Oleh: Muhlis Suhaeri
Perusahaan penerbangan hadir dengan menawarkan berbagai fasilitas pada calon penumpangnya. Tak heran jika isu keamanan dan kenyamanan dalam penerbangan, akan menjadi label bagi suatu maskapai, untuk menggaet penumpang.
Nah, bagaimanakah perusahaan penerbangan menawarkan berbagai fasilitas itu, bagaimana kondisi pasar penerbangan, dan peluang bisnis di bidang ini? Ikutilah wawancara wartawan Matra Bisnis dengan penerbangan Garuda, Adam Air dan DAS (Dirgantara Air Service) berikut ini.
Kehidupan yang manusia jalani, tak lepas dari masalah memperpendek jarak antara ruang dan waktu. Atas dasar itulah, lahir teknologi dan peradaban. Teknologi hadir untuk mempermudah segala urusan manusia. Dengan ditemukannya mobil, kereta api, kapal laut, pesawat terbang, dan berbagai kendaraan jenis angkut lainnya, manusia dapat memperpendek jarak dan waktu tempuh. Nah, bagaimana dengan kondisi penerbangan sekarang ini?
“Kondisi penerbangan dipengaruhi situasi dan kondisi ekonomi secara global,” kata Dewa Rai, Sales Manager Garuda, Pontianak.
Salah satu contoh adalah illegal logging. Dengan dilarangnya kegiatan ini, secara tidak langsung mempengaruhi kondisi penerbangan dan industri yang lain. Namun, pelarangan atas illegal logging mesti didukung, karena itu kebijakan pemerintah. Pelarangan terhadap illegal logging mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK), restrukturisasi biaya perjalanan, dan mengarah keefisiensi. Dengan adanya efisiensi, juga berpengaruh pada orang yang melakukan perjalanan.
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), secara tidak langsung memperngaruhi masalah penerbangan. Tingginya harga BBM, turut mempengaruhi masyarakat melakukan perjalanan. Biaya perjalanan, pada akhinya akan dialihkan pada kebutuhan primer. Jadi, orang tidak akan melakukan perjalanan, bila tidak penting sekali.
Kondisi tersebut, secara tidak langsung akan mempengaruhi kondisi masyarakat. Karenanya, pihak penerbangan juga mengambil ancang-ancang. Kalau penerbangan menurun, maka harus mengikuti kemauan pasar. Salah satunya dengan menawarkan harga promosi.
Selain menawarkan harga promosi, isu seputar penerbangan seperti faktor keselamatan, kenyamanan, pelayanan, kemudahan mendapatkan tiket, harga tiket bersaing, strategi menarik pasar, dan lainnya, juga menjadi perhatian khusus pihak penerbangan. Konsep-konsep itulah yang menarik untuk diungkap.
Keselamatan dan Kenyamanan
Untuk mendapatkan suatu tiket penerbangan, prinsip ekonomi akan tetap jalan. Semakin murah tiket, akan semakin dicari. Menurut Dewa Rai, bagi kelas menengah ke atas, isu keselamatan dan kenyamanan tetap menjadi pilihan utama, ketika mereka memilih suatu penerbangan.
Ya, memang itulah karakter dari pasar menengah keatas. Sementara pasar menengah kebawah, sebagian besar mengutamakan fungsi dari transportasi saja. Jasa penerbangan hanya transportasi. Yang membawa orang dari satu tempat, ke tempat lainnya. Kenyamanan, mungkin menjadi faktor nomor dua.
Meski begitu, “Sebenarnya, semua orang mengutamakan keselamatan dalam penerbangan. Hanya saja, pengetahuan masalah keselamatan, belum memasyarakat,” kata Dewa Rai. Masyarakat belum sepenuhnya sadar dalam hal ini. Ini tentu saja menjadi tugas dari perusahaan penerbangan, bahwa keselamatan penerbangan merupakan pusat dan diatas segalanya.
Ada berbagai cara dilakukan maskapai dalam mempromosikan masalah keselamatan pada masyarakat. Salah satu langkah dilakukan penerbangan Garuda. Perusahaan tertua ini, membuat salah satu acara di TV swasta. Yang menerangkan atau menjelaskan perihal masalah penerbangan. Hal lain adalah, memberikan pemahaman ulang pada masyarakat bahwa masalah keamanan dan keselamatan adalah penting sekali.
