Friday, March 12, 2010

Dua Jurnalis Alami Kekerasan di Kampus Universitas Tanjungpura Pontianak

Kekerasan terhadap profesi jurnalis kembali terjadi di Pontianak. Kali ini menimpa Arif Nugroho, jurnalis dari Harian Metro Pontianak, dan Faisal Abubakar, stringer dari Metro TV.

Semalam sebelum kejadian, Jum’at dinihari, 12 Maret 2010, sempat terjadi perkelahian antara mahasiwa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) dan Fakultas Teknik (FT), Universitas Tanjungpura (Untan). Peristiwa terjadi di Bundaran Untan di jalan Ahmad Yani, Pontianak. Kejadian berlanjut dengan pengrusakan terhadap kelas Fakultas Teknik.

Esok harinya, suasana kampus mulai tegang. Mahasiswa dua fakultas sudah menyiapkan diri.
Sorenya, Jum’at, 12 Maret 2010, sekitar pukul 16.30, ada keributan antara dua fakultas tersebut. Dua jurnalis ini, berangkat menuju kampus. Jarak antara gedung Fisipol dan Teknik sekitar 500 meter.
Gedung Fakultas Teknik lebih dekat ke jalan raya Ahmad Yani.

Setiba di jalan utama kampus, ratusan mahasiswa sudah berkerumun di depan Fakultas Teknik. Sebagian mahasiswa teknik sudah menyerang dan menghancurkan kaca-kaca jendela gedung pos Satpam, pintu perpustakaan, dan kelas Fisipol. Bahkan, mahasiswa teknik juga membakar gedung Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fisipol dengan bom molotof. Gedung BEM hancur dan terbakar.

Arif berboncengan dengan Didit, stringer RCTI menuju kampus dengan sepeda motor. Melihat situasi sudah memanas, keduanya memarkir kendaraan roda duanya agak jauh dari kerumunan mahasiswa.
Saat keduanya berjalan, mahasiswa teknik yang menyerang gedung Fisipol kembali ke gedung Teknik. Bersamaan dengan itu, masuk mobil patroli Polsek Selatan berisi empat anggota polisi. Dua jurnalis ini segera mengeluarkan kamera dan handycam.

Melihat ada jurnalis, beberapa mahasiswa langsung melarang dan menghalangi jurnalis untuk meliput. Keduanya segera memasukkan kameranya kembali ke tas. Tapi, mahasiswa masih mengejar Arif. Mahasiwa minta Arif menghapus gambar-gambar di kameranya.

Arif segera merapat ke mobil patroli. Namun, mahasiwa masih mengejar dan berusaha merampas kamera yang dipegangnya. Arif mempertahankan diri dan kameranya.

Mahasiswa bertindak brutal. Arif langsung dipukuli beramai-ramai. Tak hanya dengan tangan, berbagai benda tumpul seperti kayu, besi, segera mengenai tubuhnya. Didit yang dipiting tangannya oleh mahasiswa, hanya bisa menyaksikan, Arif, jurnalis harian kriminal tersebut dipukuli. Meski Arif sudah masuk ke mobil Kijang polisi, namun masih dikejar hingga ke dalam.

Empat polisi yang berada di mobil tak bisa berbuat banyak. Mereka kalah jumlah.

Sekitar lima meter dari mobil polisi, jurnalis lain, Faisal, stringer Metro TV dan Martono, stringer TV One juga telah datang ke lokasi kejadian.

Keduanya jalan beriringan, namun berseberangan jalan. Faisal yang melihat kejadian, segera mengeluarkan kamera. Mahasiswa yang melihat ada jurnalis, segera merampas handycam Faisal. Dia dipukuli mahasiswa dengan kayu dan besi. Faisal yang memakai helm fullface dihajar mukanya dengan kayu. Helm Faisal pecah dan berderai.

Faisal yang sudah jatuh dibangunkan lagi, dan dihajar dengan pukulan bertubi-tubi. Tak hanya itu, Faisal juga diseret dan dibawa ke suatu ruangan kelas di Fakultas Teknik. Faisal disandera di kelas Fakulktas Teknik hingga dua jam lamanya.

Kamera Faisal diambil dan kasetnya dirampas. Di dalam kelas tersebut, menurut pengakuan Faisal, dia masih dipukuli mahasiswa.

Faisal dan Arif sempat divisum di Dokkes di jalan KS Tubun. Kini, Arif dirawat di salah satu rumah sakit di Pontianak.

Melihat kejadian ini, kami selaku pengurus AJI Pontianak, menyerukan:

1. Polisi segera mengusut kekerasan yang terjadi pada jurnalis, saat melakukan tugas jurnalistiknya. Sebab, jurnalis ketika melakukan liputan dilindungi oleh UU.
2. Meminta Rektor Untan, Dekan Teknik dan Fisipol, segera melakukan tindakan terhadap mahasiswa yang telah bertindak brutal, dan melakukan tindak kekerasan. Apalagi kejadian berada di kampus yang merupakan institusi pendidikan.
3. Meminta pelaku tindak kekerasan diusut sesuai dengan hukum yang berlaku, agar kejadian kekerasan terhadap jurnalis tak terjadi lagi.




Tertanda,

Ketua AJI Pontianak Sekretaris AJI Pontianak



Moh. Aswandi Muhlis Suhaeri

Baca Selengkapnya...