Tuesday, November 22, 2011

AJI Desak Pemerintah Ungkap Kasus Pembunuhan Sembilan Wartawan Indonesia

Siaran Pers AJI

Peringatan Tahun ke-2 Kampanye Internasional Anti-Impunitas :
Pada hari ini, 23 November 2011, Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
bergabung dengan ribuan jurnalis di seluruh dunia memperingati kampanye
internasional Anti Impunitas. Kegiatan ini adalah bentuk solidaritas AJI
terhadap kasus pembantaian 32 wartawan di kota Ampatuan, Provinsi
Maguindanau, Filipina, 23 November 2009. Setelah dua tahun, pemerintah
Filipina belum berhasil mengungkap atau menangkap pelaku pembunuhan ke
pengadilan.

Impunitas adalah praktek pembiaran atau pembebasan pelaku kejahatan dari
tanggung jawab hukum, merupakan praktek yang dewasa ini marak di berbagai
negara. Mengutip Internatinal Freedom of Expression Exchange (IFEX) dimana
AJI menjadi anggotanya, lebih dari 500 wartawan tewas dalam 10 tahun
terakhir dari berbagai negara. Sembilan dari sepuluh kasus tersebut,
pembunuhnya bebas dari tanggung jawab hukum. Irak memiliki angka impunitas
tertinggi dengan 92 wartawan tewas tanpa ada penegakan hukum, disusul
Pakistan, Somalia,Afganistan, dan Filipina.

"Hari ini, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menuntut pemerintah agar
mengungkap dan menangkap para pembunuh wartawan di semua negara. Kita harus
memastikan para jurnalis bekerja dalam kondisi aman dan terlindungi saat
menjalankan profesi jurnalistiknya", kata Nezar Patria, Ketua AJI Indonesia.

AJI mencatat selama periode 2005-2010 terjadi 321 kasus kekerasan termasuk
pembunuhan terhadap jurnalis di Indonesia. Sejak 1996 AJI mencatat 10 kasus
pembunuhan wartawan, sebagian besar dari kasus itu belum terungkap atau
dibiarkan menjadi misteri. Sepuluh kasus pembunuhan itu diantaranya :

1. Alfrets Mirulewan (Tabloid Pelangi), tewas pada 18 Desember 2010, di
Pulau Kisar, MalukuBarat Daya.
2. Ridwan Salamun (Sun TV), tewas pada 20 Agustus 2010, di Tual, Maluku
Tenggara
3. Ardiansyah Matra'is (Merauke TV), ditemukan tewas pada 29 Juli 2010, di
Merauke, Papua
4. Muhammad Syaifullah (Kompas), ditemukan tewas pada 26 Juli 2010, di
Balikpapan
5. Anak Agung Prabangsa (Radar Bali), ditemukan tewas pada 16 Februari
2009, di PadangBai, Bali
6. Herliyanto (wartawan freelance), tewas pada 29 April 2006, Probolinggo,
Jawa Timur
7. Elyudin Telaumbanua (Berita Sore), hilang sejak 24 Agustus 2005, di
Nias, Sumatera Utara
8. Ersa Siregar (RCTI), tewas tertembak pada 29 Desember 2003, di propinsi
Aceh
9. Agus Mulyawan (Asia Press), tewas pada 25 September 1999, di Los Palos,
Timor Timur
10. Fuad Muhammad Syarifuddin (Bernas Yogya), dibunuh pada 16 Agustus 1996
di Bantul, Yogyakarta


"Memperingati tahun ke dua Hari Impunitas Internasional, AJI menuntut
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) agar menuntaskan berbagai kasus
pembunuhan jurnalis, termasuk kasus Udin di Yogya. AJI juga mengecam
bebasnya pelaku pembunuhan terhadap wartawan Sun TV Ridwan Salamun di Tual,
Maluku Tenggara oleh Pengadilan Negeri Tual," ujar Eko Maryadi, Pengurus
Divisi Advokasi AJI Indonesia.

Sebelumnya AJI Yogyakarta memprotes Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta,
yang akan menghentikan penyidikan kasus pembunuhan wartawan Bernas, Fuad
Muhammad Syafruddin (Udin) yang dibunuh pada 16 Agustus 1996 di Bantul. AJI
Indonesia mendesak Polri mengungkap pembunuhan Udin sebelum kasus ini
kadaluawarsa pada tahun ke-18. Dalam catatan AJI, Polri pernah sukses
mengungkap kasus pembunuhan wartawan Radar Bali AA Narendra Prabangsa pada
2009, sehingga Pengadilan Negeri Denpasar menghukum para pembunuh wartawan
dengan penjara 8 tahun sampai seumur hidup.

Dalam Kampnaye Internasional Anti Impunitas ini, AJI menyerukan agar
pemerintah Indonesia menunjukkan keseriusan bagi upaya penegakan hukum,
termasuk mengungkap semua kasus pembunuhan jurnalis di Indonesia secara
tuntas. Pembiaran aparat pemerintah terhadap tindak kekerasan dan
pembunuhan jurnalis merupakan pelanggaran serius terhadap Hak Asasi Manusia
dan berpotensi mengancam kemerdekaan pers.

"AJI akan mengawal kasus-kasus pembunuhan tersebut dan tidak ragu
membawanya ke komunitas internasional apabila pemerintah menunjukkan itikad
pembiaran dan melanggengkan impunitas," ucap Nezar Patria.

No comments :