Masalah keselamatan memang menjadi prioritas Garuda dalam setiap penerbangannya. Karenanya, setiap pesawat yang akan tinggal landas, selalu menjalani berbagai pemeriksaan dan kelayakan terbang. Faktor utama dari keselamatan bagi Garuda adalah, kru pesawat terlatih dengan baik, dan pesawat terawat. Hal itu merupakan salah satu komponen, bagaimana penerbangan aman. Garuda membuat berbagai brosur masalah keselamatan dan kenyamanan.
Untuk penerbangan Pontianak-Jakarta, dan sebaliknya. Garuda mengoperasikan jenis pesawat Boing 737 seri 500 dengan 12 kursi kelas bisnis, dan 84 kelas ekonomi. Jadi ada 96 tempat duduk. Garuda juga menggunakan pesawat 737 seri 300 dengan jumlah kursi 148 tempat duduk. Semua kursi merupakan kelas ekonomi. Penerbangan itu untuk mengantisipasi pasar, yang mengeluarkan harga promosi. Pesawat second line milik Garuda ini diberi nama Citilink.
“Sementara ini, saya melihat bahwa faktor keselamatan dan kenyamanan itulah, yang membuat orang memilih terbang bersama Garuda,” tutur Dewa Rai.
Begitu pun dengan Adam Air. Keselamatan pesawat menjadi agenda khusus bagi penerbangannya. Perawatan pesawat sepenuhnya dilakukan di Jakarta. Cabang Pontianak hanya menangani masalah penumpang. “Kita mengutamakan pada keamanan, dan kenyamanan penumpang. Kalau kita mengadakan pelayanan terbaik pada penumpang, lain kali mereka akan datang lagi ke Adam Air,” tutur Hariyati, Sales Manager Adam Air, Pontianak.
Adam Air menggunakan pesawat terbaru, Boing 737 seri 200 dengan kapasitas 130 tempat duduk. Kalau penumpang ramai, menggunakan Boing seri 300 dengan 147 tempat duduk, atau Boing seri 400 dengan 170 tempat duduk. “Masyarakat tahu, mereka aman terbang bersama Adam Air, karena pesawatnya jenis terbaru,” kata Hariyati.
Bagaimana dengan Dirgantara Air Service (DAS)?
“Saya pikir masalah keselamatan sudah menjadi kewajiban, dan prioritas utama bagi sebuah penerbangan,” kata H. Siswoyo, General Manager DAS, Pontianak. Maskapai penerbangan harus mengedepankan keselamatan bagi pengguna jasanya. Dalam istilah teknisnya, ada perawatan weekly check. Yaitu, perusahaan mengadakan cek pesawat perminggunya. Selain itu, pemeriksaan juga diadakan setiap harinya, sebelum pesawat terbang. Istilahnya ada free flight check.
Jadi, sebelum terbang selalu diadakan pemeriksaan. Bagi pengguna jasa, hal itu sudah merupakan sebuah jaminan, bahwa penerbangan pesawat terbang dalam keadaan baik 100 persen. “Dan kita kategorikan, bahwa pesawat itu merupakan kendaraan yang paling aman,” kata Siswoyo.
Perusahaan yang didirikan pada tahun 1971, khusus melayani rute antarkabupaten di Kalimantan. Semua pesawat melayani rute pedalaman; Pontianak-Putussibau, Pontianak-Ketapang, dan Pontianak-Balikpapan. DAS sendiri mulai masuk ke Kalimantan pada tahun 1979, dengan pesawat BN 2A, buatan Inggris.
Pesawat itu mempunyai 9 tempat duduk. Setelah itu, DAS melengkapi armadanya dengan pesawat CASA 212, buatan Spanyol. Pesawat ini sanggup menampung 22-24 penumpang. Tipe terakhir yang diandalkan adalah pesawat ATR, buatan Perancis. Pesawat ini dapat mengangkut 46 penumpang. Pesawat sudah dilengkapi dengan auto pilot. “Semuanya serba computerized, jadi aman dan nyaman bagi penerbangan,” kata Siswoyo.
