Pontianak (Antaranews Kalbar) - Siswa kelas 3 SD Muhammadiyah-2 Pontianak, Kalimantan Barat, Keisha Amelia Karenina meluncurkan sebuah novel perdananya berjudul "Starlight Strianggle, Kisah 10 anak biasa yang menjadi terkenal", berlangsung di Geduang Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalbar, Sabtu (15/12/2018).
Puluhan teman sekolah dan kerabat beserta orang tuanya turut hadir. Saat peluncuran orang tua Keisha, Muhlis dan Nurul Hayat juga menghadirkan psikolog Yulia Ekawati Tasbita, Direktur Persona and Consulting Pontianak, yang membahas seputar potensi dan kecerdasan anak.
Ayah Keisha, Muhlis Suhaeri saat memberikan sambutan memaparkan bahwa Novel Starlight Strianggle bercerita tentang persahabatan 10 anak di sekolah asrama. Mereka memiliki idol. Ada yang mengidolakan Fateh (Gen Halilintar), Agnes Monica, Naura, dan Neona.
Novel ini sebenarnya merupakan "kecelakaan sejarah", saat kelas 2, guru memberi tugas pada murid untuk membuat majalah dinding.
Di SD Muhammadiyah, guru aktif mendorong siswa membuat majalah dinding. Bahkan, kegiatan itu diperlombakan. Ada hadiahnya, murid semangat mengisi majalah dinding kelas, ujar Muhlis.
Saat diminta mengisi majalah dinding oleh wali kelas, ibu Uray Monaya, Keisha membuat cerpen. Ceritanya, rencana nonton bareng film Nyai Ahmad Dahlan di Megamall, Pontianak. Nyai Ahmad Dahlan, istri pendiri Organisasi Muhammadiyah di Indonesia.
Acara nonton bareng, sebenarnya diperuntukkan bagi anak kelas 3 sampai kelas 6. Karena Keisha masih duduk di kelas 2, ia ikut nonton bareng dengan sang kakak, Cori Nariswari Mernissi (12) dan Shima A. Calluella (10), serta teman-temannya.
Cerpen itu ditulis hingga empat halaman kertas kuarto. Terlalu panjang untuk ukuran majalah dinding. Akhirnya, tulisan tak dipajang. Kemudian, Keisha melanjutkan tulisan itu. Ia menukilkan impiannya menjadi artis. Muncullah ide cerita novel berjudul Starlight Strianggle.
Saat tahu Keisha menulis cerita untuk novelnya, sang ayah minta novel itu diselesaikan, dan berjanji akan menerbitkannya. Begitu pun dengan sang ibu, Nurul Hayat yang selalu mendampingi dalam proses penulisan itu.
"Sebenarnya sejak kecil Keisha sering dibacakan cerita, dibelikan buku dan sebagainya. Ia diberi suasana dan dukungan akan hal itu. Dengan demikian setidaknya dia termotivasi. Alhamdulillah dengan kemauannya akhirnya bisa meluncurkan novel ini," papar dia.
Novel sepanjang 180 halaman, ditulis selama satu setengah hingga dua bulan. Sang ayah menyunting novel itu. Ia juga mencari orang untuk menggambar karakter tokoh-tokoh di cerita. Itu yang membuat buku ini, agak lama diterbitkan.
"Semoga novel anak saya menjadi bacaan yang bisa diterima anak-anak di mana pun. Membuat mereka bahagia. Berani menggapai mimpi dan cita-cita,"kata dia.
Sementara itu, psikolog Yulia Ekawati Tasbita menyatakan, Keisha memiliki kecerdasan di bidang bahasa. Kemampuannya terasah karena didukung kedua orang tuanya yang merupakan jurnalis yang biasa menulis dan membaca.
