
Merasa tak terusik, ia lanjutkan permainannya dengan sang adik.
Keduanya penghuni perkampungan sampah.
Sebuah pertanyaan terlontar. Bagaimana mungkin, sebuah generasi tumbuh dengan baik, dalam kubangan sampah dan beragam kotoran kota ini? Itulah sisi-sisi kemiskinan. Tak adanya pilihan hidup, membuat mereka tetap menjalani hidup yang tak berperi ini.
Mengumpulkan setiap keping demi keping sampah. Menjualnya dan menukarkan jadi bahan kebutuhan pokok. Begitulah, realitas hidup dari pinggiran Kota Pontianak. Pemandangan itu, merupakan realitas sebagian besar perkotaan di negara ini.
Pembangunan tak menjawab dan mengubah nasib sebagian besar warganya. Mereka tetap terpinggirkan. Dalam kantong-kantong kemiskinan.
Siang itu, serombongan siswa mendatangi tempat penampungan sampah akhir.
Mereka berbincang. Bertanya. Dan mengamati lingkungan di sekitar.
Yang ada hanya sampah. Bau dan berjamur.

Hasilnya? Pemahaman baru dan sudut pandang tentang kehidupan. Memang seperti itulah sebenarnya pendidikan. Membuka cakrawala pada sebuah realitas yang mengangga. Hingga muncul semboyan bersama.
Bersatu menyelamatkan alam dan lingkungan.□
Fotografer : Lukas B. Wijanarko
Teks : Muhlis Suhaeri
No comments:
Post a Comment