Mengapa membuat spesialisasi di penerbangan pedalaman?
“Sementara ini, pesawat yang dimiliki tipe kecil. ATR dan Casa memang cocok untuk daerah pedalaman,” kata Siswoyo.
Pelayanan yang baik
Menurut Hariyati, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, sebuah maskapai penerbangan mesti melakukan pelayanan dengan baik. Pelayanan yang baik, merupakan salah satu faktor, orang menggunakan maskapai penerbangan.
Dalam masalah pelayanan, perusahaan penerbangan mendidik kru pesawat melalui berbagai pelatihan. Pelatihan dilakukan sesuai dengan standar setiap perusahaan.
“Bahkan, hal kecil dan mudah dilakukan, tapi manfaatnya besar, seperti kesopanan dan kepedulian pada penumpang, sangat diperhatikan. Misalnya, dari prilaku dan pelayanan kru selama di pesawat,” kata Dewa Rai.
Dalam masalah pelayanan, Garuda mempunyai semboyan untuk menjadikan pesawatnya sebagai five star hotel. Ada tiga tahapan dilakukan ketika melakukan suatu pelayanan. Tahap pertama, pre journey atau pre flight. Tahap ini ketika penumpang melakukan pemesanan, atau pembayaran tiket.
Jadi, menitikberatkan pelayanan di sana. Menurut Dewa Rai, Garuda merupakan satu-satunya penerbangan yang melakukan baggage stripping di bagasi. Barang bawaan akan distrip untuk menghindari pendodosan. Strip terbuat dari plastik dan keras bentuknya. Strip itu dibuat mengelilingi barang. Tahap kedua, in flight atau pelayanan di udara. Bagaimana awak pesawat melayani penumpang di pesawat, menu makanannya, sensifitas pada anak-anak.
Bila ada anak-anak ikut dalam penerbangan, Garuda akan memberikan mainan pada mereka. Tentu saja, sepanjang persediaan masih ada. Mainan bisa berupa halma, atau lainnya. Tahap ketiga, post flight, pelayanan setelah penumpang sampai di tujuan. Bagaimana pelayanan bagasinya, penanganan kalau ada penumpang transit, dan lainnya.
Meski melayani rute pedalaman, DAS juga mengedepankan pelayanan pada penumpang. “Pelayanan yang baik, tentunya mengedepankan kesiapan pesawat, ketepatan waktu pemberangkatan, dan pelayanan pada penumpang selama di pesawat,” kata Siswoyo. DAS menyediakan penganan kecil pada penumpang selama penerbangan.
DAS mempunyai semboyan dalam menjalankan bisnis penerbangannya. Motto itu adalah, Fantastis, Luar Biasa dan Mantap. Fantastis, karena pesawatnya canggih dan serba komputer, cepat, aman dan nyaman. Luas biasa, karena bisa merebut hati masyarakat. Mantap, karena percaya diri, karena pesawatnya bagus.
Harga tiket bersaing
Apakah harga tiket murah merupakan salah satu cara, memenangkan persaingan di jalur udara?
“Kami masih yakin hingga kini, walaupun ada saingan menjual tiket dengan harga lebih murah pada beberapa rute, kita masih optimis bahwa kita masih bisa eksis,” kata Siswoyo.
DAS tidak terlibat dalam perang tarif. Karenanya, mereka bisa lebih menfokuskan diri dalam pelayanan. Perang tarif bagi dunia penerbangan, tidak menguntungkan dari sisi bisnisnya. DAS menyesuaikan harga tiket dengan biaya operasional.
Semuanya sudah diperhitungkan. Dengan tingginya biaya operasional karena kenaikan bahan bakar, salah satu cara dilakukan adalah, menjual tiket sesuai dengan kenaikan itu. Makanya, DAS tidak bermain di perang tarif. Sekarang ini, pada rute yang sama, ada tiga penerbangan melayani rute itu. Penerbangan tersebut adalah DAS, Kalstar dan The Raya.
Meski menjelang Imlek dan penumpang meningkat, DAS masih menggunakan tarif normal. Untuk Pontianak-Ketapang tarif Rp 297.000. Tarif itu khusus penerbangan pagi. Penerbangan sore dijual dengan harga, Rp 270.000. Pontianak-Balikpapan, seharga Rp 812.000. Untuk Pontianak-Putussibau, tiket seharga Rp 556.000.
