Tuesday, July 23, 2019

The Lion King

Ada satu frame di foto Opera The Lion King yang mengingatkan saya pada seseorang yang baru saja meninggal, Mas Sugeng Hendratno. 

Dia pernah bilang, “Sebelum motret obyek, kau rasakan dulu suasana di gambar itu.” Saya coba-coba memaknainya saja sendiri. Kekeran pertama, biasanya belum dapat. Entah itu karena masih coba-coba cari komposisi, pencahayaan kurang pas atau lainnya. Setelah frame kedua dan seterusnya, biasanya baru dapat, gambar yang kita inginkan.

Omongan yang Mas Sugeng katakan, terkadang sulit dilakukan, pada kondisi tertentu. Misalnya saja saat nonton Opera The Lion King di Broadway New York. Kebetulan, tahun 2010, saya dapat International Visitor Leaderhip Program (IVLP) dari pemerintah Amerika Serikat. Keliling lima negara bagian, satu diantaranya ke New York.

Di Theater Broadway yang terkenal itu, kita tidak boleh mengambil gambar selama pementasan. Dilarang keras. Tapi, untunglah. Saya terlahir di Negara yang Iklimnya rada nakal, untuk melawan urusan larang melarang seperti itu. Meski dilarang, tapi tetap dilakukan, asal dapat gambar. Mungkin, ini bisa saja bernama semangat. Contoh ketidakpatuhan. Atau, sikap mbalelo. Bedanya tipis-tipis saja.

Saya berpikir, bagaimanalah cari saat yang tepat, untuk keluarkan kamera. Ini hanya masalah waktu dan kesempatan yang harus ditata dengan tepat. Begitu pertunjukan sudah berjalan lebih dari 10 menit, orang mulai tersihir dengan pertunjukan yang memang bagus dari sisi pementasan. Setting panggungnya bagus dan dinamis. Tampilan para pemainnya menjiwai dan bagus. Tata cahaya menarik. Pokoknya satu kata, KEREN! 

Diam-diam saya keluarkan kamera dan lensa panjang dari tas. Saya berpikir, kesempatan saya ambil gambar paling hanya beberapa frame, sebelum orang lain marah. Malam itu, saya merutuki nasib. Inilah salah satu kelebihan kamera bagus dan mahal, sesedikit apa pun cahaya, bisa ditangkap. Gerak dinamis pemain atau tata cahaya lampu, bisa segera ditangkap dan dieksekusi dengan cepat. Atau, memang saya yang masih bodoh dalam memotret. 

Ya, memotret bagi saya adalah hobi. Juga, sarana untuk mendukung tulisan. Memotret bukan kerjaan utama (meskipun, saat pertama memutuskan kuliah di jurnalistik, menjadi fotografer perang adalah cita-cita setelah lulus kuliah. Keliling dunia dan mengambarkan masalah kemanusiaan, efek dari peperangan). 

Dan, benar saja. Begitu saya pencet tombol kamera, terdengar bunyi crek. Orang yang duduk di depan saya langsung menoleh. Tanpa basa basi, lensa saya ditepas. Didorong. Masih berusaha ambil lagi beberapa frame, tapi terus dihalang-halangi pakai tangannya. 

Ya, sudahlah.... Dan, minggu ini, film The Lion King terbaru yang disutradarai Jon Favreau mulai dipasarkan. Film yang diproduksi Walt Disney Pictures tersebut, iklannya gencar di televisi, serta medsos.

Ada teknologi baru, CGI di film itu. Sebuah teknologi foto realism yang digabungkan dengan motion picture, sehingga menghasilkan gambar lebih nyata dan bagus. Pasti, ini salah satu film yang bakal laris. Anak-anak di berbagai belahan dunia, bakal menyukainya. Hakuna matata...

#thelionking 
#waltdisneystudios 
#theatrebroadway 
#newyorkcity 
#sugenghendratno

No comments :