Judul Novel: Daisy Jones and The Six
Pengarang: Taylor Jenkins Reid
Penerbit: Random House Publishing Group
Tahun terbit: 2019
Tebal: 355 halaman
Buku disajikan dengan bentuk penulisan selayaknya interview dengan beberapa tokoh ternama band rock di tahun 1970.
"Over the course of the last
eight years, I have conducted individual interviews of current and former
members of the band, as well as family, friends, and industry elite who sur
rounded them at the time. The following oral history is compiled and edited
from those conversations, as well as relevant emails, transcripts, and
lyrics."
Daisy Jones. Seorang gadis rupawan dengan jiwa bebas.
Dibesarkan di keluarga terpandang namun dengan kedua orang tua yang tidak
pernah peduli terhadapnya. Sehari-hari ia hanya berpesta dengan teman-temannya
yang merupakan bintang-bintang ternama. Salah satunya Simone, seorang bintang
disko ternama.
Simone mendorong Daisy untuk memulai karir bermusiknya
setelah menyaksikan bakat Daisy yang terpendam. Ia sangat pandai bernyanyi. Tak
hanya itu, Daisy juga suka menulis lagu. Dengan tekad kuatnya untuk menyanyikan
lagu yang ia tulis sendiri, Daisy menandatangani kontrak dengan label musik
Runner Records.
Daisy: I had absolutely no interest in being somebody
else’s muse. I am not a muse. I am the somebody. End of fucking story. Di saat yang sama, Billy dan Graham Dunne sepasang saudara
di kota Pittsburgh mendirikan band blues-rock yang mereka beri nama Dunne
Brothers. Graham dan Billy merekrut anggota lainnya, Warren, Eddie, Pete, dan
Karen.
Mereka mengubah nama band menjadi 'The Six' dan memiliki
Rod Reyes sebagai manajer yang dapat diandalkan. The Six bertemu seorang produser
ternama, Teddy Price, dan menandatangani kontrak dengan Runner Records.
Billy Dunne merupakan anggota paling berbakat The Six. Ia
hampir bisa memainkan semua alat musik. Billy sendiri ditetapkan menjadi
penyanyi di band itu. Tak hanya pandai bernyanyi, Billy juga merupakan seorang
penulis lagu yang berbakat.
Ia memiliki seorang kekasih bernama Camila. Hubungan
mereka bisa dibilang sempurna. Hingga akhirnya Camila mengandung anak Billy.
Sedangkan Billy, tidak siap untuk menjadi seorang ayah. Namun ia tetap menikahi
Camila pada akhirnya.
Billy: There was this voice in my head that was telling me
I shouldn’t be anybody’s father. I couldn’t quiet it. It just … it kept
reverberating in my head.
Selama masa Camila mengandung, The Six melakukan tur kecil
untuk mempromosikan album mereka. Billy mulai menghabiskan waktu selama tur
untuk berpesta dan menyalah gunakan heroin dan berbagai obat-obatan lainnya.
Camila memberikan Billy peringatan dan meminta ia untuk
segera pergi ke rehabilitasi. Ketika anaknya lahir, Billy tersadar ia tak bisa
seperti ini terus. Ia mengikuti saran Camila untuk pergi ke rehabilitasi dan
bersih dari pengaruh obat-obatan.
Billy: I grab the paper and I read it. It was in Camila’s
handwriting. It said, You have until November 30 and then you’re going to be a
good man for the rest of your life. You got it? The baby was due December 1.
Teddy ingin The Six melakukan duet dengan seorang penyanyi
wanita, yaitu Daisy Jones. Di awal kerja sama mereka Billy dan Daisy sering
kali berselisih pendapat. Puncaknya ketika Daisy mengubah lirik lagu The Six
yang ditulis oleh Billy.
Meskipun Billy tidak menyukai ide Daisy, lagu tersebut
menjadi hits. The Six melakukan tur pembuka dengan Daisy bersama mereka.
Majalah The Rolling Stone membuat cover dengan Daisy dan The Six. Dengan begini
'Daisy Jone and The Six' lahir.
Jonah Berg (rock journalist, Rolling Stone, 1971–1983): I
knew the headline before I even finished writing it. “The Six That Should Be
Seven.”