Pontianak-Ketapang dan sebaliknya, ada 13 kali penerbangan setiap minggunya. Diantara jalur yang dilewati, jalur Pontianak-Ketapang merupakan penyumbang terbesar dari segi pendapatan. Pendapatan hampir 70 persen dari semua jalur. Untuk Putussibau dan Balikpapan dalam tahap merintis.
Bagi Adam Air, masalah harga tiket tidak ada istilah terjadi perang tarif. “Harga di Adam Air, sama dengan yang lain. Yang wajar saja. Jadi, sesuai dengan pasar,” kata Hariyati, “kita bersaing dengan tarif yang wajar.”
Tiket Adam Air mulai dengan harga, Rp 350-799 ribu. Harga itu belum termasuk pajak. Adam tidak ada kelas bisnis atau apa. Cuma, harga tiket memang dibagi menjadi beberapa harga. “Harga murah belum tentu tidak baik. Bisa saja itu merupakan trik dagang,” katanya.
Lalu, bagaimana dengan Garuda?
“Untuk memenangkan persaingan, sebenarnya kita tidak mau terpancing melakukan penurunan harga tiket. Karena akan merugikan disi sendiri,” kata Dewa Rai.
Menurutnya, sebenarnya Garuda melakukan struktur pertarifan dengan menyediakan tingkatan harga berbeda. Artinya, dalam sebuah pesawat disediakan tingkatan harga. Ada harga promosi. Tiket Garuda dari Pontianak-Jakarta, atau sebaliknya, mulai dari Rp 430 ribu-1 jutaan. Harga itu belum termasuk PPN. Harga itu bisa terjangkau masyarakat. Tapi, ada juga harga mahal.
Tidak samanya harga tergantung dari fasilitas dari tiket. Semakin murah tiket, mencerminkan restriksi atau batasan-batasan yang dimiliki tiket. Misalnya, kalau harga promo paling rendah, mungkin saja tiket tidak boleh berubah tanggal. Kalau harga lebih tinggi sedikit, bisa berubah tanggal, tapi dengan membayar perubahannya. Harga selanjutnya, masa berlaku tiketnya lebih. Bila tiket agak murah masa berlakunya seminggu, maka harga tiket agak mahal, masa berlakunya lebih lama, sekitar 14 hari.
Harga yang mempunyai kontribusi terhadap Garuda, adalah harga tingkatan promo. Tapi, promo tidak begitu murah. Masyarakat juga menginginkan kelonggaran. Pengguna jasa penerbangan di Pontianak, merupakan pebisnis kecil atau pedagang, perusahaan kecil dan perusahaan multi nasional lainnya.
Nah, perusahan ini tingkat melakukan perjalanan cukup tinggi. Jadi, untuk menghindari kondisi itu, mereka mengambil harga, agak atas. Sehingga bisa menukar, tanggal keberangkatan.
Garuda menyediakan Citilink. Jenis penerbangan ini menawarkan keselamatan dan kenyamanan setara Garuda. Perawatan pesawat, pelatihan kru, semua standar Garuda. Dan memang Garuda yang menyelenggarakan. Citilink harga tiketnya dari Rp 250-500 ribu. Harga itu belum termasuk PPN. Semua kelas ekonomi, sehingga harganya bisa ditekan.
Kuncinya, semakin cepat memutuskan jadwal penerbangan, semakin murah harga bisa didapat. Orang yang sudah menentukan jam keberangkatannya, biasanya VFA (Visit Family and Relative). Mereka ini memanfaatkan jadwal penerbangan jauh-jauh hari. “Katakanlah, jika bulan Januari ada Imlek, maka dia mempersiakan jauh-jauh hari. Dan booking tiket,” kata Dewa Rai.
Kemudahan Mendapatkan tiket
Sekarang ini, hampir tak ada kesulitan mendapatkan tiket bagi penerbangan. Semua perusahaan menawarkan layanan kemudahan bagi pelanggan. Kemudahan bahkan dapat diberikan melalui telepon genggam. Anda tinggal pencet beberapa kode, dan pemesanan bisa dilakukan. Mudah bukan? Itulah fungsi dari teknologi. Mempermudah hidup Anda.
