Wednesday, June 25, 2008

Hari Ini Bupati KKU Dilantik

Hildi: Kunci Keberhasilan, Kemauan Belajar

Muhlis Suhaeri
Borneo Tribune, Pontianak

Dia terlihat santai dan apa adanya. Tak ada niat jaim atau menjaga imeg, ketika bertemu atau bicara dengan siapapun. Semua keluar dengan apa adanya. Tak dibuat-buat. Ya, dialah Hildi Hamid. Sosok bupati Kabupaten Kayong Utara (KKU), yang dilantik hari ini, 25 Juni 2008.

Hildi Hamid dan Muhammad Said dilantik sebagai bupati dan wakil bupati. Pelantikan pasangan calon ini dilakukan langsung Gubernur Cornelis atas nama Mendagri.

Berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara pemilihan umum bupati dan wakil bupati KKU pada 2008, pasangan nomor urut dua ini memenangkan Pilkada dengan perolehan 27.460 suara atau 60,31 persen. Pasangan nomor urut tiga, Ibrahim Dahlan dan Djumadi Abdul Hadi Hamid memperoleh 11.584 suara atau 25,44 persen. Pasangan nomor urut satu, Citra Duani dan Adi Murdiani mendapat 6.485 suara atau 14,25 persen.


Siapakah Hildi Hamid? Hildi lahir di Ketapang, pada 19 Agustus 1954. Dia empat beradik. Ayahnya., M. Noer Hamid. Dia menjabat sebagai Sekretaris di Kawedanan Sukadana. Dia penggemar tenis lapangan. Terkadang, Hildi kecil selalu diajak ikut bermain, bersama ayahnya.

Ayahnya berhenti menjadi Sekretaris Kawedanan, dan beralih menjadi pengusaha. Ibunya, Djoes Hamid, pernah menjadi anggota DPRD Gotong Royong pada 1962-1964. Saat itu, ibunya mendapat inventaris motor Vespa. Namun, ia tak mau menerima kendaraan itu.

Meski di rumah ada pembantu, Hildi diajari dengan keras oleh keluarga, untuk mandiri. Setiap anak mendapat tugas dan harus menyelesaikan pekerjaan. Ada yang kebagian mencuci pakaian, mencuci piring, menyapu rumah, dan menyiram tanaman.

Begitupun ketika menginjak kelas dua SMA. Dia dikirim keluarga bersekolah di Yogyakarta. Padahal, tak ada keluarga di sana. Abangnya juga dikirim ke Bandung. Alasannya, “Selain punya ilmu, juga punya wawasan di luar kita,” kata Hildi, menirukan ucapan orang tua. Selesai menamatkan sekolah, dia langsung masuk Akademi Teknik Muhammadiyah (ATM) Yogyakarta.

Meski dari keluarga birokrat dan politikus, Hildi mengaku tak tertarik pada dunia politik.
“Tak ada kekaguman pada orang dan dunia politik,” kata Hildi.

Dia lebih banyak bergerak pada bidang teknik dan pembangunan. Hildi mulai bekerja pada beberapa perusahaan yang berkaitan dengan dunia rancang bangun. Dia juga membuat perusahaan sendiri. Ia bertindak sebagai kontraktor.

Sejak Reformasi 1997 bergaung, dia mulai melirik dunia politik dan bergabung dengan Gerakan Keadilan dan Persatuan Bangsa (GKPB). Organisasi ini merupakan cikal bakal dari Partai Keadilan dan Persatuan (PKP). Partai ini diketuai Jenderal Eddy Sudrajat dan didekalrasikan pada 15 Januari 1999.

Ketika ada pencalonan dan Pemilu, dia tak punya misi untuk pencalonan. Karenanya, dia lebih memilih daerah pemilihan Kapuas Hulu. Di Kapuas Hulu penduduknya sedikit. Hildi dapat nomor urut nomor dua. Kemungkinan dapat terlalu kecil, begitu pikirnya.

Namun, kehendak dan jalan nasib berkata lain. PKP mendapatkan satu suara. Jadilah, calon nomor urut satu, H. Ahmad Nur. Baru menjabat setahun sebagai anggota DPRD Provinsi, pada 2000 Ahmad Nur meninggal dunia. Hildi menggantikan posisinya.