Billy dan Daisy mulai menulis lagu bersama untul album
mereka. Walau mereka sering berdebat, namun semua berjalan dengan lancar. Billy
dengan keluarganya, begitu pula Daisy dengan obat-obatan serta pesta yang
selalu ia hadiri. Hingga suatu hari Daisy merasakan perasaan aneh yang dia
rasakan setiap berada di dekat Billy.
Daisy pergi ke Italia dan secara impulsif menikah dengan
seorang pemuda bernama Nicky. Ia tidak ingin kembali hingga akhirnya Simone
harus menjemputnya untuk melaksanakan tur bersama The Six. Selama tur
berlangsung, Nicky mengikuti setiap kegiatan Daisy. Ia juga selalu merasa
cemburu dengan kedekatan di antara Daisy dan Billy.
Dengan Nicky sebagai suaminya, kecanduan Daisy terhadap
obat-obatan semakin parah. Setiap hari Nicky mendorong Daisy untuk terus
menggunakan obat-obatan. Sampai di hari Daisy terbangun di kamar mandi dengan
Nicky yang sedang memperhatikannya dengan wajah khawatir.
Nicky berpikir bahwa Daisy mengalami overdosis. Dan ia
lebih memilih membiarkan Daisy terduduk tak berdaya di kamar mandi dibandingkan
menelpon pertolongan pertama untuknya. Dengan begini, Daisy menceraikan Nicky.
Daisy pun mencoba untuk mengurangi konsumsi obat-obatan.
Daisy: I looked at him and my heart just sank. Because,
while I have no idea whether or not I overdosed or what exactly happened that night,
I could tell he had been truly terrified. And all he did was put me in the
shower. My husband believed I might die. And he didn’t so much as even call the
concierge.
Hubungan Billy dan Daisy membaik. Namun Daisy sadar bahwa
ia telah jatuh cinta kepada Billy. Selama ini ia berusaha untuk menyangkal
namun pada akhirnya ia menerima perasaannya sendiri. Billy memiliki perasaan
yang sama pada Daisy namun ia percaya bahwa Camila adalah yang terbaik
untuknya.
Billy: Everything that made Daisy burn, made me burn.
Everything I loved about the world, Daisy loved about the world. Everything I
struggled with, Daisy struggled with. We were two halves. We were the same. How
could I be around Daisy Jones and not be mesmerized by her? Not fall in love
with her? I couldn’t. I just couldn’t. But Camila meant more.
Teddy meninggal karena serangan jantung. Kematiannya
sangat berpengaruh bagi banyak orang, termasuk Daisy dan Billy. Daisy kembali
menggunakan obat-obatan dan Billy tidak bisa menulis lagu selancar dahulu. Suatu
malam Camila menemukan Daisy mabuk dan menangis di lobi hotel.
Camila membantu Daisy untuk masuk ke kamarnya dan
berbincang singkat. Camila menjelaskan bahwa ia tahu akan perasaan di antara
Billy dam Daisy, namun ia tidak bisa membiarkan itu terjadi. Ia menyarankan
agar Daisy keluar dari band dan pergi ke rehabilitasi. Daisy: Camila said
“Daisy, he loves you. You know that he loves you. I know
that he loves you. But he’s not going to leave me. I wish Billy didn’t love
anyone else. But do you know what I decided a long time ago? I decided I don’t
need perfect love and I don’t need a perfect husband and I don’t need perfect
kids and a perfect life and all that.
I want mine. I want my love, my husband, my kids, my life.
I’m not perfect. I’ll never be perfect. I don’t expect anything to be perfect.
But things don’t have to be perfect to be strong. So if you’re waiting around,
hoping that something’s going to crack, I just … I have to tell you that it’s
not gonna be me. And I can’t let it be Billy. Which means it’s gonna be
you."
Keesokan harinya, Daisy memutuskan untuk keluar dari grup.
Begitu juga dengan Billy yang memutuskan untuk hiatus sementara dari kegiatan
bermusik. Sisa tur mereka dibatalkan dan Daisy Jones and The Six bubar. Di
akhir buku terungkap bahwa yang menginterview Daisy Jones and The Six adalah
Julia, putri pertama Camila dan Billy. Tahun ke 33 setelah bubarnya band
legendaris Daisy Jones and The Six, Julia menulis biografi mereka.
Billy: We were pretty good. Daisy: We were great. We were
really great.
Peresume
Novel:
Cori Nariswari
Mernissi
No comments :
Post a Comment