Wednesday, October 22, 2008

Makanan dan Minuman Bermelamin Masih Beredar

Muhlis Suhaeri
Borneo Tribune, Pontianak

Masyarakat kembali dikejutkan dengan berbagai penemuan tentang makanan dan minuman yang mengandung bahan berbahaya. Fakta tentang efek dan akibat dari mengkonsumsi makanan ini, seakan dipandang sebelah mata oleh pihak berwenang. Juga bagi mereka yang ingin mendapat keuntungan dari sebuah perdagangan yang dilakukan.

Meski sudah sering beritakan kalangan media massa, makanan dan minuman yang mengandung bahan berbahaya melamin, masih beredar di pasaran. Fakta dan masih ditemukannya biskuit dan susu yang mengandung melamin, membuktikan pihak berwenang tidak tanggap dan mengabaikan keselamatan warga negara.


Padahal, efek dari makanan dan minuman mengandung bahan bermelamin dari China, sudah sangat jelas. Puluhan nyawa bayi di China melayang, dan banyak lagi yang mengalami gagal ginjal.

Ini sebuah permasalahan serius. Karenanya, pihak yang terkait, dalam hal ini pemerintah, harus serius pula menanganinya.

Beredarnya makanan dan minuman bermelamin di Kalimantan Barat, tak lepas dari mudahnya barang itu masuk melalui perbatasan. Kendornya pengawasan di lintas batas ini, menjadi surga paling empuk bagi para pemasok barang.

Tak heran bila di berbagai swalayan besar dan toko kecil di seluruh Kalbar, mudah ditemukan makanan dan minuman produk Malaysia. Kejadian yang sudah lama terjadi tersebut, kembali menemukan gaung dan gugatan dari warga, seiring dengan ditemukannya bahan berbahaya dari produk tersebut.

Lemahnya pengawasan dan pembiaran terhadap berbagai produk tersebut, berakibat pada beberapa hal. Pemerintah tak mendapatkan pemasukan pajak dari barang yang diperdagangkan. Masyarakat juga tak mendapatkan jaminan keselamatan dari produk yang diperjualbelikan. Bagaimanapun, sebuah produk makanan dan minuman, layak dikonsumsi bila sudah lolos dari uji klinis.

Menilik dari permasalahan tersebut, kiranya pemerintah melalui pihak berwenang, harus berbuat tegas dan melakukan tindakan. Agar barang berbahaya tidak bisa masuk ke Kalimantan Barat. Tindakan tegas tentu bisa diambil melalui berbagai razia dan penelusuran di lapangan terhadap produk ini. Pemerintah juga harus kembali mensosialisasikan berbagai produk berbahaya tersebut kepada masyarakat.

Bila tidak, korban yang sudah terjadi, akan terulang kembali. Kita tentu tak ingin, kejadian itu berakibat pada keluarga sendiri. Karenanya, semua harus bekerja sama, untuk menangani hal tersebut.

Bukankah melindungi dan mengamankan warga dari berbagai bahaya makanan dan minuman berbahaya, merupakan tanggung jawab pemerintah. Sebab, pemerintah yang memiliki kekuatan infrastruktur, kebijakan dan personel, untuk melakukannya.

Edisi cetak ada di Borneo Tribune, 22 Oktober 2008
Gambar diambil dari www.fomca.org.my

No comments :