Monday, November 21, 2005

Mendulang Uang dari Bisnis Dodol

Oleh: Muhlis Suhaeri

Setiap yang berjiwa, tentu membawa ruh dan makna. Setiap yang tercipta, tentu ada guna dan faedahnya. Begitulah. Alam memberi banyak limpahan pada bumi untuk memunculkan beraneka tetumbuhan dan hewan. Tinggal, bagaimana manusia memanfaatkan dan mengolahnya.


Salah satu contoh adalah lidah buaya. Siapa yang tak kenal tumbuhan satu ini?

Berdasarkan penelitian, tumbuhan ini mempunyai banyak manfaat dan berguna bagi kesehatan. Dan ini pun sudah terbukti dengan munculnya berbagai produk kosmetik, atau obat-obatan yang berbahan baku tumbuhan ini. Diolah menjadi produk apa pun, lidah buaya berguna bagi kesehatan. Salah satunya adalah dodol dan kerupuk lidah buaya. Nah, bagaimana orang melirik peluang itu? Marilah kita lihat bersama.


“Peluang bisnis ini tergantung orang punya niat,” begitulah penuturan Yuliana (59 tahun). Dalam bisnis ini, semua bahan pertumbuhannya bagus. Lidah buaya berguna bagi kesehatan. Dan untuk mendapatkan bahan ini tidak susah, karena di Kalbar banyak.

Lidah buaya banyak dibuat untuk berbagai panganan, dodol, sirup dan lainnya. Untuk mendapatkannya, biasanya dari petani yang langsung mengirim ke perusahaan. Dalam seminggu yang dibutuhkan sekitar 3-5 keranjang lidah buaya. Satu keranjang berisi 100 kg lidah buaya segar. Harga lidah buaya perkilo Rp 750. Lidah buaya itu untuk dodol dan kerupuk lidah buaya. Dia juga membuat dodol dari buah nangka dan nenas.

Usaha membuat dodol dirintis sekitar tahun 2000. Namun, untuk kerupuk lidah buaya baru sekitar 4 bulan. Dalam satu bulan, produksi dodol lidah buaya sekitar 200 kg. Dodol nanas sekitar 30-50 kg. Dodol dijual perkilo dengan harga Rp 35 ribu. Dodol nanas produksinya kecil, karena orang Kalbar kurang begitu mengenal nanas.

Untuk membuat kerupuk lidah buaya, harus mencampurnya dengan tepung tapioka. Untuk 35 kg lidah buaya, harus mencampurnya dengan 20 kg tepung tapioka. Dari adonan itu akan didapat 20 kg kerupuk lidah buaya. Setiap 200 gram kerupuk dijual seharga Rp 9.000. Itu untuk harga toko. Kalau dijual langsung ke orang, akan dipatok dengan harga, Rp 12.500.

Yang unik adalah proses menemukan resep kerupuk lidah buaya. Yuliana mencari dan mencoba sendiri. Dia membaca buku, lalu mencobanya langsung. Selama tiga bulan melakukan percobaan itu. Tentunya, butuh dana lumayan besar, tenaga dan pikiran untuk melakukannya.

Pertama kali mencoba, dia mendapatkan kerupuk yang tidak bisa mengembang. Coba lagi, kerupuknya hangus. Coba lagi, kerupuknya berwarna kuning, putih dan sebagainya. Sampai akhinya, dia mendapatkan sebuah komposisi yang dirasa tepat untuk sebuah kerupuk. Semua hasil uji coba itu disimpannya di rumah. “Untuk kenang-kenangan,” ucapnya sembari tersenyum.

Dia tidak terlalu ekspansif dalam membuat pemasaran dodolnya. Pemasaran masih di seputar Kalbar. Dia masih menggantungkan pada tenaga pemasaran. Kebanyakan orang juga datang ke dia, dan membawa produksinya ke berbagai daerah di Indonesia.

Bahkan, produksinya dibawa pengusaha hingga Singapura dan Australia. Kapasitas produksinya tergantung pemasaran dan permintaan. Inginnya tentu saja, usaha itu terus berkembang, sehingga dapat menambah alat-alat dan jumlah karyawan. Sekarang ini jumlah karyawannya ada 5 orang.