“Garuda sangat konsen dalam melakukan pelayanan masalah tiket,” kata Dewa Rai. Bila tidak mengembangkan hubungan dengan baik, akan sulit. Dari segi hubungan, Garuda mengangkat biro perjalanan untuk bermitra. Artinya, Garuda mengangkat biro perjalanan sebagai agen. Lalu, memberikan persediaan tiket. Yang bisa dijual di biro perjalanan. Dengan cara itu, secara tidak langsung, Garuda telah memperlebar jaringan.
Diluar kalangan pelangan, keperluan mendapatkan tiket juga diberikan melalui layanan call centre di nomor, 0 807 1 807 807. Nomor itu merupakan nomor lokal. Di mana pun keberadaan Anda, tarifnya tetap pulsa lokal. Di sana juga bisa dilakukan pemesanan tempat duduk dan cargo. “Call centre efektifitasnya sangat besar. Bahkan, mempermudah akses kita pada pelanggan dengan online payment,” kata Dewa Rai.
Bagaimana cara melakukan pemesanan melalui call centre?
Pelanggan menelpon ke call centre, dan melakukan pemesanan di sana. Setelah itu, petugas call centre akan memberikan kode pembayaran. Dan pemesan langsung melakukan pembayaran di ATM. Setelah mendapatkan struk di ATM, struk itu langsung bisa ditukar di kantor penerbangan atau langsung di bandara.
Pemesanan bisa juga dilakukan melalui telepon genggam. Sementara ini kerja sama dilakukan dengan Telkomsel dan Indosat. Tak lupa, kerja sama juga dilakukan dengan pihak perbankan. Bank itu adalah, Bank BCA, Mandiri, BNI, Lippo, Niaga, Danamon, dan BII.
Adam Air juga mempermudah pelayanan memperoleh tiket melalui call centre. Dengan menghubungi nomor (0561) 767 9333 atau 757 999, Anda juga bisa langsung melakukan pemesanan tiket. Pemesanan dapat melalui ATM. Caranya sama. Anda tinggal melakukan pembayaran di sana. Tentunya, setelah mendapat kode pembayaran dari call centre. Walau pembeli melakukan pembayaran di Pontianak, tiket bisa diambil di Jakarta, Surabaya atau di mana. Tinggal memperlihatkan struk, bukti pembayarannya. Saat ini, Adam Air baru kerja sama dengan Bank Lippo.
DAS memberikan pelayanan dan kemudahan mendapatkan tiket, melaui kemitraan dengan agen perjalanan. “Kami dalam mengelola pemasaran menunjuk travel agen, untuk penjualan tiket,” kata Siswoyo.
Sehingga kerangka pelayanan dalam rangka mendapatkan tiket, tidak ada kesulitan. Sebagian besar travel agen yang ada di Pontinak, sudah menjadi agen DAS, katanya. Pemesanan tiket pesawat DAS, dapat dilakukan melalui kantornya di nomor (0561) 7321 60 atau 735 247. Intinya, kemudahan akan selalu dilakukan bagi pengguna jasa penerbangan.
Pangsa Pasar
Menurut data dari bandara Supadio, Pontianak, setiap harinya tak kurang dari 850-900 penumpang, menggunakan jasa penerbangan. Jumlah itu diperebutkan 4 maskapai penerbangan, Garuda, Adam Air, Sri Wijaya dan Batavia.
Menurut Dewa Rai, sejak 2004, semua penerbangan mengalami kenaikan sebesar 10 persen. Kenaikan itu karena adanya pengguna baru (new traveller), yang menggunakan pesawat. Dengan turunnya harga tiket pesawat, jelas mempengaruhi transportasi udara. Perbedaan harga antara pesawat dan kapal laut, yang tidak begitu besar, membuat orang memilih pesawat terbang.
Meski ada kenaikan harga BBM, tapi ada kecenderungan frekwensi para pengguna jasa penerbangan semakin tumbuh. Karena harga tiketnya semakin turun. Namun, naiknya BBM, juga membuat biaya operasional pesawat naik. BBM merupakan 45 persen dari total cost biaya operasional. Dengan jumlah penerbangan dua kali sehari, Garuda mendapat pangsa pasar sekitar 20-22 persen dari penumpang.
