Sunday, February 1, 2009

Tuhan dan Seniman

Muhlis Suhaeri
Borneo Tribune, Pontianak

Ada tiga kelompok komunitas yang aku sangat suka bergaul di dalamnya. Pengacara, Seniman, dan jurnalis. Namun, bukan berarti aku tidak suka bergaul dengan kelompok dan komunitas lainnya.

Berdasarkan suatu riset, tiga kelompok ini, merupakan profesi yang membutuhkan kemampuan intelektualitas tinggi. Ada beberapa alasan, kenapa aku suka bergaul di tiga komunitas itu. Aku suka bergaul di komunitas pengacara, karena mereka ini orang yang cerdas. Cara mereka berpikir. Cara mengemukakan pendapat dan membangun analisa, sangat baik dan mengesankan. Logika dan penalarannya sangat baik. Tak heran, mereka ini merupakan orang-orang yang flamboyan. Dan, salah satunya, jago menaklukkan perempuan dengan berbagai argumen yang dibangun.


Pada awal 2000-an, sebagian besar pengacara top di Jakarta, pernah aku wawancara. Aku senang saja mendengarkan cara mereka bicara. Mengkonstruksi fakta dari asumsi, dalil hukum, menjadi sebuah bangunan baru bernama pembelaan dan pembenaran. Terhadap siapa, itu lain hal. Tergantung ideologinya.

Bergaul dengan jurnalis, karena mudah menyambung saja ketika berbincang. Tahu kondisi terkini, dan isu-isu terbaru.

Bergaul dengan seniman? Nah, ini dia. Aku paling suka dengan mereka. Alasannya, mereka orang pilihan Tuhan. Yang diberi ilmu dan kemampuan, untuk mewujudkan keberadaan dan kesejatian Tuhan. Dalam bahasa sederhananya, Tuhan yang semula abtrak, menjadi nyata lewat kekaryaan, karya dan karsa para seniman. Tuhan mewujud dalam bentuknya yang lebih nyata.

Coba bayangkan! Dari mana munculnya lagu yang enak didengarkan. Lukisan yang indah dilihat. Novel yang enak dibaca dan dijadikan pelajaran. Film yang menggugah dan menginspirasi, dan karya seni atau produk kebudayaan lainnya. Semua tidak bakal tercipta, kalau para seniman tidak mendapat ilham dan bertransformasi dengan Sang Pencipta.

Mencipta bukan perkara mudah. Harus ada ide. Ada pemahaman terhadap suatu masalah. Ada kontek yang menghubungkan karya dengan suatu peristiwa, isu, paham atau ideologi, dan lainnya. Setelah semua itu didapat, tentunya harus ada kemampuan menuangkannya, pada media berbagai media yang dikuasai dan dimiliki.

Karenanya, aku semakin yakin saja, bahwa Tuhan yang penuh dengan sifat yang Maha itu, juga seniman. Kalau tidak, pasti tak bakal tercipta apapun di dunia ini.

Repotnya lagi, orang yang mengaku dekat dengan Tuhan, terkadang menghapuskan karya-karya kebudayaan dan seni, demi pemurnian penyembahan terhadap Tuhan. Munculnya agama, meminggirkan atau malah menghapus kebudayaan lokal. Padahal, adat istiadat dan budaya, dijadikan pintu masuk bagi penyebaran sebuah agama. Ironis, ya.

Parahnya lagi, orang meneriakkan nama Tuhan, untuk melarang dan menghalangi pelaksanaan suatu kegiatan budaya dan adat istiadat, yang penuh dengan karya dan keindahan itu.

Alamak........jangan-jangan, mereka sendiri tak kenal, siapa itu Tuhan. Atau, mengenal Tuhan, hanya di tenggorokan saja. Bukan di hati. Atau, dalam polah dan tingkah nyata di kehidupan sehari-hari.□

Edisi cetak ada di Borneo Tribune 1 Februari 2009
Gambar diambil dari tattoo4u.co.uk

No comments :