Hildi langsung melepas jabatannya sebagai pimpinan perusahaan yang disandangnya. Bila tidak, akan terlibat dalam konflik kepentingan. Segala informasi tentang proyek ada di APBD. Dan, APBD dibahas di DPRD. Ia khawatir, naluri pengusahanya akan muncul. Sehingga cari berbagai proyek. ”Hal itu harus dihindari,” kata Hildi.

Meski menguasai masalah pembangunan, dia malah memilih komisi yang berhubungan dengan keuangan, Komisi B DPRD Provinsi. Kalau memilih komisi pembangunan, akan ketemu dan berhadapan dengan teman-temannya sendiri, sesama kontraktor.

Ia langsung berbenah. Belajar sebaik mungkin, untuk mengetahui tugas-tugas barunya di dewan. Ada satu hal yang perlu dicatat dalam diri Hildi. Dia orang yang tekun dalam bekerja dan belajar.

Saat itu, untuk membedakan KUHP dan KUHAP saja tak tahu, katanya dengan tertawa.

Dia berusaha mengejar berbagai kemampuan dan pengetahuan masalah keuangan.
Karenanya, setiap hari masuk kantor di DPRD Provinsi. Ada atau tidak sidang, dia akan selalu masuk kantor. Dia tak malu untuk bertanya pada orang pemerintahan, tentang berbagai istilah dan masalah teknis.

Kebiasaannya itulah yang membuat dia sering bertemu dengan para jurnalis di dewan. Para jurnalis ini selalu menemui Hildi, untuk mengkonfirmasi berbagai masalah, dan berhubungan dengan bidangnya. ”Dan harus saya akui, saya dibesarkan oleh orang media,” kata Hildi.

Dalam waktu tak terlalu lama, namanya kian berkibar. Berbagai masalah disikapinya dengan argumentatif. Setiap pernyataan yang keluarkannya, selalu sambung menyambung dan dimuat media.

Yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa dia bisa menguasai permasalahan dengan begitu cepat? Kata kuncinya, Hildi punya sikap selalu ingin tahu dan belajar. Karenanya, dia selalu mengumpulkan berbagai data untuk dipelajari. Dengan cara itu, dia bisa menguasai masalah. Misalnya saja ketika membahas tentang APBD. Menurutnya, kunci pemerintahan adalah di APBD. Jadi, kalau mau memberantas korupsi, salah satu cara adalah mencegah dan menutup peluang untuk melakukan korupsi. Dan itu, ada di APBD.

Hildi bisa meringkasnya APBD yang tebalnya ratusan halaman, menjadi dua halaman. Ia bisa menguasainya dengan baik. Selain itu, ia selalu membuat dan meringkas isi dan masalah tersebut. Kuncinya adalah mau belajar, kata Hildi.

Ada satu pengalaman berharga semasa menjadi anggota dewan. Dia diundang ke Scotlandia di Inggris, untuk mempelajari berbagai mengenai demokrasi, transparansi, HAM dan tata pemerintahan yang baik. Dengan undangan dan hasil yang bakal dicapai itulah, dia bisa mengembangkannya kepada masyarakat.

Ada berbagai hasil fenomenal selama ia menjadi dewan. Ia sanggup menelisik kebocoran di Rumah Sakit Soedarso. Menyelamatkan Bank Kalbar dari pemerintah pusat. Menyelenggarakan Pansus pelepasan kapal nelayan asing. Untuk kasus terakhir, dia malah berhadapan dengan aparat pemerintah lainnya.

Jadi, Hildi bukanlah pendatang baru dalam bidang pemerintahan. Selamat dan sukses.□

edisi cetak ada di Borneo Tribune 25 Juni 2008. Foto Budi Rahman

1 comment :

Ini wartawan poenja blog. said...

Wah, ternyata banyak sekali ya pemekaran kawasan di west borneo ini. Bang Hildi pun dah jadi Bupati Kabupaten Kayong Utara.

Oh iya, Mr M, sampaikan salam dan selamat ku kalau ketemu bang Hildi yah...Selamat n sukses bangun daerah, bang.

Tx....