
Senin (20/8), satu kata sepakat didapat. Mereka mengadukan tindakan sang kepala sekolah ke Dinas Pendidikan Kota. Bagai sebuah ritual, ratusan siswa melakukan long march. Sempat terjadi ketegangan. Laju para siswa coba dihadang satpam sekolah. Aksi dorong mendorong terjadi. Bagai air bah menerjang, ratusan siswa-siswi tak terhadang.
Sebuah keranda mayat dan boneka digotong. Diarak sepanjang perjalanan lima kilometer. Dua benda itu, sebagai lambang matinya demokrasi. Berbagai poster dibentang. Tak lupa, orasi, yel-yel dan nyanyian dikumandangkan.
Sepuluh perwakilan siswa, mewakili temannya menemui sang kepala dinas, Ahmad Sama’. Dia didampingi Kabag TU Mulyadi. Sang Kapolsek Pontianak Selatan, AKP Slamet Nanang Widodo, ikut mengamankan jalannya kegiatan.
Tuntutan siswa-siswi tidak ingin menjatuhkan. Mereka ingin perbaikan sistem di sekolahnya. Para demontran mencintai sekolahnya.
Tak tanggung-tanggung, Wakil Walikota Pontianak, Sutarmidji, merespon demo yang terjadi. Intinya, dia tidak ingin para siswa menjadi korban dan bakal mengadakan penelusuran terhadap permasalahan tersebut.
Bagi suatu ketidakadilan, hanya ada satu kata. LAWAN!
Fotografer : Lukas B. Wijanarko
Teks : Muhlis Suhaeri
Edisi Cetak ada di Borneo Tribune, 26 Agustus 2007
No comments:
Post a Comment