max
sepenuhnya. Mereka berkali-kali melemparkan 'bom' kepada satu sama lain.
Sampai
di suatu hari mereka diharuskan untuk pergi mengunjungi suatu tempat terpencil
untuk proyek mereka. Namun mobil mereka mengalami kerusakan dan membuat Lina
serta Max harus menetap semalam di tempat itu.
Mereka
hanya bisa menumpang tidur di gubuk jerami bersama para hewan ternak. Sampai
dimana Max dan Lina disalahpahami sebagai pasangan dan seseorang mengajak
mereka untuk mengikuti tur pasangan di tempat itu. Demi mendapatkan tempat
tidur yang layak, mereka pun memutuskan untuk berpura-pura menjadi pasangan
kekasih.
Di
event tersebut terdapat kegiatan dimana tiap pasangan dapat menyampaikan apapun
yang ingin mereka sampaikan kepada pasangannya. Secara tak terduga, Max
mengungkapkan rasa ketertarikannya kepada Lina.
"I
wish you would see the potential in us. I know it's hard to see me with new
eyes, especially given our history, but there's something here. I don't know
what it is exactly, but it's strong enough that I don't want to shut the door
on it. It's a big ask, I know. And it's complicated. There are probably a dozen
reasons why we shouldn't even try. And maybe you can't see yourself being with
me. But I want you to know that if there's any chance for us, I'll take
it."
Sepulangnya
mereka dari tempat tersebut. Mereka melunak terhadap satu sama lain. Tidak ada
lagi pertengkaran dan melempar bom kepada satu sama lain di antara mereka.
Lina
dan Max dengan cepat beranjak ke hubungan yang lebih kompleks. Sudah jelas
keduanya memiliki rasa yang sama terhadap satu sama lain, namun ego
masing-masing membuat mereka berpikir matang dalam meresmikan hubungan mereka.
Di
saat hubungan mereka masih belum jelas, Andrew mengetahui semuanya. Ia
menyadari bahwa Max dan Lina memiliki perasaan terhadap satu sama lain.
la
pun menghasut keduanya. Berkata pada Lina bahwa Max menggunakan Lina sebagai
bahan kompetisinya dengan Andrew, ia merasa bahwa jika ia berhasil memiliki
Lina berarti ia menang dari Andrew.
Sedangkan
kepada Max, Andrew berkata bahwa ia merupakan pilihan pertama Lina. Jauh
sebelum Lina dan Max berhubungan, ia bahkan hampir menikahi Andrew. Dan
pernikahan itu gagal, namun bukan Lina yang meninggalkan Andrew, tapi ia
sendiri.
Andrew
akhirnya juga memberi tahu bahwa Max tidak berkontribusi apapun pada gagalnya
pernikahan mereka. Ia hanya menambah alasan agar tidak sepenuhnya salah karena
membatalkan pernikahan begitu saja.
"Consider
this my little gift to you. An early wedding present, if you will. Max, you
didn't encourage me to cancel the wedding. You spent most of the night talking about
where you'd spend your honeymoon if you ever got married."
Lina
tidak termakan oleh omongan Andrew. Namun Max yang berantakan, meminta Lina
untuk menjauh darinya. Hubungan mereka yang belum dimulai pun harus berhenti
untuk sejenak.
Lina
dan Max tetap bersikap profesional. Mereka melanjutkan proyek dengan baik.
Tepat di hari presentasi, Lina menampilkan presentasi terbaik untuk mendapatkan
pekerjaan impiannya.
Akhirnya
Lina berhasil mendapatkan pekerjaan tersebut. Mereka menang melawan Andrew dan
rekannya. Dengan ini, kerja sama keduanya akan terus berlanjut. Walau masih ada
kecanggungan di antara mereka, Lina dan Max berusaha untuk tidak
menghiraukannya.
Di
hari pernikahan Natalia, sepupu Lina, Max datang menghadiri undangan. Lina dan
sahabatnya lah yang merencanakan pernikahan kali ini. Lina juga berkesempatan
untuk memberikan kata sambutan di pernikahan sepupu terbaiknya.
"Love
doesn't operate in the abstract, whether it's romantic or not. It's between
people. Opening yourself to love can reveal your weaknesses, but with the right
person, it can reveal your strengths as well. The moment you let your guard
down with someone and let them into your life-truly into your life-you are at
your most vulnerable, but you're also utterly open to a beautiful experience if
they reciprocate."
"I
asked Natalia once how she knew that Paolo was the right person for her, and
she said, 'I knew because I wasn't afraid to love him.' It was as easy as that.
And now I get it. She found the person she was willing to drop her shield for,
and he reciprocated. They didn't take advantage of each other's
vulnerabilities. Instead, they nurtured each other, opened themselves up to
love, and now they're here today sharing part of their beautiful experience
with us."
Mendengar
pidato dari Lina, Max terdiam di tempat duduknya. Ia hanya bisa melihat Lina
dari kejauhan saat ia kembali ke tempat duduknya bersama keluarga besar Lina
dan Natalia.
Namun
Max sadar, ia akan mengalami penyesalan dalam jika tidak menemukan jalan
kembali pada Lina. Dengan yakin ia menghampiri Lina dan mengajaknya untuk
berbicara berdua saja.
Ketika
hanya tinggal mereka berdua di tempat itu, Max kembali mengutarakan perasaannya
pada Lina.
"I
told you that I couldn't be your second choice. Said there was too much history
between Andrew and me to get past it. But I was wrong. Totally and completely
wrong. It doesn't matter if I'm your first or hundredth choice as long as I'm
the right choice. And I am, Lina. I swear it. I'll scale your walls to show you
how much I care. And I'll take every vulnerable part of you and handle it with
care. I fucked up. I know this. But if you let me, I'll spend the rest of my
days proving to you that I'm your person. Because I love you."
Peresume:
Cori
Nariswari Mernissi
No comments :
Post a Comment