Yulia mengajak para orang tua yang hadir dalam peluncuran novel tersebut untuk sejak dini melihat minat dan bakat anak-anaknya. "Anak saat ini berbeda dengan kita, apalagi dalam bacaan-bacaannya. Kita dulu kenal dengan cerita 'Lima Sekawan', nah mereka sudah berbeda zaman, bacaannya pun berbeda," kata Yulia.
Ia juga mengingatkan para orang tua untuk tidak menyebut seorang anak sebagai anak nakal, karena itu akan tertanam dalam pikirannya. Ia mengajak para orang tua untuk sering membisikan kata-kata bijak di antara waktu tidur anak, sebelum ia benar-benar terlelap. "Bisikan kata-kata bijak di telinga anak-anak kita," katanya. (Antara)
Baca Selengkapnya...
Di SD Muhammadiyah, guru aktif mendorong siswa membuat majalah dinding. Bahkan, kegiatan itu diperlombakan. Ada hadiahnya, murid semangat mengisi majalah dinding kelas, ujar Muhlis.
Saat diminta mengisi majalah dinding oleh wali kelas, ibu Uray Monaya, Keisha membuat cerpen. Ceritanya, rencana nonton bareng film Nyai Ahmad Dahlan di Megamall, Pontianak. Nyai Ahmad Dahlan, istri pendiri Organisasi Muhammadiyah di Indonesia.
Acara nonton bareng, sebenarnya diperuntukkan bagi anak kelas 3 sampai kelas 6. Karena Keisha masih duduk di kelas 2, ia ikut nonton bareng dengan sang kakak, Cori Nariswari Mernissi (12) dan Shima A. Calluella (10), serta teman-temannya.
Cerpen itu ditulis hingga empat halaman kertas kuarto. Terlalu panjang untuk ukuran majalah dinding. Akhirnya, tulisan tak dipajang. Kemudian, Keisha melanjutkan tulisan itu. Ia menukilkan impiannya menjadi artis. Muncullah ide cerita novel berjudul Starlight Strianggle.
Saat tahu Keisha menulis cerita untuk novelnya, sang ayah minta novel itu diselesaikan, dan berjanji akan menerbitkannya. Begitu pun dengan sang ibu, Nurul Hayat yang selalu mendampingi dalam proses penulisan itu.
"Sebenarnya sejak kecil Keisha sering dibacakan cerita, dibelikan buku dan sebagainya. Ia diberi suasana dan dukungan akan hal itu. Dengan demikian setidaknya dia termotivasi. Alhamdulillah dengan kemauannya akhirnya bisa meluncurkan novel ini," papar dia.
Novel sepanjang 180 halaman, ditulis selama satu setengah hingga dua bulan. Sang ayah menyunting novel itu. Ia juga mencari orang untuk menggambar karakter tokoh-tokoh di cerita. Itu yang membuat buku ini, agak lama diterbitkan.
"Semoga novel anak saya menjadi bacaan yang bisa diterima anak-anak di mana pun. Membuat mereka bahagia. Berani menggapai mimpi dan cita-cita,"kata dia.
Sementara itu, psikolog Yulia Ekawati Tasbita menyatakan, Keisha memiliki kecerdasan di bidang bahasa. Kemampuannya terasah karena didukung kedua orang tuanya yang merupakan jurnalis yang biasa menulis dan membaca.
Yulia mengajak para orang tua yang hadir dalam peluncuran novel tersebut untuk sejak dini melihat minat dan bakat anak-anaknya. "Anak saat ini berbeda dengan kita, apalagi dalam bacaan-bacaannya. Kita dulu kenal dengan cerita 'Lima Sekawan', nah mereka sudah berbeda zaman, bacaannya pun berbeda," kata Yulia.
Ia juga mengingatkan para orang tua untuk tidak menyebut seorang anak sebagai anak nakal, karena itu akan tertanam dalam pikirannya. Ia mengajak para orang tua untuk sering membisikan kata-kata bijak di antara waktu tidur anak, sebelum ia benar-benar terlelap. "Bisikan kata-kata bijak di telinga anak-anak kita," katanya. (Antara)