Kendala utama yang dihadapi dalam bisnis ini, terutama masalah kemasan dan pemasarannya. Untuk menembus sulitnya pemasaran, dia pernah mengikuti beberapa kali pameran industri kecil. Dalam masalah kemasan produksinya, dia harus memesannya ke Jakarta.

Di Pontianak tidak ada mesinnya. Perusahaan dari Jakarta itu yang menawarkan desain padanya. Dan inilah kesulitannya. Cara mendapatkan kemasan, butuh waktu 3 bulan sebelumnya. Yuliana yakin dengan produk lidah buaya yang dihasilkan. Bila produk itu dikemas kurang bagus, tentu saja akan mengurangi nilai dari produk itu sendiri.

Sampai saat ini, pemerintah daerah belum memberikan alternatif atas kesulitan yang dihadapi. Dia sudah memberikan saran pada pemerintah, agar bisa diberikan bantuan dalam masalah pengemasan produknya. Kalaupun tidak secara langsung, dapat dilakukan secara tidak langsung. Misalnya, membuat pelatihan atau mendatangkan ahli. Yang dapat memberikan arahan dan langkah yang baik, bagi kelangsungan pengusaha industri kecil seperti dirinya.

Mengenai permasalahan yang dihadapi pengusaha kecil seperti Yuliana, Dirjen Industri Kecil dan Menengah, Sakri Widhianto, memberikan pendapatnya. “Di sini orangnya sangat dinamis dan aktif. Mengenai kurang kemasan dan pelatihan, banyak kesempatan yang dapat kita bantu. Supaya mereka juga bisa menjual barang itu ke luar dan tidak hanya di sini.”

Kalau sifatnya sudah pakai mesin, terpaksa harus membeli mesinnya. Tapi, kalau membuatnya tidak terlalu banyak, akan dibuat sendiri. Dirjen memuji produk lidah buaya yang dianggapnya sudah bagus, dan sudah massal produksinya.

Bagaimana dengan sarana dan prasarana air bersih? Sebuah industri tidak terlepas dari kebutuhan yang satu ini. Dengan tidak dapat digunakannya air tanah untuk prose produksi, tentu sebuah kesulitan tersendiri. Agaknya, dia sudah mengantisipasi hal itu. Di rumahnya, dia sudah membuat dua tandon air. Masing-masing bak besar itu sanggup menampung air hujan 40 kubik. Total jenderal, dia mempunyai cadangan 80 kubik air.

Hemmm.....Kalau pun tidak hujan 3 bulan, proses produksi masih bisa berlangsung. Seandainya dua tandon itu tidak mencukupi, dia akan membeli air dari mobil tangki. Tapi, dia tidak tahu berapa harganya. “Karena kita memang tidak pernah menggunakannya,” jawab Yuliana.

Sampai sekarang, konsumen produknya adalah bandar udara di Pontianak dan toko kue. Produk itu belum masuk ke berbagai hotel berbintang. Karena memang tidak tahu bagaimana cara masuk ke sana. Kalau ada yang memberikan peluang?

“Tentu saja mau,” jawabnya dengan sumringah.”***

Foto by Lukas B. Wijanarko, "Bertani."
Edisi Cetak, minggu ketiga, November 2005, Matra Bisnis

2 comments :

sie-sa said...

nama perusahaannya apa?

Indotech Cipta Mandiri said...

wah...salut buat yuliana..semoga bisnisnya semakin berkembang dan pemasarannya bisa keseluruh Indonesia.
Sedikit saran buat pemesanan kemasan mungkin bisa di cri produsen2 luar Jakarta, saya kira banyak dan bisa memberikan waktu yang lebih singkat..
Dan buat temen2 yang ingin memulai bisnis yang sam kami menjual mesin mesin industri yang akan memudahkan baik dalam proses produksi maupun pengemasan. Bila tertarik silakan kunjungi situs kami di :
www.mesin-industri.com

Semoga bermanfaat,
Terima Kasih.