Adam Air belum ada angka pasti, berapa persen dapat menangguk pangsa pasar. “Yang pasti ada kenaikan. Sehingga ditambah satu lagi jam penerbangan,” kata Hariyati.
DAS masih eksis mengisi pasar dengan membukukan angka 70 persen, pada rute yang dilalui. Segmen penumpang dari DAS memang berfariasi. Ada dari Pemda, bisnis, umum dan berfariasi. Pemda mengisi penumpang sekitar 30 persen. Selebihnya, pebisnis dan masyarakat biasa.
Strategi Menarik Penumpang
Penumpang pesawat beragam. Dengan semakin murahnya harga tiket, semua kalangan bisa naik pesawat. Berbagai cara dilakukan pihak penerbangan untuk menggaet calon penumpang.
Garuda melakukan strategi komunikasi ke masyarakat, supaya masyarakat tetap mau menggunakan Garuda. Ada pembelajaran pada masyarakat. Kedepannya, Garuda tetap yakin dengan persaingan yang semakin ketat di jalur penerbangan. Cuma, karakter pasar memang harus dilihat.
“Dengan pertumbuhan tidak begitu besar, tidak bisa menentukan sikap kita untuk menentukan pasar itu. Pasar menengah ke atas itu, pertumbuhannya tidak sepesat pasar menengah ke bawah,” kata Dewa Rai.
Adam Air tetap optimis dengan kondisi kedepannya. “Kita harus yakin dong, bahwa Adam Air akan eksis di Pontianak. Saya rasa, kita akan tetap bersaing. Walaupun ada airlines yang masuk. Kita akan meningkatkan peran pada penumpang,” kata Hariyati.
Untuk mempertahankan pengguna jasa dan transportasinya, DAS melakukan pendekatan emosional melalui travel agen. Tidak menutup kemungkinan, juga dengan pengguna jasa langsung. Tentunya, melalui pelayanan memikat pada penumpang.
Karena penumpang itulah, yang mengaji suatu perusahaan. Dengan tidak adanya penumpang, suatu perusahaan tentu tidak bisa jalan. “Maka, penumpang harus dilakukan dengan baik. Sehingga mereka terpikat. Bukan karena perang tarif,” kata Siswoyo.
DAS tetap yakin dan mampu bersaing kedepannya. Apalagi setiap daerah akan berusaha mengembangkan daerahnya. Dengan berkembangnya daerah, tentu saja dari segi ekonomi dan lainnya akan meningkat. Otomastis, kebutuhan akan trasnportsi juga dibutuhkan. Dalam rangka ekspansi, DAS sudah mempersiapkan untuk menambah armadanya. Rencananya, akhir tahun 2006, DAS akan menambah 5 pesawat ATR seri 72, dengan kapasitas tempat duduk 66 kursi. Pengembangan itu membutuhkan dana sekitar, Rp 450 milyar.
DAS juga menjaring pelanggan dengan menyewakan pesawatnya.
Nah, lho? Berapa harga sekali sewa?
“Minimum sewa biasanya selama 2 jam. Polanya, minimum block sheet PP. Dengan 92 kursi. Plus biaya operasional,” kata Siswoyo.
Untuk pesawat jenis ATR, harga sewa, 1.850 dolar perjam. Casa, 1.400 dolar, dan BN 1.200. Carter biasanya ke Pangkalan Bun, Kalteng dan Ketapang. Biasa juga ke Sintang. Penggunanya, ada perusahaan dan perorangan. Jadi, tarif sewa berlaku untuk umum.
Obsesi kedepannya?
“Kita ingin ekspansi ke seluruh Nusantara,” kata Siswoyo, “DAS selalu ingin dan perlu dukungan dan kemitraan dari seluruh masyarakat.”***
Foto by Muhlis Suhaeri, "Sang Penari."
Edisi Cetak, minggu kedua, Januari 2006, Matra Bisnis
Friday, June 16, 2006
Born to Flight...
Posted by Muhlis Suhaeri at 10:29 AM 0 comments
Labels: Ekonomi
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)